Sunday, 5 March 2017

Apakah S-300 Iran Memang Layak Membuat Timur Tengah Gelisah?


Sebagimana diberitakan sebelumnya Angkatan Bersenjata Iran telah berhasil menguji sistem rudal permukaan ke udara  S-300 yang dibeli dari Rusia.  Iran akan mendapatkan lima sistem pertahanan udara ini yang diyakini akan mengubah peta permainan di Timur Tengah.

S-300 adalah sistem pertahanan rudal era Perang Dingin pertama kali digunakan oleh Uni Soviet pada tahun 1979.

Meskipun secara teknis generasi baru telah muncul yakni S-400 (dan S-500 juga tengah dikembangkan) tetapi S-300 tetap menjadi sistem rudal pertahanan udara yang akan mengubah permainan.

Sistem ini sangat disegani karena memiliki jangkauan operasional sekitar 93 mil dan dapat menembak jatuh pesawat dan rudal.

Kemampuannya untuk melacak beberapa target secara bersamaan membuatnya menjadi sangat berbahaya bagi skuadron pesawat musuh.

Bagaimana sebenarnya efek dari S-300 yang dimiliki Iran terhadap peta kekuatan di Timur Tengah?

VISUALISASI ANCAMAN


Untuk memahami mengapa itu Arab Saudi memandang potensi penjualan S-300 menjadi ancaman maka mari lihat bagaimana kira-kira jangkauan rudal ini.

Seperti dapat dilihat dari diagram, situs yang berbasis di Abadan, Lavan Island, Abu Musa dan Sirik, secara signifikan mengubah lingkungan strategis, mengubah tingkat ancaman bagi pesawat militer dan sipil. Sebuah S-300 situs yang berbasis di sekitar Abadan menawarkan cakupan total atas Kuwait City, pangkalan udara Ali Al-Salem dan Ahmad Al-Jaber.

Selain itu, koridor udara yang populer digunakan oleh operator internasional melalui Teluk dapat secara efektif ditutup jika Iran menginginkan. Rerouting penerbangan Eropa atas Arab Saudi mungkin masih belum terpengaruh, tapi rute Samudra Hindia akan jauh lebih berat terpengaruh.

Menempatkan rudal di Pulau Lavan akan menyediakan cakupan penetratif atas kubah lapangan gas utara Qatar dan lagi menimbulkan ancaman signifikan dengan pesawat sipil menggunakan Teluk sebagai sebuah jalan raya.

Selanjutnya, menghubungkan dengan situs di Abu Musa akan memunkinkan cakupan ganda pijakan penting strategis untuk Iran yang jauh ke Teluk, yang akan memperkuat kemampuan Iran untuk beroperasi dibawah payung udara.

Menggunakan Sirik akan memberikan dorongan signifikan terhadap posisi strategis Iran di Selat Hormuz. Setiap usaha untuk mencegah Iran menutup Selat akan jauh lebih sulit karena akan sangat terancam oleh kehadiran sistem S-300 Iran didekat Selat.

Potensi lokasi yang paling berbahaya dan yang paling mungkin untuk mengundang tanggapan pembalasan segera dan memicu konflik yang lebih luas jika sistem ini ditempatkan di pulau Abu Musa, yang juga diklaim oleh UEA. Kisaran sistem rudal akan dengan mudah menutupi pangkalan udara Al-Minhad dan Al-Dhafra, serta ladang minyak dari Zakum dan Shariqa, belum lagi semua pusat-pusat populasi besar UEA dan bandara. Penyebaran akan mewakili risiko strategis besar bagi UEA.

IMPLIKASI OPERASI DI WILAYAH UDARA IRAN

Untuk menyerang sasaran Iran yang dilindungi S-300, angkatan udara Gulf Cooperation Council (GCC) akan memerlukan dukungan perang elektronik yang luas dalam hal pelacakan, jamming dan kemampuan suppresi. Dan mereka tidak memiliki tingkat kemampuan teknis atau pengalaman dalam penekanan pertahanan udara musuh tingkat tinggi  atau yang dikenal dengan istilah SEAD. Mereka harus mengandalkan bantuan AS.

