Thursday, 10 November 2016

Mengenal Frigate Gepard, Kapal Perang Rusia Yang Dijejali Berbagai Sistem Senjata Mematikan


Jika TNI AL masih setia menggunakan korvet lawas dari kelas Parchim, di Rusia kapal perang kelas ini sudah digantikan oleh fregat dari kelas Gepard (Project 1161).
Gepard sendiri mewakili kelas kapal dengan desain yang berasal dari jaman peralihan ketika Uni Soviet pecah, dan ditujukan untuk menggantikan fregat kelas Koni, Grisha, dan tentu saja korvet Parchim.

Karena ditujukan untuk menggantikan kapal perang dari dua kelas berbeda, Gepard memiliki tonase ringan yang menjembatani antara korvet dan fregat. Pemotongan baja untuk lunas dilakukan pada 1991 di galangan Zelendanosk, tetapi sejumlah langkah penghematan biaya membuat dinas aktifnya tertunda sampai 2003. Kapal pertama, Tatarstan, bertugas di armada Laut Kaspia disusul Dagestan dan Buresvetnik.

Lambung Gepard dibuat dari baja, yang dibagi ke dalam sepuluh kompartemen tahan banjir yang mencegah tenggelamnya kapal pada saat menerima serangan, bahkan apabila kerusakannya terjadi pada dua sisi sekaligus. Bagian superstrukturnya dibuat dari alumunium dan magnesium untuk menjaga agar tetap ringan.

Sistem propulsi dari Gepard mengandalkan kombinasi CODOG (Combined Diesel or Gas) atau paduan mesin diesel dan turbin gas, yaitu satu mesin diesel Type 61D berdaya 8.000bhp dan dua mesin turbin gas yang masing-masing menyemburkan daya 29.300shp.
Kombinasi ini dapat membawa Gepard berlayar sejauh 5.000 mil laut dengan kecepatan jelajah ekonomis 10 knot.
Apabila dipacu maksimal, Gepard dapat melaju dengan kecepatan maksimal 28 knot. Sistem catu daya kapal disediakan oleh tiga mesin diesel berdaya 600kW. 

Komplemen penuh awak yang mengoperasikan Gepard adalah 98 orang, walaupun dalam kondisi full load jumlah ini dapat ditambah sampai 103 orang. Endurance patroli dari Gepardhanya 15 hari karena keterbatasan ruang simpan perbekalan. Hal ini tidak menjadi masalah saat kapal dioperasikan di Kaspia yang memang sempit, namun menjadi problematika tersendiri untuk negara yang tertarik membelinya.

Soal sistem senjata, walaupun kelasnya hanya fregat, Gepard diimbuhi sistem senjata untuk melancarkan perang terhadap ancaman di bawah permukaan dan atas permukaan.
Sistem senjata utamanya terdiri dari meriam dan rudal. Meriam utamanya adalah AK-176M kaliber 76,2 mm yang dapat menembak dengan kecepatan (teoritis) 120 peluru/ menit dengan jarak efektif 10km dan 314 butir peluru.
Gepard juga dapat membawa rudal anti kapal Kh-35E Uran-E (NATO: SS-N-25 Switchblade). Rudal Kh-35E disimpan dalam sel peluncur yang berkapasitas empat rudal dan dipasang di tiap sisi kapal.


Sementara untuk sistem pertahanan jarak dekat disediakan sistem senjata anti pesawat Palma yang terdiri dari Sosna-R SAM (9M340E) dan kanon 30 mm yang dikendalikan oleh sistem kendali senjata 3V-89. Sistem ini terpasang di depan anjungan. Selain itu kapal ini dilengakapi juga dengan hangar dan dek untuk helikopter anti kapal selam kelas Ka-26 Hormone.

Radar pada Gepard terdiri dari 34K1 Monolit (NATO: Bass Stand) yang merupakan radar pengarah untuk rudal jelajah, MR-212 Vagyach, dan MR-352ME1 Pozitiv ME1 yang bekerja pada X band dan mampu menyapu area sejauh 150km dan ketinggian 30km.
MR-352ME1 dapat mendeteksi sasaran di udara dalam kondisi ideal pada jarak 110km dan menjejak 3-5 sasaran sekaligus.

Untuk peperangan bawah permukaan, Gepard membawa sistem sonar Zarnitsa yang terdiri dari sonar yang dipasang di bawah lambung kapal dan VDS (Variable Depth Sonar).
Kapal selam yang terdeteksi oleh sistem sonar ini dapat ditangani dengan torpedo 533 mm yang diluncurkan dari tabung yang terpasang pada dek. Selain torpedo juga ada roket anti kapal selam (ASROC) RBU-6000, plus pelontar ranjau anti kapal yang terpasang di buritan.
Untuk pertahanan dari rudal anti kapal yang menyasar, Gepard juga disiapkan pelontar roket PK-16 sebanyak 16 tabung x 4 peluncur untuk menangkis rudal yang datang secara salvo, plus dua AK-630 CIWS 30 mm sebagai pertahanan terakhir.

Fregat ringan Gepard sendiri menerima cap battle proven ketika pada 7 Oktober 2015 mengawal korvet dari kelas Buyan-M yaitu Grad Sviyazhsk, Uglich dan Veliky Ustyug meluncurkan rudal jelajah Kalibr-NK ke arah situs-situs ISIS di Suriah. Tercatat sebanyak 26 rudal ditembakkan dan terbang 1.500 mil jauhnya ke sasaran.

Rusia menawarkan Gepard dalam beberapa konfigurasi ekspor, seperti Gepard-1 tanpa sistem VDS dan tanpa hangar, atau Gepard-2 tanpa sistem rudal, atau Gepard-3 dengan sistem CIWS kortik yang lebih baik.
Rusia pun menawarkan Gepard-4 untuk kebutuhan SAR dan Coast Guard, dan terakhir versi jarak jauh yaitu Gepard-5 yang sepenuhnya menggunakan mesin diesel (CODAD) dan mampu mencapai jarak 8.000 mil laut.

Di Asia Tenggara, tercatat Vietnam membeli versi ekspor dari Gepard (Gepard 3.9) sebanyak dua unit yang diberi nama HQ-011 Dinh Tien Hoang dan HQ-012 Ly Thai To dan sudah diserahkan pada 2011.

Gepard Class milik AL Vietnam

Perbedaan antara Gepard untuk AL Rusia dan AL Vietnam adalah keberadaan bow thruster pada versi Vietnam yang dapat membantu manuver kapal untuk berbelok dengan radius yang lebih kecil.
Karena puas saat menggunakan kapal perang ini, Vietnam memesan dua unit lagi Gepard yang rencananya akan diluncurkan pada bulan November 2016 dan awal 2017.

0 comments:

Post a Comment