Sunday, 6 November 2016

Misi Udara Pertama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Dengan Sandi Operasi Kalimantan

Misi udara pertama yang dilakukan oleh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada tanggal 17 Oktober 1947. Menggunakan pesawat Dakota, 13 penerjun payung Indonesia dijatuhkan di Kotawaringin, Kalimantan Tengah.


Foto ketika Panglima Jenderal Sudirman sedang memeriksa kelengkapan parasut seorang anggota AURI

Pada 17 Oktober 1947 dini hari, sebuah pesawat Dakota memecah keheningan Maguwo, pesawat itu lepas landas menuju Kotawaringin, Kalimantan Tengah, sebagai daerah sasaran penerjunan. Pesawat Dakota yang diawaki Kapten pilot Bob Freeberg dengan Co-pilot Makmur Suhodo serta dibantu jump master Amir Hamzah dan pemandu jalan Mayor Tjilik Riwoet bersama 13 pejuang prajurit AURI sebagai satgas Dakota RI-002. 

Peristiwa penerjunan yang dilakukan oleh 13 prajurit AURI di Kalimantan tersebut merupakan peristiwa yang menandai lahirnya satuan tempur Pasukan Khas TNI AU, dan tanggal itu pun menjadi titik tolak sejarah penerjunan oleh prajurit TNI yang merupakan operasi penerjunan dan operasi lintas udara pertama di Indonesia.


RI-002 Pesawat yang menerjunkan pasukan Indonesia di Kalimantan


Foto 12 Personil Penerjun memasuki pesawat Dakota


Emanuel Nuhan, 1 diantara 13 prajurit AURI pada penerjunan pertama pasukan payung RI dalam Operasi Kalimantan

Sayangnya, penerjunan ini tidak berjalan mulus. Karena buruknya cuaca dan kontur tanah di Kalimantan yang memiliki banyak hutan lebat, sang pemandu, Mayor Tjilik Riwut, tidak bisa menentukan dengan pasti titik penerjunan yang telah direncanakan. Akibatnya, pasukan ini tersesat di dalam hutan dan pada tanggal 23 November 1947 mereka disergap tentara Belanda sehingga mengakibatkan tiga orang anggota tim yaitu Heri Hadi Sumantri, Iskandar, dan Ahmad Kosasih gugur. 

Meski demikian, anggota tim yang lain berhasil menyelamatkan diri dan terus melakukan gerilya. Namun beberapa bulan kemudian mereka berhasil ditangkap dan diadili oleh Belanda. Untunglah, pengadilan Belanda tidak bisa menyingkap identitas asli mereka sebagai anggota pasukan payung sehingga mereka pun dijatuhi vonis sebagi kriminal biasa.

Bisa dibayangkan betapa beraninya mereka. Dalam kesatuan tentara mana pun di dunia, lazimnya para personil operasi lintas udara telah memiliki jam terjun yang cukup tinggi atau telah mendapat kualifikasi HAHO/HALO. Latihan atau banyaknya jam terbang merupakan hal yang sangat vital mengingat bahwa kegagalan sekecil apa pun bisa menyebabkan hilangnya nyawa prajurit. Belum lagi, hadangan bala tentara musuh yang harus mereka hadapi pada saat mendarat. Namun, patriotisme dan keberanian mereka tidak sia-sia. Nama mereka tercatat dalam sejarah Indonesia sebagai pelaku operasi lintas udara pertama sekaligus perintis berdirinya salah satu pasukan khusus dalam tubuh TNI.

Kelak pada era Wiriadinata, yang merupakan komandan PGT (Pasukan Gerak Tjepat - sekarang Korpaskhas) pertama (1952), telah banyak membawa perkembangan pasukan payung Indonesia, terutama AURI-TNI AU. Konsep PGT sejak awal mulanya memang tertuju pada kemampuan para dan komando.

0 comments:

Post a Comment