Tekanan
ekonomi telah mempengaruhi upaya Rusia untuk memodernisasi militer mereka.
Tetapi dengan strategi hemat dan cerdas, Moskow tetap mampu ''meningkatkan
kekuatan mereka dan kembali disegani oleh dunia internasional.
Agar hemat,
Moskow memilih untuk berinvestasi dalam versi modern atau upgrade dari platform
yang ada, dari pada menunggu untuk platform yang benar-benar baru seperti tank
Armata dan jet tempur generasi kelima.
Sebagian
besar peralatan Angkatan Bersenjata Rusia adalah peninggalan Perang Dingin dan
mereka memprioritaskan untuk meningkatkan jumlah peralatan modern yang
dikembangkan dari senjata lama daripada memperkenalkan kemampuan baru yang
revolusioner.
Dalam
Program Peralatan Perang 2011-2020 menekankan persentase peralatan modern dalam
pelayanan menjadi 30% dari total senjata pada tahun 2015 dan kemudian mencapai
70% pada tahun 2020. Sebagian besar senjata baru adalah platform lama yang
ditingkatkan kemampuannya secara signifikan.
Wakil
Menteri Pertahanan Rusia bebrapa waktu lalu mengatakan militer Rusia telah
menerima sekitar 1.200 pesawat baru dan dimodernisasi sejak 2013. Jumlah
itu terdiri dari 250 pesawat baru, 300 helikopter baru dan 700 pesawat yang
dimodernisasi.
Pada
dasarnya semua pesawat tempur sayap tetap yang baru adalah turunan modern
pesawat tahun 1980 atau era Soviet seperti keluarga Su-27 ‘Flanker’ (Su-30, Su-35 dan Su-33), Su-25 ‘Frogfoot’, MiG-29 ‘Fulcrum’ (termasuk yang akan datang
MiG-35) dan MiG-31 ‘Foxhound’. Semua adalah
pesawat generasi keempat yang dilengkapi dengan avionik digital modern dan
sensor baru hingga kelasnya meningkat menjadi generasi 4,5.
Ambisi untuk
mengejar pesawat tempur generasi ke-5, T-50 PAK-FA, telah terus tertunda karena
biaya tinggi dan dukungan yang ragu-ragu dari mitra pembangunan, India. Sejauh
ini hanya delapan prototipe dari pesawat telah dibangun dan akan segera
menjalani uji Negara.
Rusia juga
hanya berencana untuk membeli 12 pesawat pada tahap awal yang akan didapat pada
2020. Jumlah yang jelas sangat sedikit untuk bisa membangun kekuatan penuh dari
generasi kelima. Lini produksi Su-35 atau MiG-35 kemungkinan akan mendapatkan
keuntungan dari sediktinya PAK-FA yang akan dibangun, serta tingginya
permintaan ekspor jet tempur generasi 4,5 buatan Rusia.
Tidak ada
yang salah dengan apa yang dilakukan Rusia. Pada kenyataannya, rencana ini
justru praktis dan hemat biaya. Angkatan Laut Amerika Serikat juga melakukan
hal sama dengan memulai transisi pesawat tempur era 80-an mereka F/A-18
Hornet menjadi jet tempur modern Super Hornet di awal 2000-an.
Super Hornet
adalah pesawat tempurgenerasi 4,5 yang masih sangat mampu dan tidak membutuhkan
banyak biaya dalam pengembangan karena didasarkan pada pesawat lama.
Dan
mengingat bahwa program pesawat tempur generasi ke-5 AS telah mengalami banyak
masalah dan kemunduran yang signifikan, sangat mudah untuk melihat mengapa
Rusia memilih jalan yang kurang berisiko.
Angkatan
Laut Lebih Lambat
Rencana
modernisasi angkatan laut Rusia juga telah berkembang jauh lebih lambat. Dari
108 kapal kombatan permukaan yang ada dalam pelayanan saat ini, hampir tiga
perempat berusia lebih dari 25 tahun.
Upaya untuk
membangun kombatan permukaan modern difokuskan pada kapal yang relatif kecil.
Sejak 2010, 11 korvet dan dua frigat telah ditugaskan, dengan 12 korvet yang
lain akan masuk layanan pada 2019.
Tapi
gangguan Moskow dalam perang sipil Ukraina membuat Ukraina menghentikan ekspor
penting yakni mesin turbin gas kapal untuk angkatan laut ke Rusia. Dari enam
frigat dalam berbagai tahap penyelesaian, hanya tiga memiliki turbin dan bisa
beroperasi. Situasi ini harus diakui telah menciptakan sakit kepala Angkatan
Laut Rusia.
Dari 20
kombatan permukaan besar seperti destroyer, penjelajah dan kapal induk Admiral
Kuznetsov hanya dua yang ditugaskan di paruh kedua tahun 90-an, dan tidak ada
telah dibangun sejak itu. Tiga kapal perusak disimpan dalam cadangan, tetapi
jika mereka kembali ke layanan, mereka mungkin akan mengganti kapal perang tua jadi
tidak menambah jumlah keseluruhan armada.
Demikian
juga, dua kapal besar era 80-an yakni penjelajah tempur Kelas Kirov telah
disimpan dalam cadangan, salah satunya sedang dimodernisasi yakni Admiral
Nahkimov. Pada tahun 2020, Nahkimov akan menggantikan Pyotr Veliky sebagai
kekuatan Armada Utara yang akan menjalani masa pemeliharaan dan modernisasi.
Sebuah kombatan permukaan besar kelas baru Rusia yakni Kelas Leader, dilaporkan
mulai dibangun pada tahun 2020-an awal, tapi sejauh ini belum ada kontrak yang
ditandatangani.
Armada kapal
selam dalam keadaan yang tidak jauh berbeda dengan sebagian besar kapal
dibangun era 90an. Rusia memilih untuk fokus pada versi perbaikan kapal era
80an yakni kapal selam diesel listrik Kelas Kilo.
Kilo telah
menjadi produk ekspor yang sukses untuk Rusia, dengan 16 dari 22 Improved Kilo
dalam pelayanan dengan angkatan laut asing. Penekanan baru-baru ini
telah bergeser ke kapal selam nuklir kelas Yasen, dengan kapal kedua dari
kelasnya akan diluncurkan tahun ini. Serta, kapal keempat dari SSBN kelas Borei
yang juga akan diluncurkan tahun 2017 ini. Kedua kapal
selam nuklir adalah perbaikan berulang dari kapal sebelumnya di kelas mereka,
sehingga disebut sebagai Kelas Yasen M dan Kelas dan Borei II.
Kesulitan
ekonomi baru-baru tampaknya telah mendorong Rusia untuk memilih strategi dengan
meningkatkan platform yang ada dari pada membangun yang benar-benar baru.
Tetapi tidak ada yang berhenti dalam proses modernisasi dan ini akan efektif.
Harus disadari desain senjata era akhir Perang Dingin masih cukup mematikan,
terutama ketika dilengkapi dengan sensor dan senjata modern.
0 comments:
Post a Comment