Kapal selam
bertenaga nuklir sudah ada sejak lama. Demikian juga kapal permukaan seperti
kapal induk, telah menggunakan nuklir sebagai sumber tenaga mereka. Sebuah
lompatan teknologi yang meski berisiko tetapi terbukti sangat efektif.
Pertanyaannya,
ketika nuklir sudah bisa digunakan kenapa sampai saat ini tidak ada pesawat
yang berani menggunakan energi nuklir?. Hampir semua pesawat, masih menggunakan
bahan bakar konvensional yakni bahan bakar minyak. Ada sebagian kecil yang
mulai menggembangkan dengan bahan bakar matahari dan baterai.
Sebenarnya
Rusia dan AS pernah mengembangkan proyek penggunaan nuklir sebagai sumber
energi pesawat selama setidaknya dua dekade. Tetapi konsep tidak pernah
berkembang melampaui beberapa uji coba.
Hingga
kemudian Lockheed Martin Skunk Works mengklaim telah mampu membuat teknologi
nuklir yang bisa digunakan pada pesawat dan kapal hingga tidak perlu mengisi
bahan bakar dalam waktu 10 tahun.
Ledakan
dahsyat bom nuklir di Hirosima dan Nagasaki telah mengalihkan perhatian banyak
ahli militer untuk secara khusus mengembangkan kekuatan tanpa batas ini. Yang
muncul kemudian sejumlah kapal selam nuklir yang mampu teredam berbulan-bulan
tanpa harus muncul ke permukaan. Teknologi itu menjadi salah satu ciri yang
mendominasi pada era perang dingin.
SOVIET &
AS SAMA-SAMA GAGAL
Perang
Dingin juga mendorong Rusia dan Amerika mulai memikirkan untuk bagaimana
menggunakan nuklir dalam pesawat terbang. Pada tahun 1946, Angkatan Udara AS
meluncurkan proyek Nuclear Energy for the Propulsion of Aircraft (NEPA) untuk
melakukan studi pendahuluan pada kelayakan pesawat bertenaga nuklir.
Dari proyek
ini kemudian muncul proyek lanjutan yang disebut Aircraft Nuclear Propulsion
(ANP) pada 1951 dengan menggunakan sedikit cair berbahan bakar reaktor untuk mencapai
durasi yang dibutuhkan, secara teoritis sampai tiga minggu dalam format yang
kompak.
Reaktor
diuji coba dengan dua desain mesin yang berbeda yakni GE X-39 General Electric
dan Pratt & Whitney mesin J47. Hasilnya bisa saja nuklir dijadikan sebagai
penggerak mesin. Namun kemudian ANP dihentikan pada tahun 1961.
Uni Soviet
pada tahun 1961 juga meminta Tupolev dan Myasishchev untuk melakukan upaya ini.
Hasil tertingginya adalah reaktor VVRL-100 yang diletakkan di bomber Tu-95M
yang kemudian melahirkan Tu-95LAL (Letayushchaya Atomnaya LABORATORIYA). Pesawat
tes ini terbang lebih dari 40 misi, tetapi hanya sedikit dengan reaktor
dihidupkan, sebagai tujuan utamanya adalah untuk menguji perisai radiasi. Pada
1960 program ini juga dihentikan.
Alasannya
adalah risiko yang sangat tinggi. Tidak hanya pada awak yang menerbangkan
pesawat, tetapi ketika pesawat itu ditembak jatuh dan menyebarkan radioaktif,
tentu akan menjadi malapetaka yang sangat mengerikan. Hingga kemudian Soviet
dan Amerika tahu diri untuk menghentikan program tersebut.
MEMBANGUNKAN
AMBISI LAMA
Dalam
beberapa dekade terakhir, prospek fusi nuklir sebagai sumber energi telah
terbukti sebagai alternatif yang menarik karena lebih efisien, tidak
menimbulkan limbah nuklir untuk dibuang, dan bahan bakar dapat dengan mudah
didaur ulang.
Namun,
setiap pengumuman pada teknologi, baik dari perguruan tinggi top atau ilmuwan
kamar tidur, selalu menempatkan versi bisa digunakan yang menggoda “20 tahun
lagi”, tampaknya target yang bergerak.
Tapi ketika
sayap penelitian dari kontraktor militer yang didirikan, dalam hal ini Lockheed
Martin Skunk Works, mengumumkan bahwa mereka telah bekerja pada sebuah reaktor
fusi selama beberapa tahun dan bertujuan untuk membuat prototipe yang mampu menjalankan
pengapian dalam waktu lima tahun, dunia kemudian terhenyak.
Fusi terjadi
ketika dua inti atom bertabrakan untuk membuat inti tunggal yang lebih berat,
melepaskan sebanyak empat kali lebih banyak energi dibanding reaksi fisi.
“high beta
concept” compact fusion reactor (CFR) Lockheed menggunakan versi magnetik
kurungan fusi, seperti International Thermonuclear Experimental Reactor (ITER)
yang berlangsung di Perancis. Namun, sementara ‘doughnut’ berbentuk tokamak, sedang
ITER akan memiliki diameter 16 m, Lockheed mengklaim solusinya menggunakan
“fraksi tinggi tekanan medan magnet”. Dalam istilah praktis, yang berarti CFR
akan dapat masuk di bagian belakang truk atau dalam pesawat angkut militer.
Seperti
pendahulunya fisi, CFR bertindak sebagai sumber panas, dengan suhu mencapai
ratusan juta derajat, yang melepaskan secara terkontrol untuk generator turbin yang
dilengkapi dengan penukar panas di tempat ruang bakar.
Lockheed
kini mencari mitra industri dan akademik untuk membawa program begerak lebih maju
untuk menghasilan prototype. Meski banyak pihak masih menanggapi dengan sinis
program tersebut. Tetapi sebagian lain juga melihat bahwa penggunaan nuklir
sebagai energi jelas sebuah keniscayaan. Ketika kapal selam bisa aman
menggunakan nuklir, kenapa pesawat tidak?
0 comments:
Post a Comment