Media
pemerintah China mengonfirmasi bahwa Beijing telah menerima pengiriman Sukhoi
Su-35 “Flanker-E” dari Rusia. Surat kabar China Daily mengabarkan bahwa empat
unit pesawat telah tiba pada akhir Desember 2016.
Situs
pelacakan penerbangan real-time Flightradar24, menyebutkan bahwa sebuah pesawat
angkut Ilyushin Il-76 buatan perusahaan kargo Rusia Volga-Dnepr berangkat dari
Komsomolsk-na-Amure lokasi pembuatan Su-35 oleh perusahaan manufaktur pesawat
terbesar di Rusia Komsomolsk-na-Amure Aircraft Production Association (KnAAPO)
menuju Pangkalan Udara Cangzhou-Cangxian di Provinsi Hebei, China Utara.
Sementara,
Pusat Pelatihan dan Uji Penerbangan (FTTC) Angkatan Udara Tentara Pembebasan
Rakyat (AUTPR), suatu lembaga yang bertanggung jawab untuk mengembangkan
strategi tempur, program pelatihan, dan prosedur terbang untuk pesawat baru,
juga berada di Cangzhou-Cangxian.
Pada 25
Desember, Il-76 mendarat di Pangkalan Udara Suixi di Provinsi Guangdong. Ini
adalah pangkalan udara China yang berada paling dekat dengan Laut China
Selatan.
Meskipun
foto-foto buram yang diduga merupakan pesawat Su-35 telah tersebar di media
sosial China, belum diketahui secara pasti apakah saat itu Ilyushin membawa
pesawat pesanan AUTPR atau hanya membawa suku cadang dan peralatan servis
untuk jet tempur itu.
Pada
November 2015, Beijing menandatangani kontrak pembelian 24 pesawat Su-35
senilai dua miliar dolar AS setelah lima tahun perundingan dengan Moskow.
Menurut Andreas Rupprecht yang telah menulis tiga buku mengenai industri dan
penerbangan China, ketertarikan Beijing terhadap jet tempur ini berakar dari
keinginan Negeri Tirai Bambu untuk mendapatkan teknologi Rusia.
Kepada
Defense News, Rupprecht mengatakan bahwa China sangat tertarik dengan mesin
turbofan pembakar lanjut (afterburner) Saturn AL-41F1S (117) yang membantu
memberikan Su-35 kemampuan dorong yang terarah.
Selama
beberapa tahun, Beijing telah berusaha mengembangkan berbagai jet tempurnya
sendiri. Namun, berbagai masalah teknis kerap menghambat pengembangan. Mesin
Saturn AL-31 milik Rusia bahkan masih mendukung pesawat Chengdu J-10 bermesin
tunggal China, pesawat kapal induk Shenyang J-15, dan pesawat tempur Chengdu
J-20.
Ketika
pertama kali diumumkan bahwa Rusia akan mengirimkan pesawat tempur generasi
keempat, Letjen (Purn.) Evgeny Buzhinsky dari PIR Center mengatakan ia tidak
khawatir dengan kemungkinan rekayasa balik. "Mereka (China) tidak bisa
memproduksi mesin. Kami sepakat untuk memasok mesin bagi Su-35, tapi untungnya
kata rekan teknis saya (mereka) tidak mungkin membuat tiruan mesin. Ini karena
(mereka) tidak mungkin bisa mencapai inti mesin tanpa menghancurkan seluruh
komponen," kata Buzhinsky kepada The Diplomat.
Rupprecht
menunjukkan bahwa jika pesawat-pesawat tempur AUTPR akan ditempatkan di Suixi,
Su-35 bisa ‘bertindak sebagai pengawal tempur jarak jauh pesawat pengebom H-6K
di sekitar Laut China Selatan atau bahkan untuk menghadapi Jepang
Pesawat
tempur multiperan dengan mesin ganda buatan Rusia ini bisa jadi lebih tepat
digunakan untuk patroli tempur udara dan misi pengawalan pengeboman di atas
Laut China Selatan dengan pengisian bahan bakar di udara dari kelompok pesawat
Ilyushin Il-78 buatan Soviet yang China peroleh dari Ukraina, tulis Sputnik. Dengan
demikian, ini akan membuat pesawat jet lebih dinamis daripada Shenyang J-11B
milik Angkatan Laut TPR yang digunakan saat ini.
0 comments:
Post a Comment