Sunday, 15 January 2017

Si Mungil Dari Jerman ini Bisa Membuat Kapal Selam Nuklir Amerika dan Rusia Usang


Angkatan Laut Jerman menjadi pelopor dalam pembangunan kapal selam perang skala besar, U-Boat mereka telah mampu meruntuhkan superioritas Angkatan Laut Inggris yang awalnya nyaris tanpa saingan.

Meski Jerman modern tidak memiliki ambisi untuk membangun kekuatan angkatan laut mereka seperti pendahulunya, Jerman telah berada di garis depan dalam merancang dan membangun kapal selam kecil dan sangat senyap. Kapal selam ini dapat secara efektif melakukan patroli di perairan pesisir dengan biaya jauh lebih murah dibandingkan dengan kapal selam nuklir.

Salah satu rahasia dari kapal selam generasi baru Jerman adalah penggunaan sel bahan bakar hidrogen, yang memungkinkan kapal selam untuk beroperasi secara diam-diam selama berminggu-minggu pada suatu waktu tanpa menggunakan reaktor nuklir yang mahal.

Selama Perang Dunia I dan II, kapal selam mereka menjadi sangat rentan karena mesin diesel yang berisik, serta kebutuhan untuk muncul ke permukaan untuk mengisi ulang baterai yang akhirnya mengekspos keberadaan kapal selam dan diburu oleh lawan.

Kriesgmarine membangun beberapa kapal selam eksperimental Jenis XVIIB dengan sistem Air Independent Propulsion (AIP), menggunakan bahan bakar hidrogen peroksida yang secara teoritis akan terus aktif hingga memperpanjang daya tahan bawah air. Dalam praktiknya, kapal dianggap berbahaya dan tidak dapat diandalkan. 

Meskipun Inggris, Uni Soviet dan Amerika Serikat semua bereksperimen dengan kapal selam AIP setelah perang, pembangunan ditinggalkan dan mereka memilih untuk mengejar teknologi kapal selam nuklir.

Di sisi lain Swedia, pada tahun 1997, untuk pertama kalinya menyebarkan kapal selam yang menggunakan sistem AIP yang dikenal sebagai kapal selam Kelas Gotland yang menggunakan mesin Stirling.

Pengembang kapal selam Jerman bergerak dengan kapal selam Type 212 pada tahun 2002, yang menggunakan sel bahan bakar hidrogen. Meskipun lebih mahal dan rumit untuk mengisi bahan bakar dibandingkan dengan Stirling, sel bahan bakar hidrogen PEM Jerman memiliki keuntungan dalam hal output daya yang lebih besar hingga kecepatan kapal juga lebih tinggi. Selain itu mesin tidak memiliki bagian utama yang bergerak hingga jauh lebih senyap dan tidak memberikan batasan pada kedalaman menyelam.

Angkatan Laut Jerman memiliki dua misi utama yakni berpartisipasi dalam operasi ekspedisi, seperti memerangi pembajakan atau mendukung operasi penjaga perdamaian, dan kontrol laut dari Laut Baltik yang saat ini semakin menghangat dengan pergerakan Rusia.

Untuk beroperasi di teater maritim yang biasanya dangkal dengan kedalaman rata-rata 50 meter serta perairan dingin, Angkatan Laut Jerman memiliki enam armada kapal selam Type 212A, nomor U-31 hingga U-36. Kapal selam ini cukup kecil dengan panjang hanya 57 meter dan diawaki 27 orang saja.


Kapal selalm double hull Type 212 ini menggusur berat 1.800 ton saat tenggelam, dan terbuat dari bahan non-magnetik sehingga tidak rentan terhadap deteksi oleh detektor anomali magnetik.

Logam lembut membatasi kedalaman operasional hanya dua ratus meter, tapi ini bukan masalah untuk beroperasi di perairan Baltik yang dangkal. Type 212 dengan bahan bakar hidrogen yang tersimpan di antara lambung tekanan luar dan dalam, memungkinkan untuk berlayar di bawah air selama tiga minggu sebelum muncul ke permukaan.

Kabarnya, Type 212A membuat rekor ketahanan air untuk kapal selam konvensional bertenaga pada 2013 ketika bergerak terendam 18 hari tanpa menggunakan snorkelnya. Meski Type 212 dapat mencapai kecepatan di bawah air hingga 23 mil per jam, kecepatan jelajah berkelanjutan hanya sembilan mil per jam jika hanya menggunakan sistem AIP.

Type 212A dibangun sebagai kapal selam pengintai dan pemburu yang dengan karakter tersembunyi. Itulah kenapa pada awalnya persenjataan kapal selam terbatas pada torpedo. Sebanyak enam tabung bisa menembakkan hingga 13 torpedo 533 milimeter DM2A4 Seahake yang terhubung ke kapal selam dengan serat kabel optik, yang memungkinkan kru untuk memandu senjata menuju target hingga lima puluh kilometer jauhnya.

Torpedo yang memiliki wide-aspect conformal sonar juga memungkinkan untuk mengirim data sensor kembali ke kapal peluncur. Sebuah sistem manajemen tempur Norwegia dimaksudkan untuk mengintegrasikan berbagai sensor data dari Type 212 ini, yang meliputi baik sonar pasif diderek dan radar hull-mount.

Baru-baru ini, Angkatan Laut Jerman telah mulai memasang kemampuan untuk menembakkan rudal serat optik IDAS saat terendam dari empat sel dalam tabung torpedo. Didasarkan dari rudal udara ke udara IRIS-T, IDAS akan digunakan terutama untuk menembak jatuh pesawat musuh, tetapi juga dapat menyerang target darat dan kapal permukaan menengah atau kecil dari jarak hingga 20 kilometer jauhnya.

