Ketika
datang ke kekuatan udara, bukan rahasia bahwa Amerika Serikat dan Barat telah
sering ditempatkan lebih unggul di atas Rusia.
Ketika
Perang Dunia II, Amerika Serikat dan Inggris bersekutu dengan Rusia. Sementara
Rusia memasok banyak tenaga kerja yang pada akhirnya mengalahkan Nazi Jerman,
Amerika Serikat dan Inggris yang memimpin kampanye pengeboman strategis
terhadap Jerman.
Kecenderungan
ini terus berlangsung selama Perang Dingin, ketika Pakta Warsawa secara numerik
unggul dibanding NATO tetapi dalam hal teknologi, termasuk dalam hal pesawat,
NATO masih ada di atas angin.
Dan bahkan
hari ini, Angkatan Udara Rusia belum mampu memasukkan jet tempur generasi
kelima, Amerika sudah bertahun-tahun menerbangkan siluman F-22 Raptor. Di
tengah kritikan tajam, F-35 Joint Strike Fighter (JSF) juga mulai masuk
operasional. Sementara Rusia masih berkutat dengan rencana untuk memasukkan
T-50 PAKFA ke produksi dan operasional.
Fakta bahwa
Rusia belum mencapai paritas dengan angkatan udara paling maju di dunia suka
atau tidak suka harus diakui. Jika Anda menyebut jet tempur Rusia saat ini
telah mengungguli jet tempur buatan Amerika secara teknologi, mungkin lebih
terpengaruh pada emosional karena kerap jengkel dengan gaya arogan Amerika.
Tetapi fakta adalah fakta, yang harus diakui secara ksatria.
Tetapi,
bukan berarti Moskow tidak menghabsilkan jet tempur tangguh selama ini. Moskow
juga harus diakui telah terbukti mampu membangun jet tempur mematikan. Bukan
itu saja Kremlin bersedia untuk menjual pesawat ke negara-negara besar maupun
kecil yang kerap dijauhi Amerika Serikat dan Eropa.
Pesawat
Rusia sering menjadi alternatif menarik karena lebih murah dibandingkan ntuk
membeli pesawat dari Amerika Serikat atau negara-negara Eropa dengan kemampuan
yang juga mengagumkan, meski perawatan dan umur pesawat juga ada di bawah jet
tempur Amerika.
Akibatnya,
banyak angkatan udara di seluruh dunia dibangun dengan platform yang dibangun
Soviet dan Rusia, atau turunan dari mereka. Dan, dengan Rusia melakukan program
modernisasi militer besar-besaran saat ini maka jet tempur Rusia akan semakin
meningkat dalam jumlahnya.
Rusia
memiliki sejumlah pesawat militer yang sangat berbahaya bagi lawan, dan berikut
lima di antaranya.
Sukhoi Su-27
Sukhoi Su-27
(Flanker) adalah upaya Soviet menjawab kelahiran F-15 Amerika. Pesawat
melakukan penerbangan perdananya pada akhir tahun 1970 dan diperkenalkan ke
layanan di Angkatan Udara Soviet pada tahun 1985.
Su-27
terutama ditujukan untuk misi superioritas udara dan membanggakan radius tempur
750 km. Flanker juga melompat ke depan F-16 dan F/A-18 dalam hal kecepatan,
yang mampu terbang 2.525 km/jam,
dibandingkan dengan F-16 2.200 km/jam dan F/A-18 ini 1.900 km/jam.
Su-27 dapat
membawa berbagai senjata udara ke udara termasuk R-27R1, rudal menengah
serbaguna radar homing dengan hulu ledak semi-aktif.
Badan
Flanker juga telah berulang kali dijadikan dasar untuk membangun pesawat dengan
peran baru. Misalnya, Su-34 “Fullback” varian yang mengisi ceruk tempur bomber. Sebuah Flanker varian laut
juga ada yakni Su-33 “Flanker-D,” yang digunakan kapal Induk Rusia Admiral
Kuznetsov.
