Amerika
Serikat berkeinginan untuk terus melanjutkan hubungan militer dengan
Indonesia. Bahkan hubungan ini perlu diperkuat dengan peningkatan latihan
bersama dan kerja sama-kerja sama lainnya.
Demikian
menurut Laksamana Muda Donald D. Gabrielson, Komandan Grup Logistik Armada
Militer AS di Pasifik Barat. “Hubungan militer-ke-militer Amerika Serikat dan
Indonesia selama bertahun-tahun berjalan dengan baik. Setiap tahun, kami
mengadakan kurang lebih 200 kegiatan dengan Tentara Nasional Indonesia. Saya
kira kerja sama seperti ini perlu ditingkatkan lagi demi memperkuat hubungan
kedua negara,” kata Gabrielson saat ditemui di sela acara pameran “Indo Defence
2016” yang diselenggarakan Kementerian Pertahanan Indonesia di Jakarta
International Expo, 3 November 2016.
Gabrielson
mengingatkan, salah satu kerja sama rutin yang digarap militer AS dan TNI
adalah Kerja Sama Kesigapan dan Pelatihan Maritim (CARAT), yang sudah 22 kali
dilakukan sejak 1995. Terakhir kali berlangsung pada 3-8 Agustus 2016.
CARAT adalah
latihan rutin antara militer AS dan TNI Angkatan Laut yang mencakup sejumlah
bidang, di antaranya peperangan anti-kapal selam, operasi tempur terbatas, dan
patroli maritim. Di ajang itu, personel militer kedua negara juga bertukar
pikiran dalam seminar dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial. Lebih dari
500 personel militer AS terlibat dalam program CARAT di Indonesia. “Program
CARAT yang terus berlanjut ini membuktikan seriusnya komitmen kami dalam
mengembangkan hubungan dengan para mitra strategis di kawasan seperti
Indonesia. Angkatan Laut kami bekerja sama dengan sembilan mitra di Asia
Selatan dan Tenggara untuk berbagai prioritas keamanan maritim, memperkuat
kemitraan maritim, sekaligus saling menempa kemampuan dengan para mitra,” kata
Gabrielson.
Selain
CARAT, dia juga mengungkapkan ada latihan militer lain yang juga melibatkan
kedua negara, yaitu Southeast Asia Cooperation and Training (SEACAT). Latihan
ini melibatkan AS, Brunei Darusallam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura,
dan Thailand.
Gabrielson
mengingatkan bahwa penguatan kemitraan militer AS dengan Indonesia ini didasari
tiga isu yang menjadi prioritas bagi kedua negara saat ini.
“Isu pertama
adalah kerja sama tanggap darurat atas bantuan kemanusiaan di wilayah bencana
alam. Mengingat banyak wilayah di Indonesia yang rentan dengan bencana alam,
maka kami selalu siap mengerahkan kapal dan personel bila dibutuhkan pihak
berwenang Indonesia untuk memberi dukungan logistik dan evakuasi,” kata
Gabrielson.
“Isu penting
kedua adalah baik AS dan Indonesia sama-sama berkepentingan dalam melindungi
wilayah udara dan laut di kawasan, sehingga tetap berjalan aman dan damai. Ini
termasuk kerja sama dalam menangani penyelundupan manusia, kerusakan ekologi,
dan kejahatan lintas-negara lainnya,” lanjut laksamana yang saat ini bertugas
di Singapura tersebut.
Selain itu,
isu ketiga yang jadi prioritas bagi kerja sama militer kedua negara adalah
bersama-sama menghadapi ancaman ekstremisme dan terorisme. “Tantangan-tantangan
bersama seperti itulah yang menjadi dasar bagi kami untuk terus memperkuat
hubungan dengan para mitra di kawasan, termasuk dengan Indonesia,” kata
Gabrielson.
Demi
komitmen itulah, AS juga mengirim kapal perang ke Asia Tenggara untuk menjalani
tugas secara berkala. Pada 16 Oktober lalu, militer AS mengirim USS Coronado
untuk bertugas di Asia Tenggara dengan basis di Singapura. “Kapal ini
beroperasi dari Singapura untuk bekerja sama dan berlatih dengan para mitra
Angkatan Laut di kawasan ini,” kata Gabrielson.
USS Coronado merupakan kapal
perang tipe LCS (Kapal Perang Pesisir), yang termasuk salah satu kapal
tercanggih di Armada ke-7 Angkatan Laut AS. Menurut Gabrielson,
saat ini AS baru mengirim satu kapal LCS ke Asia Tenggara yang bertugas selama
periode tertentu. Direncanakan mulai 2018, akan ada empat kapal LCS yang
dikerahkan ke kawasan.
0 comments:
Post a Comment