Kemampuan Type 212 untuk beroperasi di perairan dangkal 17 meter, membuatnya ideal untuk merayap dekat dengan pantai guna menyebarkan pasukan komando angkatan laut Jerman, yang dikenal sebagai Kampfschwimmers.

Menyebar ke Seluruh Dunia

Berlin ini mengumumkan akan membangun dua Type 212A selama dekade berikutnya, dan Polandia telah menunjukkan minat untuk menyewa dua kapal Jerman. Kapal selam kecil dengan harga masing-masing sekitar US$394 juta yang tidak sebanding dengan kapal selam serang nuklir Kelas Virgnia Amerika Serikat yang seharga kira-kira US$2,8 miliar .

Angkatan Laut Italia saat ini juga memiliki empat Type 212 yang ditunjuk sebagai Kelas Todaro dengan kapal terakhir selesai dibangun pada 2015. Roma bermaksud untuk membangun dua kapal tambahan.


Galangan kapal di seluruh dunia juga telah memiliki lisensi memproduksi lebih dari selusin varian Type 214 yang didasarkan pada Type 212. Kapal Type 214 sepanjang 65 meter tidak memiliki hull non-magnetik seperti 212 dan beberapa sumber sistem diturunkan.

Namun, kapal selam ekspor memiliki jangkauan yang lebih panjang dan kedalaman menyelam lebih dari 400 meter, untuk mengakomodasi perairan di luar Baltik, dan delapan tabung torpedo yang mampu meluncurkan rudal antikapal Harpoon saat terendam.

Angkatan Laut Yunani mengoperasikan empat Type 214 yang disebut sebagia Kelas Papanikolis. Namun, kapal Yunani awalnya menderita masalah gigi yang signifikan. Portugal mengoperasikan dua kapal kelas Tridente yang diluncurkan pada tahun 2010, dan Turki sedang dalam proses membangun enam Type 214 di galangan kapal Gölcük, meskipun program ini telah mengalami beberapa penundaan. Kapal selam akan memiliki teknologi elektronik Turki, dan dipersenjatai dengan torpedo Mark 48 Amerika, rudal IDAS dan mungkin rudal jelajah serangan darat Gezgin-D.

Korea Selatan saat ini mengoperasikan enam Type 214 yang ditunjuk sebagia Kelas Son Won-il , dengan kapal selam ketujuh baru saja diluncurkan dan dua lagi sedang dibangun. Kelas Son Won-il membanggakan paket sensor, dan perahu terbaru, Hong Beom-do, dilaporkan telah dimodifikasi untuk meluncurkan rudal jelajah serangan darat.

Angkatan Laut Korea Selatan juga berniat untuk mereparasi varian yang lebih tua yakni Type 209 atau Kelas Chang Bogo dengan propulsi AIP bahan bakar sel. Demikian pula, Angkatan Laut Israel sudah mengoperasikan tiga kapal selam Kelas Dolphin 2 yang dilengkapi AIP yang dibangun oleh Jerman, dan tampaknya akan mengakuisisi tiga kapal selam lagi.

Jerman Tawarkan Type Lebih Besar

Pembuat kapal Jerman baru-baru ini menawarkan kapal selam yang lebih besar dan memiliki jangkauan lebih jauh dibandingkan Type 212/214 yang dikenal sebagai Type 216 dan 218. Type 216 dimaksudkan untuk dijual kepada Angkatan Laut Australia, tetapi kemudian tersingkir setelah Australia memilih Kelas Shortfin Barracuda Prancis.

Namun, kapal selam kedua yakni Type 218SG sedang berada di bawah konstruksi untuk Singapura, dan akan selesai pada 2020. Rincian dari kapal selam ini masih samar tetapi dikabarkan memiliki panjang 70 meter dengan mempertahankan jumlah awak yang kecil. Kapal selam diyakini memiliki Horizontal Multi-Purpose Locks, yang dapat digunakan untuk meluncurkan torpedo atau penyelam, dan juga kemampuan peluncuran rudal jelajah.

Diakui, semua kapal selam Jerman yang kecil mungkin tampaknya memiliki kecepatan, daya tahan dan beban senjata yang mengesankan, dibandingkan dengan kapal selam bertenaga nuklir Amerika dan Rusia yang lebih besar, yang dapat mempertahankan kecepatan lebih dari 25 mil per jam saat terendam selama tiga bulan sambil membawa puluhan senjata.

Namun, kapal berbahan bakar sel setidaknya akan setara dalam hal stealth dengan kapal selam bertenaga nuklir mereka, bahkan mungkin akan lebih senyap. Dan torpedo yang dibawa oleh masing-masing kapal sama mematikan.

Menimbang bahwa beberapa kapal seperti Type 212 atau 214 dapat dibangun dengan harga setara dengan satu kapal selam nuklir keuntungan senjata dari kapal selam yang lebih besar menjadi tidak begitu jelas.



Hal ini menjelaskan mengapa kapal selam Jerman telah terbukti sangat populer dengan angkatan laut di seluruh Eropa dan Asia yang berupaya untuk menegaskan kontrol mereka atas perairan pesisir.

1 comment:

  1. Bismillah,kapan ya TNI.AL bisa memiliki kelas type 212,214,218 SG ke arsenal armada tempur kita,mohon ijin pak prabowo,tolong penuhi kekuatan tempur kasel kita,jangan kecewakan hati rakyat untuk sistem pertahanan keamanan negaranya,saya yakin TNI.AL mampu menjaga amanah rakyat.

    ReplyDelete