Thursday 10 November 2016

Donald Trump Akan Bawa Amerika Jadi Negara yang Apatis


Donald Trump akhirnya terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) dalam pemilihan presiden kemarin, 09/11/2016. Terpilihnya Trump cukup mengejutkan karena pada masa kampanye, popularitasnya kalah menurut media massa di AS. Di luar negeri, citra Trump juga digambarkan sangat buruk.

“Make America Great Again” demikian slogan kampanye Trump. Yang paling diminati rakyat AS dari Trump adalah janjinya yang akan mengutamakan perubahan kebijakan di dalam negeri daripada turut campur urusan negara orang. Sumber daya ekonomi AS hampir terkuras habis untuk membiayai aksi sebagai polisi dunia. Krisis ekonomi sejak 2008 meningkatkan jumlah pengangguran, tunawisma. Kota-kota pusat Industri menjadi kota mati. Dan pelan tapi pasti, China terus menggerogoti satu per satu bisnis strategis AS untuk dibawa ke daratan Tiongkok.

Sebagian masyarakat AS menyadari, bahwa mereka tak lagi “Great” tapi hanya sekedar “big”. Mirip orang obesitas, badan besar tapi penuh ancaman serangan penyakit yang harus dicegah. Trump ingin masyarakat AS melupakan konflik di timur-tengah dan membiarkan negara-negara ditimur tengah berperang satu sama lain, toh cadangan minyak AS yang ditimbun di Texas sudah lebih dari cukup untuk 200 tahun ke depan.

Perketat semua pintu masuk orang asing ke AS. Bila perlu tak boleh lagi ada pengungsi masuk. Orang Suriah, Irak, Meksiko dan dari negara konflik mana pun tak seharusnya lari dari masalahnya ke AS. Mereka harus menyelesaikan masalahnya sendiri di dalam negaranya meskipun harus mati. Apa urusanya dengan AS? , kata Trump dalam salah satu kampanye.

Trump boleh saja dibenci dan tidak popular bagi masyarakat luar negeri tapi warga kulit putih AS yang merasa lebih dulu datang ke tanah Indian, yang sekarang mulai tersingkir dengan warga kulit lain yang datang belakangan, justru mendukung Trump.


Bukan bermaksud rasis, orang-orang kulit putih memang berhak merasa sebagai kalangan pribumi yang telah lama berada ditanah milik suku Indian tersebut. Mereka yang membuka lahan, berperang melawan suku Indian, berjuang mati-matian bertransmigrasi demi penyebaran penduduk pada tahun 1800-an. Berperang melawan Inggris untuk kemerdekaan. Saling bunuh dalam perang saudara demi konstitusi negara. Hingga akhirnya AS mulai berjaya selepas Perang Dunia ke-2.

Lalu datanglah gelombang imigran dari tanah Arab, Amerika Selatan dan Asia Selatan. Mereka kemudian tiba-tiba mendapat hak yang setara dengan kulit putih. Siapa yang gak sakit hatinya?. kurang lebih rasa yang mereka alami sama persis dengan yang mengaku-ngaku penduduk pribumi Indonesia.

Apakah AS tak takut disalip China dan Rusia?
Butuh waktu 200 tahun bagi China dan Rusia untuk menyamai kekuatan militer AS. Paman Sam masih negara dengan armada tempur paling digdaya. Dengan formasi serang 3 kapal induk, itu sudah setara dengan kekuatan militer China 100%.

Trump tak perlu khawatir soal kekuatan militer. Justru dengan bersikap apatis (membiarkan) terhadap konflik di Timur Tengah, jutaan dollar dari pesanan senjata akan mengalir masuk tanpa perlu keluar sepeser pun.
Sekali lagi masalahnya adalah ekonomi. Gara-gara krisis yang terus berkepanjangan. Banyak proyek alutsista yang terpaksa dipangkas atau bahkan dihentikan seperti kapal perang LCS.

Yang patut ditunggu dari kebijakan Trump adalah tentang rencananya untuk tidak lagi menggratiskan pengadaan persenjataan untuk sekutunya di Eropa, bahkan mengancam tidak akan membantu karena alasan ketidak adilan anggaran, juga kebijakan Trump yang katanya akan merangkul Rusia ditengah tensi yang tinggi dengan sekutunya (NATO). kita tunggu saja seperti apa nanti, apakah Trump akan benar-benar merealisasikan kebijakannya tersebut

0 comments:

Post a Comment