Sengketa
kawasan perbatasan RI dengan Malaysia masih berlanjut. Bahkan di kawasan
Sebatik ada klaim titik perbatasan berdasarkan persetujuan atau konvensi antara
Inggris Raya dan kolonial Belanda yang mengatur batas wilayah Malaysia dan
Indonesia setelah merdeka.
Itu
disampaikan Pangdam VI Mulawarman, Mayjen TNI Johny L Tobing usai melepas 350
prajurit Batalyon Infanteri (Yonif) 611 Awang Long di pelabuhan Semayang pagi
tadi (4/1).
“Ada 4 titik
perbatasan yang masih bersengketa dan tidak bisa diselesaikan di tingkat
Panglima TNI karena menyangkut urusan antar negara. Jadi urusan Menteri
Pertahanan dan Menteri Luar Negeri,” kata Pangdam.
Posisi dan
tugas TNI, lanjut Johny, menjaga dan mempertahankan batas negara. “Kalau
kawasan itu masih status quo, ya TNI tidak melibatkan diri. Tapi yang pasti
kita maksimalkan pengamanan,” lanjutnya.
Sementara
ratusan prajurit Yonif 611 Awang Long diberangkatkan ke Nunukan, Kaltara untuk
menggantikan prajurit Yonif 614 Raja Pandhita. Mereka tergabung dalam Satuan
Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) RI-Malaysia.
“Tugas yang
paling berat bagi prajurit di perbatasan yakni melawan diri sendiri. Bisa saja
mereka menjadi malas patroli dan bersosialisasi dengan warga di sana. Apalagi
kita tidak dalam konfrontasi dengan Malaysia,” jelas Pangdam.
Sehingga
ancaman yang paling nyata di kawasan perbatasan adalah praktik ilegal dan
penyelundupan narkoba. “Itu yang kita lawan sekarang ini karena perbatasan
jalur rawan masuknya narkoba ke Indonesia,” tegasnya.
Kodam VI
Mulawarman yang membawahi tiga teritorial yakni Kaltara, Kaltim dan Kalsel
memiliki 39 pos perbatasan. 20 pos sebelumnya telah ditempati Yonif 403
Wirasada Pratista Yogyakarta.
“Nanti kita
lihat pembagian posnya, karena tergantung kemudahan pengendalian operasi. Kalau
yang dilepas ini mereka bertugas 9 bulan di perbatasan,” pungkas Pangdam.
0 comments:
Post a Comment