Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL) genap berusia 51 tahun
pada Rabu, 15 Maret 2017. Perayaan hari jadi itu terasa istimewa karena ada uji
coba prototipe senjata baru berbasis Android.
HARI ulang tahun Rabu itu diawali dengan upacara yang diikuti seluruh
civitas academica di Lapangan Mako STTAL. Upacara yang dimulai pukul 08.00
tersebut dipimpin langsung oleh Komandan STTAL Laksamana Pertama (Laksma) TNI
Siswo Hadi Sumantri. Dalam amanatnya, Laksma Siswo menyampaikan visi dan misi
utama STTAL pada usia ke-51. Yakni, menjadi perguruan tinggi riset berkelas
dunia.
Keinginan itu tak lepas dari cita-cita TNI-AL secara nasional untuk
menuju world class navy. ’’Karena TNI sedang bergerak menuju navy kelas dunia,
kami yang berada di bidang peningkatan SDM juga harus berkelas dunia,’’ jelas
Laksma Siswo. Dia juga menyatakan, STTAL akan dikembangkan menjadi kampus riset
untuk memenuhi kebutuhan angkatan laut Indonesia sebagai poros maritim internasional.
Sebagai kampus riset kelas dunia, institusi pendidikan tersebut tak hanya
berfokus pada pemenuhan kebutuhan SDM, tapi juga pengembangan teknologi. STTAL
optimistis dapat membawa kemajuan TNI-AL. Sebab, mereka cukup berpengalaman
mencetak sumber daya manusia serta alat utama sistem senjata (alutsista).
Salah satu wujud nyatanya adalah teknologi terbaru yang tengah
dikembangkan STTAL. Yakni, senapan berbasis Android. Setelah upacara dan acara
ramah-tamah kemarin, Laksma Siswo dan jajarannya menguji coba senapan yang
telah dimodifikasi tersebut. Senapan yang dijuluki gun controller berbasis
Android itu merupakan tugas akhir salah satu lulusan STTAL, yakni Kapten Laut
(P) Marsono Panjaitan. Senapan tersebut didemonstrasikan langsung oleh dosen pembimbingnya,
Letkol Laut (E) Suprayitno.
Suprayitno menjelaskan, ide tersebut belum pernah ada di kalangan
akademisi STTAL. Karena itu, ide senjata tanpa awak tersebut disambut baik oleh
tim pengajar dan pengembang teknologi. Selama ini, penggunaan senapan secara
langsung sering membahayakan prajurit. ’’Dengan teknologi ini, risiko kematian
prajurit bisa berkurang,’’ kata Suprayitno.
Selain itu, senapan tanpa penembak langsung tersebut bisa meningkatkan
efisiensi di medan pertempuran. Jika biasanya penembak hanya bisa melepaskan
tembakan sekali, kemudian harus berpindah posisi untuk menghindari serangan
musuh, senapan berbasis Android itu bisa melepaskan tembakan berkali-kali tanpa
berpindah posisi. ’’Kalaupun diserang, yang kena hanya senjatanya, prajuritnya
aman,’’ ungkapnya.
Prototipe tersebut bisa dioperasikan dengan aplikasi yang dikembangkan
sendiri oleh mahasiswa. Diperlukan dua ponsel untuk mengoperasikan senapan itu.
Satu sebagai peninjau dan dipasangkan tepat di balik periskop senapan, satu
lagi sebagai controller. Kedua ponsel disambungkan melalui bluetooth dan wifi.
Saat ini, alat tersebut masih menggunakan senapan angin demi keamanan. Jarak
controller dengan peninjau pun masih sebatas 20 meter. ’’Kalau sudah
dikembangkan, bisa dipakai senapan jenis AK-47 atau M-16,’’ ucap Ketua Prodi
Manajemen Industri STTAL Letkol Laut (E) Sunarta.
Wakil Komandan STTAL Kolonel Laut (E) I Nengah Putra menjelaskan, masih
banyak komponen prototipe tersebut yang harus disempurnakan. ’’Tentu saja ini
belum bisa digunakan langsung,’’ ujarnya. Sebab, waktu pengerjaannya hanya 6
bulan. Juga, komponen-komponen yang digunakan belum berkualitas tinggi. Namun,
dia menegaskan, konsep pemikiran senjata tersebut perlu diapresiasi. Apalagi,
senjata semacam itu bersifat multifungsi. Tak hanya bisa dipakai angkatan laut,
tapi juga angkatan darat dan udara.
0 comments:
Post a Comment