Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada Rabu 2 November 2016 kembali mencaci maki Amerika Serikat karena menghentikan rencana penjualan 26.000 senapan ke negaranya. Dia menyebut orang-orang yang ada di balik keputusan ini sebagai “bodoh” dan “monyet” serta kembali mengatakan mungkin akan beralih ke Rusia dan China sebagai gantinya.
Departemen Luar Negeri Amerika memutuskan untuk menghentikan penjualan senapan serbu ke polisi Filipina karena kekhawatiran tentang pelanggaran hak asasi manusia di Filipina selama perang narkoba yang dikobarkan Duterte dan telah menewaskan ribuan orang.
“Lihatlah monyet ini, 26.000 senjata api yang ingin kita beli, mereka tidak ingin menjual,” kata Duterte dalam pidatonya di televisi Rabu yang dikutip Reuters.
“Keparat, kami memiliki banyak senjata buatan sini. Amerika bodoh.”
Lebih dari 2.300 orang telah tewas dalam kampanye anti-narkotika Duterte, yang merupakan janji kampanyenya.
Duterte telah menunjukkan kemarahannya pada Amerika Serikat yang menyatakan kekhawatiran tentang pembunuhan ekstra-yudisial. “Itu sebabnya saya kasar pada mereka, karena mereka kasar pada saya,” katanya.
Kepala polisi Filipina, Ronald dela Rosa, Selasa menyatakan kekecewaannya karena polisi tidak akan mendapatkan senapan M4, yang menurutnya sangat handal.
Duterte menegaskan bahwa Rusia dan China telah menunjukkan kesediaan untuk menjual senjata ke Filipina, tapi ia akan menunggu untuk melihat apakah militer ingin terus menggunakan senjata AS.
“Rusia, mereka mengundang kita. China juga. China terbuka, apa pun yang Anda inginkan, mereka mengirimi saya brosur mengatakan kita pilih, kami akan memberikan Anda.
0 comments:
Post a Comment