Sebagimana
diberitakan sebelumnya Angkatan Bersenjata Iran telah berhasil menguji sistem rudal
permukaan ke udara S-300 yang dibeli
dari Rusia. Iran akan mendapatkan lima
sistem pertahanan udara ini yang diyakini akan mengubah peta permainan di Timur
Tengah.
S-300 adalah
sistem pertahanan rudal era Perang Dingin pertama kali digunakan oleh Uni
Soviet pada tahun 1979.
Meskipun
secara teknis generasi baru telah muncul yakni S-400 (dan S-500 juga tengah
dikembangkan) tetapi S-300 tetap menjadi sistem rudal pertahanan udara yang
akan mengubah permainan.
Sistem ini
sangat disegani karena memiliki jangkauan operasional sekitar 93 mil dan dapat
menembak jatuh pesawat dan rudal.
Kemampuannya
untuk melacak beberapa target secara bersamaan membuatnya menjadi sangat berbahaya
bagi skuadron pesawat musuh.
Bagaimana
sebenarnya efek dari S-300 yang dimiliki Iran terhadap peta kekuatan di Timur
Tengah?
VISUALISASI
ANCAMAN
Untuk
memahami mengapa itu Arab Saudi memandang potensi penjualan S-300 menjadi
ancaman maka mari lihat bagaimana kira-kira jangkauan rudal ini.
Seperti
dapat dilihat dari diagram, situs yang berbasis di Abadan, Lavan Island, Abu
Musa dan Sirik, secara signifikan mengubah lingkungan strategis, mengubah
tingkat ancaman bagi pesawat militer dan sipil. Sebuah S-300 situs yang
berbasis di sekitar Abadan menawarkan cakupan total atas Kuwait City, pangkalan
udara Ali Al-Salem dan Ahmad Al-Jaber.
Selain itu,
koridor udara yang populer digunakan oleh operator internasional melalui Teluk
dapat secara efektif ditutup jika Iran menginginkan. Rerouting penerbangan
Eropa atas Arab Saudi mungkin masih belum terpengaruh, tapi rute Samudra Hindia
akan jauh lebih berat terpengaruh.
Menempatkan
rudal di Pulau Lavan akan menyediakan cakupan penetratif atas kubah lapangan
gas utara Qatar dan lagi menimbulkan ancaman signifikan dengan pesawat sipil
menggunakan Teluk sebagai sebuah jalan raya.
Selanjutnya,
menghubungkan dengan situs di Abu Musa akan memunkinkan cakupan ganda pijakan penting
strategis untuk Iran yang jauh ke Teluk, yang akan memperkuat kemampuan Iran untuk
beroperasi dibawah payung udara.
Menggunakan
Sirik akan memberikan dorongan signifikan terhadap posisi strategis Iran di
Selat Hormuz. Setiap usaha untuk mencegah Iran menutup Selat akan jauh lebih
sulit karena akan sangat terancam oleh kehadiran sistem S-300 Iran didekat
Selat.
Potensi
lokasi yang paling berbahaya dan yang paling mungkin untuk mengundang tanggapan
pembalasan segera dan memicu konflik yang lebih luas jika sistem ini
ditempatkan di pulau Abu Musa, yang juga diklaim oleh UEA. Kisaran sistem rudal
akan dengan mudah menutupi pangkalan udara Al-Minhad dan Al-Dhafra, serta
ladang minyak dari Zakum dan Shariqa, belum lagi semua pusat-pusat populasi
besar UEA dan bandara. Penyebaran akan mewakili risiko strategis besar bagi UEA.
IMPLIKASI
OPERASI DI WILAYAH UDARA IRAN
Untuk
menyerang sasaran Iran yang dilindungi S-300, angkatan udara Gulf Cooperation
Council (GCC) akan memerlukan dukungan perang elektronik yang luas dalam hal
pelacakan, jamming dan kemampuan suppresi. Dan mereka tidak memiliki tingkat
kemampuan teknis atau pengalaman dalam penekanan pertahanan udara musuh tingkat
tinggi atau yang dikenal dengan istilah
SEAD. Mereka harus mengandalkan bantuan AS.
