Friday, 17 March 2017

AS dan NATO Paksa Turki Memilih S-400


Turki sedang mempertimbangkan untuk membeli sistem rudal pertahanan udara S-400 yang dibangun Rusia. Ada alasan mendesak kenapa Turki ingin mendapatkan salah satu sistem rudal paling canggih di dunia tersebut.

Salah satu alasannya adalah sistem rudal pertahanan yang dimiliki Turki saat ini sudah benar-benar usang. Negara ini juga sangat terlambat dalam memperbarui kekuatan mereka dalam hal payung udara.

Analis politik Turki, Hasan Ali Karasar mengatakan Ankara sebenarnya sudah membutuhkan sistem rudal pertahanan sejak tahun 1990, ketika Irak menginvansi Kuwait. Sejak itu Turki selalu gagal mendapatkan senjata yang diinginkan meski dia adalah anggota NATO.

“Turki telah membutuhkan sistem pertahanan misil jarak jauh sejak Irak menginvasi Kuwait pada tahun 1990. Selama 26  tahun telah berlalu sejak Turki mengajukan permintaan untuk pembelian sistem rudal Patriot ke Amerika Serikat. Selama ini Ankara menunggu sekutunya di NATO untuk menciptakan sebuah sistem pertahanan rudal jarak jauh, “rincinya dilansir Sputnik Ankara.

Tetapi entah kenapa Washington tidak dengan cepat merespon permintaan Turki. “Hal ini telah menjadi jelas bahwa tidak NATO, maupun Amerika Serikat berkomitmen untuk membantu Turki menciptakan sistem pertahanan rudal sendiri,” kata analis. “Selain itu, mereka tidak ingin mentransfer teknologi.”

Dengan situasi ini Ankara dipaksa untuk mencari alternative lain, dan S-400 adalah salah satu yang dipilih. Sebelumnya Turki telah memilih sistem dari China tetapi dibatalkan yang kemungkinan besar karena tekanan dari NATO.

Sebelumnya  Sergey Chemezov, CEO Rostec, mengatakan bahwa Ankara bersedia untuk membeli S-400 jika Moskow memberikan pinjaman.

“Saya berharap bahwa proses ini akan selesai karena Turki  selama bertahun-tahun melindungi wilayah udaranya menggunakan sistem usang era Perang Dunia II. Saya pikir bahwa Rusia dan Turki bisa menjalin kerjasama yang erat di militer dan teknis, termasuk S-400,” kata Hasan Ali Karasar.

S-400 Triumf, yang NATO sebut sebagai SA-21 Growler, dikembangkan oleh kontraktor pertahanan Almaz-Antey dan diproduksi oleh Fakel Biro Desain Mesin-Bangunan. Sistem, diperkirakan seharga US$ 400 juta atau sekitar Rp 5,3 triliun per unit dan telah dalam pelayanan dengan Rusia sejak April 2007.

Rusia dilaporkan telah mencapai kesepakatan untuk menyebarkan S-400 ke China dan India. Pembeli potensial lainnya termasuk Armenia, Belarus, Mesir, Iran, Kazakhstan, Arab Saudi dan Vietnam.

0 comments:

Post a Comment