Sejumlah
angkatan udara di seluruh dunia menerbangkan Su-27 atau turunannya. India dan
China telah membeli Su-27 serta lisensi untuk menghasilkan pesawat tempur di
dalam negeri. Di India, Hindustan Aeronautics Ltd menghasilkan Su-30 MKI
sementara China Shenyang Aircraft Corporation merakit pesawat di bawah lisensi
sebagai J-11. Indonesia dan Vietnam juga menerbangkan Su-27 di Asia. runtuhnya
Uni Soviet meninggalkan angkatan udara beberapa mantan republik Soviet dengan
Su-27, termasuk Belarus, Kazakhstan, dan Uzbekistan.
Angkatan
Udara Ukraina juga memiliki Su-27 dan telah dikerahkan dalam perang melawan
pemberontak di Donbass, meskipun dalam kapasitas terbatas.
MiG-29
Kecil, jarak
pendek, dan banyak diproduksi, Mikoyan
MiG-29 Fulcrum mungkin bisa digambarkan sebagai TIE Fighter Soviet. Uni Soviet
pada tahun 1983, MiG-29 dirancang untuk bersaing dengan F-16.
Meski MiG-29
lebih kecil dari Su-27, dan tidak bisa bersaing dalam hal jangkauan, kecepatan,
dan kualitas, Flanker mengkompensasi di satu daerah kritis yakni manuver. Bahkan, tes pasca Perang Dingin yang
dilakukan oleh Luftwaffe Jerman mengungkapkan bahwa jet MikoyanMiG-29 juga
merupakan pesawat tempur multiperan dan dapat dilengkapi dengan rudal udara ke
udara seperti AA-8, yang dirancang untuk digunakan dalam jarak dekat, dan
persenjataan rudal udara ke darat seperti AS-12.
Fulcrum
terbukti menjadi platform yang sangat dinamis, dan sejak tahun 1983, telah
diadaptasi untuk berbagai macam peran yang lebih khusus. MiG-29 masih
dalam pelayanan dengan militer Rusia serta dengan beberapa mantan negara-negara
Soviet lain.
Pesawat ini
banyak diekspor selama Perang Dingin dan sesudahnya. Fulcrum telah melihat
pertempuran di berbagai teater perang. Misalnya, Yugoslavia menggunakan MiG-29
di Perang Balkan tahun 1990-an.
Pesawat juga
digunakan terbatas dalam Perang Ukraina di Donbass. Pemerintah Suriah masih
mempekerjakan MiG-29, dan Rusia berniat untuk memberikan batch baru pesawat
untuk negara sekutunya di Timur Tengah pada tahun 2016-2017.
Kuba, Iran,
dan Korea Utara juga berada di antara banyak pengguna MiG-29. MiG-29 yang katanya lebih lincah dari F-16 itu bahkan
bertugas di angkatan udara NATO setelah aliansi Barat memperluas keanggotaannya
dari negara eks Pakta Warsawa.
Sukhoi
Su-35
Meskipun
secara teknis varian Su-27, modernisasi mengesankan Sukhoi Su-35 ini pantas
untuk mendapat sorotan tersendiri. Su-35 dibangun untuk memenuhi tantangan era
pasca-Perang Dingin.
Mendemonstrasikan
perannya sebagai jembatan antara
generasi keempat dan kelima atau yang kerap disebut jet tempur generasi
4 ++, pesawat Sukhoi Su-35
menggunakan mesin sebanding dengan yang dirancang untuk PAK FA.
Su-35 dapat
mencapai kecepatan tertinggi 2.390 km/jam, sedikit lebih lambat daripada
Su-27. Namun, radius tempur jauh lebih baik karena mencapai 1.600 km. sistem
persenjataan juga menerima upgrade. Sebagai permulaan, Su-35 memiliki 12
stasiun senjata dengan berat senjata yang bisa dibawa 8.000 kg.
Pesawat ini
juga merupakan platform serbaguna, menyebarkan rudal udara ke udara bertenaga Ramjet K-77ME dan rudal rudal udara ke darat Kh-59.