Dan jika AS turun maka US Navy akan mengandalkan EA-18G Growler untuk melakukan jamming brute-force, RC-135U dan RC-135V / untuk sinyal cerdas jarak jauh dan lokasi radar, dan saturasi oleh rudal Tomahawk dari kapal selam dan ditutup dengan gempuran F-22 Raptor dan B-2 Spirit untuk serangan kinetik langsung. Untuk misi SEAD ini Amerika juga bisa menggunakan F-16CJ yang memang memiliki spesialisasi misi ini.

Tetapi, AS tetap memiliki risiko tinggi ketika menghadapi S-300. Sejauh ini, setidaknya setelah Perang Vietnam, AS hampir tidak pernah bertempur di wilayah dengan sistem pertahanan udara yang kuat. Sehingga mereka bebas mengacak-acak wilayah lawan seperti Irak dan Afghanistan.

Bahkan ketika krisis Kosovo yang sistem pertahanan udara tidak terlalu kuat, beberapa pesawat AS rontok. Paling masuk akal, misi SEAD akan diambil alih oleh drone seperti RQ-180.

BAGAIMANA AS MERESPON?


Dengan penyebaran S-300 ke Iran serta politik yang rapuh di kawasan, akhirnya intervensi eksternal menjadi terbuka lebar. Amerika Serikat, Inggris dan Prancis kemungkinan akan berdiri di antara kedua belah pihak dan perang.

Rusia kemungkinan besar akan mengambil jalur cepat pengiriman S-300. Tanggapan US kemungkinan akan meningkatkan penyebaran dari Angkatan Udara jet tempur F-22 Raptor ke wilayah tersebut sesuatu yang sangat langka. Bisa juga melakukan sorti latihan B-2 Spirit bomber silumanpembawa nuklir dan konvensional dekat wilayah udara Iran sebagai unjuk kekuatan.

Karena sudah jamak Amerika menggunakan pesawat ini sebagai symbol pesan agar yang didekati bersikap hati-hati. Tetapi ini juga risiko bagi AS karena dengan mengirim B-2 ke dekat Iran, maka juga bisa dijadikan ajang latihan Teheran untuk menggunakan S-300 untuk mendeteksi bomber siluman tersebut. Akhirnya pengiriman S-300 memang bukan persoalan sepele. Rudal ini akan memecah keseimbangan kekuatan di wilayah tersebut.

BAGAIMANA CARA ISRAEL DAN ARAB SAUDI MELAWAN?


Israel telah lama mengandalkan apa yang disebut “qualitative military edge” atau QME untuk menjaga keamanan meskipun dikelilingi oleh musuh regional. Filosofi di balik QME adalah dengan menyediakan Israel, atau sekutu lainnya AS, pasukan militer konvensional yang unggul dibanding negara di wilayahnya. Sederhananya, menjaga QME adalah sesuatu yang menjadikan Israel dipastikan menang jika bertempur dengan negara sekitar.

Iran telah lama menyatakan diri sebagai musuh Israel dan pemimpin tertinggi Iran Ali Khamenei berulang kali menyerukan untuk menghancurkan Israel. Hal ini telah menjadikan Iran sebagai salah satu sasaran serangan Israel. Bahkan beberapa waktu lalu Israel dikabarkan telah melakukan simulasi serangan ke fasilitas nuklir Iran.

Tetapi sekarang Israel telah mulai menerima jet tempur siluma F-35 Lightning II. Pesawat ini akan menjadi salah satu andalan Tel Aviv untuk menghancurkan sistem pertahanan S-300 dan memecahkan gelembung pertahanan Iran sebelum kemudian jet-jet tempur generasi keempat bisa masuk melakukan serangan dalam kasus terjadi perang.

Sementara Arab Saudi yang juga memiliki hubungan tidak baik dengan Iran harus bekerja lebih keras. Negara ini tidak memiliki pesawat siluman. Mereka baru saja mulai menerima F-15SA, generasi paling canggih dari Eagle. Pesawat ini, bersama Typhoon yang mereka miliki akan menjadi andalan bagi mereka untuk membidik S-300.


Satu hal lain yang bisa diandalkan Arab tentu saja Amerika Serikat yang selama ini menjadi sekutu dekat mereka. Dalam kasus terjadi perang, Amerika hampir bisa dipastikan akan berada di belakang Arab Saudi dan tentu saja akan menggunakan kekuatan utamanya melawan S-300 Iran.


0 comments:

Post a Comment