Saturday, 3 December 2016

Lockheed Tetap Pede Dengan Nasib Viper Kedepannya


Presiden dan CEO Lockheed Martin Marillyn Hewson menyatakan pihaknya tidak menyerah tentang produksi F-16 Viper bersama upgrade besar untuk Singapura, Korea Selatan dan Taiwan, meskipun dia mengkonfirmasikan bahwa kesenjangan produksi akan muncul di kuartal ketiga 2017.

Dengan produksi F-35 Lightning II di Fort Worth lebih lambat dari yang diperkirakan karena penundaan program dan biaya tinggi pesawat generasi kelima ini menjadikan garis produksi F-16 akan tetap terbuka. Model F-16V terbaru sedang dipasarkan di seluruh dunia, khususnya di Timur Tengah di mana negara-negara di wilayah itu dilarang memperoleh F-35 karena Israel menentangnya.

Pakistan dipastikan tidak lagi membeli jet tempur ini setelah Amerika Serikat memutuskan untuk tidak memberikan subsidi hingga harga pesawat akan terlalu mahal. Penjualan ke Bahrain juga belum mendapat persetujuan Departemen Luar Negeri. Mungkin ada prospek jangka panjang di kawasan Asia-Pasifik dan dengan India, meskipun pesawat tersebut akan dibangun secara lokal.

Jika salah satu dari prospek penjualan ini berhasil, Hewson mengatakan garis produksi akan bisa berlanjut dan tidak berakhir pada pengiriman 36 jet F-16IQ Blok 52 milik Iraq.

“Kami terus memiliki minat di Timur Tengah dan negara-negara lain untuk kartu tambahan,” katanya di Konferensi tahunan Credit Suisse Industrials di Palm Beach, Florida, pada 30 November yang dilansir Aviation Week. “Kami berharap untuk melihat adanya permintaan terus dari F -16, baik platform baru atau upgrade.

0 comments:

Post a Comment