Lima ratus
tentara Singapura mengambil alih Waiouru Army Base Selandia Baru untuk latihan
tahunan bertajuk "Thunder Warrior". Negara Asia
Tenggara tersebut membawa persenjataan canggihnya, yang tidak dapat digunakan
di dalam negeri hanya karena tidak memiliki ruang. Masalah luas wilayah
Singapura yang sempit menyebabkan tentaranya harus datang ke Selandia Baru
untuk berlatih menggunakan senjata mereka.
"Daerah
pelatihan di Waiouru hampir dua kali luas seluruh Singapura," kata Menteri
Pertahanan Singapura Dr Ng Eng.
Latihan
tersebut bukan merupakan latihan bersama, tidak ada pasukan Selandia Baru yang
ambil bagian, dan Singapura diberikan akses penuh ke daerah pelatihan Waiouru
ini. Militer Selandia Baru bahkan tidak memilki peralatan militer seperti yang
dibawa oleh Singapura dalam latihan tersebut.
Latihan pada
tahun ini merupakan tahun ke-20 Thunder Warrior, dan juga menandai 50 tahun
hubungan pertahanan Singapura dan Selandia Baru, dimana menteri pertahanan
Singapura dan timpalannya dari Selandia Baru, Gerry Brownlee, mengadakan
pertemuan bilateral setelah acara kunjungan latihan tersebut.
Tentara
Singapura akan kembali ke negaranya pada minggu depan dan akan kembali setahun
kemudian untuk melakukan latihan yang serupa.
Salah satu
senjata yang digunakan dalam latihan tersebut adalah Singapore Self-Propelled Howitzer 1 (SSPH 1)
Primus. Selain Primus, juga didatangkan Safari Weapon Locating Radar dan Field
Artillery Meteorological System.
Singapore
Self-Propelled Howitzer 1 (SSPH 1) Primus adalah howitzer swagerak yang
dipersenjatai dengan howitzer 155 mm. Dikembangkan bersama oleh Angkatan
Bersenjata Singapura, Badan Sains dan Teknologi Pertahanan Singapura (Defence
Science and Technology Agency - DSTA) dan Singapore Technologies Kinetics (ST
Kinetics), howitzer swagerak itu diperkenalkan pertama kali dalam pameran
Singapore Artillery pada tahun 2004.
Chasis-nya
dibuat berdasarkan chasis howitzer swagerak M109 155 mm United Defense yang
telah terbukti. Chasis ini diupgrade pada sejumlah tempat dan memiliki mesin
baru yang sama dengan mesin yang dipasang pada kendaraan tempur infanteri
Bionix ST Kinetics, yang juga berada dalam kedinasan AB Singapura. Pengunaan
subsistem yang sama antara Primus dan Bionix memberikan beberapa keuntungan,
antara lain pelatihan yang lebih mudah dan logistik yang lebih sederhana.
Primus
menggunakan mesin diesel Detroit Diesel Corporation 6V 92TIA dengan daya 550hp
dengan transmisi full otomatis General Dynamics Land Systems HMPT-500-3EC. Kecepatan
maksimum jalan raya Primus mencapai 50 km/jam dengan jangkauan jelajah hingga
350 km.
Primus
memiliki bobot 28,3 ton sehingga memungkinkan menggunakan sistem jembatan
lapangan militer yang digunakan AB Singapura. Primus juga dapat diangkut oleh
pesawat angkut Airbus A400M.
Turret
dilengkapi dengan meriam 155 mm/39-cal buatan lokal yang dilengkapi dengan
muzzle brake dan fume extractor. Jarak tembak Primus tergantung pada kombinasi
jenis proyektil dan charge yang digunakan, sekitar 19 km dengan proyektil M107
high explosive (HE) dan 30 km dengan proyektil extended range full bore base
bleed.
Sistem
pemuatan semi otomatis memberikan rate of fire yang meningkat dan mengurangi
kelelahan awak. Proyektil dengan fuse dimuat secara otomatis, sedangkan charge
modular dimuat secara manual. Primus memiliki rate of fire tiga peluru dalam 20
detik dan rate of fire 6 peluru per menit. Magazinnya menampung 22 butir
proyektil 155 mm.
0 comments:
Post a Comment