Demi
mempersiapkan diri menghadapi konflik perbatasan dengan China, militer Myanmar
telah membeli sebanyak 1000 kendaraan angkut personel bersenjata (APC) dari
Ukraina. Proses pengiriman 1000 APC BTR-3 U itu terus berlangsung hingga tahun
2017 ini.
Kehadiran APC dalam jumlah besar ini selain digunakan untuk
memperkuat pertahanan di perbatasan juga disinyalir akan berakibat negatif bagi
penduduk minoritas Myanmar, Rohingya yang selama ini mendapat perlakuan buruk.
Sebagai
kendaraan angkut personel lapis baja, BTR-3U merupakan pengembangan dari BTR-80
buatan Rusia. Persenjataan yang dimiliki BTR-3U antara lain kanon kaliber 30mm,
senapan mesin kaliber 7.62 mm, peluncur granat otomatis kaliber 30 mm, rudal
antitank, dan lapisan baja yang membungkus bodi BTR-3U bisa menahan gempuran
peluru meriam.
Untuk
mengoperasikan BTR-3U dibutuhkan tiga ora kru, yakni sopir, opeartor senjata,
dan komandan. Personel pasukan bersenjata lengkap yang bisa diangkut sebanyak
enam orang dan para pasukan ini bisa melancarkan serangan dari BTR-3U melalui
lubang-lubang tembak yang sudah tersedia.
Para pasukan
bisa masuk dan keluar dari BTR-3U melalui pintu samping dan dari atap. Dengan
mesin buatan Jerman Deutz BF6M1015 berkekuatan 326 daya kuda, mesin BTR-3U baru
diservis setelah dioperasikan hingga 60.000 km. Selain bisa dioperasikan di
medan-medan berat daratan, BTR-3U juga bisa dioperasikan di lautan karena
memiliki kemampuan amfibi.
Karena
besarnya pesanan, Myanmar mendapatkan lisensi untuk memproduksi BTR-3U dari
Ukraina, sehingga semua unit pesanannya ke depan akan diproduksi dan dirakit di
Myanmar.
0 comments:
Post a Comment