Turki sedang
mempertimbangkan untuk membeli sistem rudal pertahanan udara S-400 yang
dibangun Rusia. Ada alasan mendesak kenapa Turki ingin mendapatkan salah satu
sistem rudal paling canggih di dunia tersebut.
Salah satu
alasannya adalah sistem rudal pertahanan yang dimiliki Turki saat ini sudah
benar-benar usang. Negara ini juga sangat terlambat dalam memperbarui kekuatan
mereka dalam hal payung udara.
Analis
politik Turki, Hasan Ali Karasar mengatakan Ankara sebenarnya sudah membutuhkan
sistem rudal pertahanan sejak tahun 1990, ketika Irak menginvansi Kuwait. Sejak
itu Turki selalu gagal mendapatkan senjata yang diinginkan meski dia adalah
anggota NATO.
“Turki telah
membutuhkan sistem pertahanan misil jarak jauh sejak Irak menginvasi Kuwait
pada tahun 1990. Selama 26 tahun telah
berlalu sejak Turki mengajukan permintaan untuk pembelian sistem rudal Patriot
ke Amerika Serikat. Selama ini Ankara menunggu sekutunya di NATO untuk
menciptakan sebuah sistem pertahanan rudal jarak jauh, “rincinya dilansir
Sputnik Ankara.
Tetapi entah
kenapa Washington tidak dengan cepat merespon permintaan Turki. “Hal ini telah
menjadi jelas bahwa tidak NATO, maupun Amerika Serikat berkomitmen untuk
membantu Turki menciptakan sistem pertahanan rudal sendiri,” kata analis.
“Selain itu, mereka tidak ingin mentransfer teknologi.”
Dengan
situasi ini Ankara dipaksa untuk mencari alternative lain, dan S-400 adalah
salah satu yang dipilih. Sebelumnya Turki telah memilih sistem dari China
tetapi dibatalkan yang kemungkinan besar karena tekanan dari NATO.
Sebelumnya Sergey Chemezov, CEO Rostec, mengatakan bahwa
Ankara bersedia untuk membeli S-400 jika Moskow memberikan pinjaman.
“Saya
berharap bahwa proses ini akan selesai karena Turki selama bertahun-tahun melindungi wilayah
udaranya menggunakan sistem usang era Perang Dunia II. Saya pikir bahwa Rusia
dan Turki bisa menjalin kerjasama yang erat di militer dan teknis, termasuk
S-400,” kata Hasan Ali Karasar.
S-400
Triumf, yang NATO sebut sebagai SA-21 Growler, dikembangkan oleh kontraktor
pertahanan Almaz-Antey dan diproduksi oleh Fakel Biro Desain Mesin-Bangunan.
Sistem, diperkirakan seharga US$ 400 juta atau sekitar Rp 5,3 triliun per unit
dan telah dalam pelayanan dengan Rusia sejak April 2007.
Rusia
dilaporkan telah mencapai kesepakatan untuk menyebarkan S-400 ke China dan
India. Pembeli potensial lainnya termasuk Armenia, Belarus, Mesir, Iran,
Kazakhstan, Arab Saudi dan Vietnam.
0 comments:
Post a Comment