Jaman sekarang siapa yang tidak kenal drone?. Mudahnya pengoperasian
ditambah dengan harganya yang sudah terjangkau membuat banyak orang dari
berbagai kalangan membeli drone dari berbagai bentuk dan rupa.
Namun satu ekses yang timbul dari merajarelanya penjualan drone terutama
dari Tiongkok dan tidak pernah terduga sebelumnya adalah utilisasi drone
komersial ini untuk tujuan militer.
Drone yang biasa digunakan untuk membopong kamera video atau surveilans
sekarang menjadi platform senjata yang mematikan di Suriah dan Irak.
Pemberontak ISIS memanfaatkan drone untuk membawa bom atau granat dan
menjatuhkannya ke posisi lawan. Dengan bentuknya yang kecil, sukar terdeteksi,
dan aman karena dikendalikan dari jauh, drone menjadi sarana pilihan untuk
mengintai dan mengeliminasi musuh.
Bagi negara yang militernya beroperasi dengan doktrin konvensional,
pendekatan yang digunakan untuk menghadapi ancaman drone ini justru menimbulkan
kegamangan. AS contonya, telah membawa platform anti drone AUDS ke Irak setelah
pasukannya diserang berkali-kali saat beroperasi di Mosul.
Yang lebih ekstrim, ternyata ada yang menggunakan rudal MIM-104 Patriot
untuk menembak drone mini tersebut!
Fakta tersebut diungkapkan oleh Jenderal David Perkins, Panglima US
TRADOC (Training & Doctrine Command), Komando yang mengurusi pembuatan
doktrin dan implementasinya di dalam AD AS.
Dalam simposium militer US Army Global Force dimana ia menjadi pembicara
kunci minggu lalu, sang Jenderal mengungkapkan bahwa “Salah satu negara sahabat
AS yang mengoperasikan MIM-104 Patriot telah menggunakan rudal tersebut untuk
menembak jatuh drone kecil dalam satu dari kejadian penghadangan operasional.”
Kejadian ini membuktikan betapa sensitifnya radar sistem Patriot yang
mampu mendeteksi sasaran kecil seperti drone. Namun disisi lain juga
menimbulkan pertanyaan serius.
Apa untungnya menggunakan rudal yang satu unitnya seharga USD 3 juta
untuk menembak jatuh drone yang cuma senilai USD300?. Hal tersebut kemudian
dianggap sangat berlebihan.
Apalagi drone tersebut juga menggunakan model quadcopter yang bisa dibeli
dengan mudah di berbagai tempat, bahkan secara online. Mau pakai berapa rudal
Patriot kalau lawan terus-menerus meluncurkan drone serupa?
“Walaupun rudal ini memang terbukti tangguh, tapi Saya tidak yakin kalau
ini merupakan taktik yang ekonomis dalam jangka panjang,” tambah Jenderal
David.
Hanya karena drone merupakan wahana udara, bukan berarti penangkalannya
harus mengandalkan rudal canggih seperti Patriot yang mampu mencegat rudal
balistik.
Angkatan bersenjata negara-negara NATO pun sudah waktunya untuk berkumpul
bersama dan menentukan strategi penangkalan
yang paling tepat untuk menghadapi ancaman drone bersenjata.
Teknologi dengan gelombang mikro, penangkalan dengan sistem CIWS (Close
in Weapon System), atau rudal antipesawat panggul merupakan beberapa alternatif
yang terus dijajaki oleh banyak perusahaan pertahanan.
Sistem MIM-104 Patriot dan versinya yang terkini, THAAD, dioperasikan
hanya oleh 11 negara di luar AS, seperti Belanda, Jerman, Jepang, Israel, Arab
Saudi, dan yang terakhir adalah Korea Selatan yang ditanggapi dengan sangat
curiga oleh Tiongkok dan Korea Utara.
0 comments:
Post a Comment