Tuesday, 8 November 2016

Torpedo Type 65-76A, Si Pembawa Maletaka Bagi Kapal Selam "Kursk"


Tahun 1999, sebuah kapal selam Rusia yang dirancang untuk menenggelamkan kapal induk menjadi korban senjatanya sendiri. Kapal selam Kursk mengalami bencana dan tenggelam setelah torpedo yang dibawanya meledak. Kecelakaan itu adalah bencana laut terburuk yang diderita oleh Rusia pasca-Perang Dingin.
Musuh terbesar Uni Soviet di laut adalah kapal induk Angkatan Laut AS. Dengan sayap pesawat serbaguna mereka, kapal induk Amerika bisa menggagalkan rencana Pakta Warsawa termasuk mengawal konvoi melintasi Atlantik untuk membom pangkalan Armada Utara Soviet di Kutub Utara. Mereka juga membawa senjata nuklir, membuat mereka sangat berbahaya untuk pantai Soviet.

Solusi Soviet adalah dengan membangun kapal selam Oscar Class, salah satu kapal selam terbesar yang pernah dibangun. Kapal selam memiliki ukuran panjang 506 kaki dengan lebar hampir 60 kaki atau hampir dua kali lipat dari kapal selam serang Kelas Alfa yang juga dibangun Uni Soviet. Dengan bobot 19.400 ton saat tenggelam, Oscar Class juga lebih besar dibandingkan kapal selam rudal balistik Ohio Class milik Amerika.
Mereka dibangun dengan ukuran yang besar karena satu alasan, kapal dibangun untuk membawa dua lusin rudal P-700 Granit. 

P-700 adalah sebuah rudal besar yang dirancang untuk membunuh kapal-kapal besar. P-700 memiliki panjang 30 kaki dan lebar hampir tiga kaki serta memiliki berat 15.400 pon, yang sebagian besar adalah bahan bakar untuk mesin ramjet yang mendorong rudal dengan kecepatan Mach 1,6 dan jangkauan 388 mil.
Rudal membawa 1.653-pon hulu konvensional daya ledak tinggi yang cukup untuk merusak sebuah kapal induk, atau lima ratus-kiloton hulu ledak nuklir yang cukup untuk melenyapkan kapal induk.
Rudal-rudal itu tersembunyi di bawah lambung kapal dalam dua baris yang masng-masing baris diisi 12 rudal . Peluncuran menggunakan silo menunjuk ke atas pada sudut 30 derajat. Senjata ini yang menjadikan mereka menerima penunjukkan sebagai SSGN, dengan G untuk “peluru kendali.”

Bukan itu saja yang dbawa, Oscar juga menggendong torpedo besar. Setiap kapal selam memiliki empat tabung torpedo 533 milimeter yang bisa meluncurkan torpedo homing, SS-N-15 “Starfish” untuk menyerang kapal selam atau rudal anti kapal SS-N-16 “Stallion”.
Selain itu kapal juga memiliki dua tabung torpedo 650-milimeter untuk meluncurkan torpedo Type 65-76A terhadap sasaran kapal yang lebih besar. Bersama enam tabung yang dipersenjatai dengan 24 torpedo.

Oscar memiliki kecepatan tinggi yang akan berguna untuk memburu dan mencegat kapal induk Amerika. Untuk mendukung ini kapal selam menggunakan dua reactor nuklir OK-650 yang mampu memberi daya 97.990 tenaga kuda. Kapal selam dapat mencapai kecepatan 15 knot saat di permukaan dan 33 knot saat di bawah air.
Sebanyak 20 kapal selam Oscar Class direncanakan untuk dibangun tetapi hanya tiga yang terealisasi sebelum kemudian Perang Dingin berakhir dengan runtuhnya Uni Soviet. K-141 yang juga dikenal sebagai Kursk, dibaringkan pada bulan Maret 1992 dan ditugaskan ke Armada Utara Rusia pada Desember 1994.


Pada tanggal 15 Agustus 2000, Kapal selam Kursk bergabung dalam latihan dengan unsur-unsur utama dari Armada Utara Rusia, termasuk kapal induk Admiral Kuznetsov dan battlecruiser Pyotr Velikiy.
Kursk, yang penuh dengan rudal Granit dan torpedo, dijadwalkan untuk melakukan serangan simulasi ke sebuah kapal induk.

Pada pukul 11:28, sebuah ledakan bawah air terdeteksi diikuti ledakan yang lebih besar dua menit kemudian. Ledakan pertama mampu mengguncang kapal penjelajah berat Pyotr Velikiy dan juga terekam di stasiun seismik Norwegia.
Setelah dua ledakan Kursk tenggelam di kedalaman 354 kaki pada sudut vertikal 20 derajat. Sebuah ledakan telah merobek lambung depan dan merobek sepanjang lambung atas.

Dari peristiwa tersebut setidaknya 23 dari 118 awak selamat sebagaimana ditulis salah satu pejabat senior kapal, Letnan Kapten Dmitri Kolesnikov. Catatan itu juga mengatakan dua jam setelah ledakan upaya penyelamatan yang dilakukan Rusia dan kemudian disusul Inggris dan Norwegia gagal untuk menyelamatkan para korban.

Sebuah penyelidikan Rusia pada kecelakaan menyimpulkan bahwa salah satu torpedo Type 65-76A Kursk telah meledak. Sebuah kerusakan las dalam sebuah torpedo atau kerusakan torpedo selama gerakan menyebabkannya bocor hidrogen peroksida.
Seperti kebanyakan torpedo, Type 65 menggunakan hidrogen peroksida sebagai bahan bakar air. Sayangnya, hidrogen peroksida bisa meledak ketika kontak dengan katalis, seperti senyawa organik atau kebakaran. Sebuah kecelakaan serupa diduga telah menenggelamkan HMS Sidon, kapal selam Angkatan Laut Inggris pada tahun 1955.

Teori konspirasi mengenai tenggelamnya Kursk yang marak di Internet Rusia menyebutkan kapal selam Amerika menenggelamkan Kursk dengan torpedo Mark 48. Meski secara teknis hal itu mungkin, tetapi tidak ada motif yang masuk akal Amerika melakukan serangan seperti itu ketika hubungan AS-Rusia sedang dalam periode yang baik. 

Mengapa menyerang Kursk?. Mengapa hanya menenggelamkakn Kursk, dan bukan Kuznetsov dan Pyotr Velikiy?. Mengapa pemerintah Rusia menutupi jika memang kapal itu tenggelam karena diserang?.

Pada akhirnya, tenggelamnya Kursk tampaknya telah disebabkan oleh kecelakaan kimia. Tragedi itu memperkuat betapa bahayanya kehidupan di dalam kapal selam dan pentingnya keselamatan di ranah bawah air.
Hal lain yang juga harus menjadi pelajaran, ketika kecelakaan terjadi pada situas politik yang sedang tegang, maka teori konspirasi bisa benar-benar menjadikan alasan untuk pecahnya perang.

0 comments:

Post a Comment