Pasukan
Angkatan Darat Taiwan menggelar latihan perang dengan mensimulasikan invasi
China terhadap wilayahnya. Simulasi serangan itu dipraktikkan di tengah
ketegangan yang sedang terjadi antara China dan Taiwan.
Ketegangan
kedua pihak mulai memanas ketika Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald
Trump menerima telepon Presiden Taiwan Tsa Ing-wen. Ketegangan berlanjut
setelah Trump mengisyaratkan akan mengakhiri kebijakan “One China” kebijakan
untuk menyatukan Taiwan dengan China yang sudah dijalankan presiden-presiden AS
sebelumnya.
Simulasi
invasi China yang diperagakan militer Taiwan, seperti dalam video yang dilansir
Daily Mirror (17/1/2017), melibatkan sejumlah tank tempur, kendaraan
lapis baja dan helikopter militer. Berbagai peralatan tempur itu meletuskan
tembakan besar layaknya perang.
Militer
Taiwan telah siaga tinggi selama berbulan-bulan, dan telah mengintensifkan
persiapan untuk mengantisipasi setiap potensi agresi China.
Sementara
itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying mengatakan AS sudah
jelas menyadari posisi China soal kebijakan “One China”. ”Setiap orang harus
memahami bahwa di dunia ini ada hal-hal tertentu yang tidak dapat
diperdagangkan atau diperjual belikan,” katanya dalam konferensi pers kemarin.
”Prinsip
‘One-China’ adalah prasyarat dan dasar politik bagi negara manapun yang
memiliki hubungan dengan China,” ujar Hua.
“Jika ada
yang mencoba untuk merusak prinsip ‘One China’ atau jika mereka berada di bawah
ilusi mereka untuk menggunakan ini sebagai tawar-menawar, mereka akan ditentang
oleh pemerintah dan orang-orang China. ”Pada
akhirnya itu akan menjadi seperti mengangkat batu untuk dijatuhkan di atas kaki
sendiri.” lanjut Hua.
0 comments:
Post a Comment