Presiden
Amerika Serikat Donald Trump berencana menaikkan anggaran militer hingga US$639
triliun. Tetapi langkah spektakuler itu dinilai tidak akan pernah menjamin AS
aman.
Dana yang
direncanakan ini merupakan dana yang tidak masuk kategori rahasia. Diyakini
jumlah sebenarnya masih jauh lebih tinggi. Sekretaris Jenderal PBB Antonio
Guterres skeptis bahwa membuang lebih banyak uang di industri pertahanan
benar-benar akan membuat Amerika dan sekutunya yang lebih aman.
“Dibutuhkan
lebih dari sekadar belanja militer untuk menangani ancaman yang ditimbulkan
oleh ISIS dan Al Qaeda,” kata Guterres Kamis 16 Maret 2017.
Presiden AS
Donald Trump telah mengusulkan dana tambahan sebesar US$54 miliar untuk
militer, tetapi peningkatan ini hanya diperuntukkan untuk satu aspek yakni
melindungi kepentingan keamanan nasional.
“Ada juga
kebutuhan untuk mengatasi masalah yang mendasari munculnya terorisme,” kata
Guterres. Daripada membeli rudal lebih banyak, nuklir, jet, helikopter dan
kapal induk diperlukan investasi lain untuk
pencegahan konflik, resolusi konflik, melawan kekerasan ekstremisme,
perdamaian, pembangunan perdamaian,
penghormatan hak asasi manusia, dan tanggapan tepat waktu untuk krisis
kemanusiaan.” Hal itu sangat dibutuhkan dan berpotensi lebih efektif (untuk
melawan terorisme),” tambah kata juru bicara PBB Stephane Dujarric.
Howard
Rubel, seorang analis industri pertahanan di bank investasi Jefferies
mengatakan kepada CNBC bahwa permintaan anggaran pertahanan 2018 akan sulit
untuk diwujudkan. “Hal ini memiliki potensi untuk menambah kesulitan anggaran,”
catat Rubel.
Uang untuk
membangun kembali militer berasal dari pemotongan anggaran pusat penelitian
kanker National Institute of Health dan National Endowment of the Arts. Selain
itu juga pengurangan anggaran 28 persen untuk korps diplomatik di Departemen Luar
Negeri.
Satu ide
yang telah dimunculkan adalah menurunkan dana untuk 800 imperialistik, pangkalan dan instalasi
militer Amerika di luar negeri yang menghabiskan biaya sekitar US$156 miliar
per tahun.
Jake Novak
menulis bahkan Amerika memiliki pangkalan di Aruba, sebuah pulau kecil di
Karibia milik Belanda yang menjadi tujuan wisata populer bagi orang Amerika.
“Apakah kita
benar-benar membutuhkan semua pangkalan ini, dan dengan biaya yang begitu
besar?. Hampir tidak ada yang berpikir begitu,” kata Novak. “Lebih buruk lagi,
banyak ahli percaya jumlah pangkalan kami yang terlalu besar sebenarnya
merugikan kepentingan Amerika,” tegasnya. Pangkalan ini telah memicu sentimen
anti-Amerika dengan masyarakat lokal dan pengawasan kebijakan luar negeri AS.
Apa lagi
adalah bahwa ada sedikit alasan untuk percaya bahwa peningkatan anggaran
pertahanan akan digunakan secara efisien.
0 comments:
Post a Comment