Pesawat ini
menuruni karakter pendahulunya dalam hal manuver. Trust vectoring telah
menjadikan jet tempur ini bisa menari mengerikan di udara. Sejumlah teknologi
generasi kelima seperti radar juga telah digunakan, yang kurang, pesawat ini
tidak memiliki teknologi menghindar dari radar seperti halnya jet tempur
generasi kelima.
Saat ini
baru Angkatan Udara Rusia yang menggunakan jet tempur ini dengan China telah
memesan dua lusin pesawat. Sejumlah negara dikabarkan tertarik untuk membeli
termasuk India, Pakistan dan Indonesia.
Sukhoi T-50
/ PAK FA
MiG-29,
Sukhoi Su-27, dan turunannya setidaknya digunakan untuk mengimbangi pesawat
tempur generasi keempat Amerika dan Eropa seperti F-15, F-16, Dassault Rafale,
& Eurofighter Typhoon.
Jet tempur
siluman multirole PAK FA yang dibangun Sukhoi terbang di Liga sendiri sebagai
jawaban langsung Rusia untuk F-22 Raptor dan F-35 Lightning II.
Dengan
kecepatan maksimum 2.600 km/jam, PAK FA meninggalkan sepupu Perang Dingin
dalam debu, dan jangkauan juga dilaporkan melebihi pendahulunya. Beberapa
pejabat pertahanan AS bahkan berspekulasi bahwa pesawat tempur Sukhoi baru yang
lebih lincah dari F-35 Amerika, meskipun
Pentagon mengatakan F-35 tidak dibangun untuk tujuan ini.
Sebagai jet
tempur multirole, PAK FA akan dilengkapi dengan rudal udara ke udara dan udara
ke darat, termasuk rudal udara ke udara R77 dan dua bom anti-kapal 1.500
kg. PAK FA masih akan membawa dua meriam
GSH-30-1 30mm yang mampu menembak hingga 1.800 putaran per menit.
PAK FA telah
menemui sejumlah masalah dalam pengujian. Namun Angkatan Udara Rusia diharapkan
untuk menerima jet pada 2017 untuk pengujian lebih lanjut.
Setidaknya untuk
masa mendatang, Angkatan Udara Rusia mungkin menjadi satu-satunya pengguna dari
jet ini. Sialnya, kondisi ekonomi menjadikan Rusia harus memangkas rencana
pembelian T-50 hanya menjadi sekitar satu skuadron saja untuk tahap awal.
Tupolev
Tu-160
Armada
tempur Rusia menyediakan berbagai platform dinamis yang dapat dipasang kembali
dan diperbarui untuk melakukan berbagai misi. Namun platform jarak jauh Rusia juga sangat kuat.
Rusia memiliki pembom strategis untuk melaksanakan kampanye jangka panjang
dengan pasokan senjata berat.
Untuk tujuan
ini, Federasi Rusia telah mengumumkan akan melanjutkan produksi pembom
strategis era Soviet Tupolev Tu-160 (Blackjack).
Tu-160
adalah pembom strategis yang mampu mencapai kecepatan maksimum 2.220 km/jam.
Kecepatan ini jauh melebihi pembom strategis Amerika seperti B1-B Lancer (1.448
km/jam) dan B-52 (1.000 km/jam). Blackjack
menawarkan radius tempur mengesankan yakni 7.300 km dan membuat penerbangan
transatlantik pertama dari Murmansk ke Venezuela pada tahun 2008.
Tu-160
dilengkapi untuk membawa senjata nuklir dan konvensional. Rudal dengan mesin
turbofan Kh-55MS dapat diluncurkan dari Tu-160 yang membawa hulu ledak nuklir
200 kt dengan jangkauan yang luar biasa yakni 3.000 km.
Rusia
merupakan satu-satunya negara yang menerbangkan Blackjack. Rusia diharapkan
untuk membangun 50 tambahan Tu-160 di bawah rencana baru. Pembom strategis yang
baru dibangun akan menjadi model yang ditingkatkan dan dijuluki Tu-160M2.
Produksi
diperkirakan akan dimulai setelah 2023. Moskow bermaksud untuk secara bersamaan
memulai pengembangan bomber siluman PAK DA yang juga didesain Tupolev.
0 comments:
Post a Comment