Kepala Staf
Gabungan Amerika Jendral Paul Selva mengakui armada bomber nuklir mereka sudah
sangat tua dan membutuhkan upgrade yang memadai.
Di depan Komite
Angkatan Bersenjata Senat dia mengatakan bahwa peran fundamental kekuatan
nuklir adalah untuk mencegah serangan strategis terhadap Amerika Serikat,
sekutu dan mitranya. Sederhananya, senjata nuklir menjadi satu-satunya ancaman
eksistensial ke Amerika Serikat dan tidak ada pengganti untuk prospek respon
nuklir yang menghancurkan untuk mencegah ancaman itu.
“Untuk
mencegah ancaman eksistensial ini, Amerika Serikat mempertahankan senjata
nuklir dalam triad nuklir yang terdiri dari rudal kapal selam balistik, rudal
balistik antarbenua tanah darat, dan rudal yang diluncurkan dari udara oleh pembom strategis Angkatan udara AS,”
katannya, Minggu 19 Maret 2017.
Semua
platform ini menurut Selva telah mengalami penuaan dan membutuhkan modernisasi. Jenderal Selva
menyatakan butuh komitmen besar untuk menggantikan triad nuklir dengan
menyatakan bahwa “tidak ada prioritas yang lebih tinggi untuk Angkatan Gabungan
dari meningkatkan kemampuan penangkal nuklir yang efektif, termasuk senjata,
infrastruktur dan personel.”
Dalam sidang
yang sama Jenderal John Hyten, komandan Komando Strategis, menambahkan tidak
mungkin untuk memilih pijakan nuklir mana yang paling prioritas untuk diugprade
mengingat ketiganya merupakakn komponen yang tidak bisa dipisahkann dan bekerja
secara bersama-sama.
Namun
Jenderal Hyten dalam kesaksiannya menyebutkan sebanyak 60 pembom strategis yang
dimiliki AS merupakan asset nuklir tertua di gudang senjata mereka.
Pembom ini
berusia sekitar 45 tahun dan beberapa pembom memasuki layanan pada
tahun1960-an. Hari ini, Angkatan Udara menggunakan dua jenis pembom strategis
untuk membentuk pijakan nuklir udara yakni bomber era Vietnam B-52H
Stratofortress dan bomber siluman B-2 Spirit.
Para pembom
ini ditempatkan di Whiteman Air Force Base di Missouri, Minot Air Force Base di
North Dakota dan Barksdale Air Force Base di Louisiana. B-2 membawa varian dari
bom gravitasi nuklir B61, sedangkan B-52H membawa rudal jelajah nuklir udara atau air launched
cruise missile (ALCM).
Kaki nuklir
ini memberikan atribut penting untuk memastikan negara memiliki kekuatan
penangkal nuklir survivable dan dapat diandalkan. Atribut ini unik dan berbeda dibandingkan kaki nuklir darat
dan laut.
Pertama,
pembom adalah kekuatan yang terlihat sebagai agresor dan dapat mempengaruhi
bagaimana negara lain bertindak terhadap Amerika Serikat atau sekutu-sekutunya.
Jika krisis memanas, Amerika biasanya menyebarkan pembom ini ke pangkalan
mereka di luar negeri untuk unjuk kekuatan dengan pesan agar musuh tidak
melanjutkan ancamannya. Cara ini juga untuk meyakinkan sekutu bahwa AS berada
di belakang mereka dan siap membela jika terjadi perang.
Alasan kedua
kenapa bomber nuklir berbeda dibandingkan yang lain adalah mereka memberikan
fleksibilitas operasional.
Secara
khusus, mereka dapat melakukan misi mereka dari pangkalan AS yang relatif aman
dan melakukan pengisian bahan bakar di udara dalam perjalanan mereka menuju
target. Mereka memiliki kemampuan untuk meluncurkan senjata mereka dari jarak
jauh hingga tidak perlu terbang di wilayah udara lawan.
Pembom ini
juga dapat membawa senjata konvensional yang akan meminimalkan kebutuhan AS terhadap berbagai
jenis bomber.
Angkatan
Udara AS sebenarnya telah melangkah untuk membangun bomber baru yang dikenal
sebagai B-21 Raider dengan harga satu unitnya diperkirakan mencapai US$ 564
juta. B-21 pertama diharapkan akan datang pada pertengahan 2020-an.
Meski telah
ada B-21, Platform bomber B-2 dan B-52 masih akan tetap terbang sampai seluruh
kekuatan itu digantikan bomber baru. Hal inilah yang menjadikan B-2 dan B-52
membutuhkan modernisasi agar mereka bisa tetap memiliki kemampuan yang layak
hingga akhir 2050.
0 comments:
Post a Comment