Dan jika AS
turun maka US Navy akan mengandalkan EA-18G Growler untuk melakukan jamming
brute-force, RC-135U dan RC-135V / untuk sinyal cerdas jarak jauh dan lokasi
radar, dan saturasi oleh rudal Tomahawk dari kapal selam dan ditutup dengan
gempuran F-22 Raptor dan B-2 Spirit untuk serangan kinetik langsung. Untuk misi
SEAD ini Amerika juga bisa menggunakan F-16CJ yang memang memiliki spesialisasi
misi ini.
Tetapi, AS
tetap memiliki risiko tinggi ketika menghadapi S-300. Sejauh ini, setidaknya
setelah Perang Vietnam, AS hampir tidak pernah bertempur di wilayah dengan
sistem pertahanan udara yang kuat. Sehingga mereka bebas mengacak-acak wilayah
lawan seperti Irak dan Afghanistan.
Bahkan
ketika krisis Kosovo yang sistem pertahanan udara tidak terlalu kuat, beberapa
pesawat AS rontok. Paling masuk akal, misi SEAD akan diambil alih oleh drone
seperti RQ-180.
BAGAIMANA AS
MERESPON?
Dengan
penyebaran S-300 ke Iran serta politik yang rapuh di kawasan, akhirnya
intervensi eksternal menjadi terbuka lebar. Amerika Serikat, Inggris dan
Prancis kemungkinan akan berdiri di antara kedua belah pihak dan perang.
Rusia
kemungkinan besar akan mengambil jalur cepat pengiriman S-300. Tanggapan US
kemungkinan akan meningkatkan penyebaran dari Angkatan Udara jet tempur F-22
Raptor ke wilayah tersebut sesuatu yang sangat langka. Bisa juga melakukan
sorti latihan B-2 Spirit bomber silumanpembawa nuklir dan konvensional dekat
wilayah udara Iran sebagai unjuk kekuatan.
Karena sudah
jamak Amerika menggunakan pesawat ini sebagai symbol pesan agar yang didekati
bersikap hati-hati. Tetapi ini juga risiko bagi AS karena dengan mengirim B-2
ke dekat Iran, maka juga bisa dijadikan ajang latihan Teheran untuk menggunakan
S-300 untuk mendeteksi bomber siluman tersebut. Akhirnya pengiriman S-300
memang bukan persoalan sepele. Rudal ini akan memecah keseimbangan kekuatan di
wilayah tersebut.
BAGAIMANA CARA
ISRAEL DAN ARAB SAUDI MELAWAN?
Israel telah
lama mengandalkan apa yang disebut “qualitative military edge” atau QME untuk
menjaga keamanan meskipun dikelilingi oleh musuh regional. Filosofi di balik
QME adalah dengan menyediakan Israel, atau sekutu lainnya AS, pasukan militer
konvensional yang unggul dibanding negara di wilayahnya. Sederhananya, menjaga
QME adalah sesuatu yang menjadikan Israel dipastikan menang jika bertempur
dengan negara sekitar.
Iran telah
lama menyatakan diri sebagai musuh Israel dan pemimpin tertinggi Iran Ali
Khamenei berulang kali menyerukan untuk menghancurkan Israel. Hal ini telah menjadikan
Iran sebagai salah satu sasaran serangan Israel. Bahkan beberapa waktu lalu
Israel dikabarkan telah melakukan simulasi serangan ke fasilitas nuklir Iran.
Tetapi
sekarang Israel telah mulai menerima jet tempur siluma F-35 Lightning II.
Pesawat ini akan menjadi salah satu andalan Tel Aviv untuk menghancurkan sistem
pertahanan S-300 dan memecahkan gelembung pertahanan Iran sebelum kemudian
jet-jet tempur generasi keempat bisa masuk melakukan serangan dalam kasus
terjadi perang.
Sementara
Arab Saudi yang juga memiliki hubungan tidak baik dengan Iran harus bekerja
lebih keras. Negara ini tidak memiliki pesawat siluman. Mereka baru saja mulai
menerima F-15SA, generasi paling canggih dari Eagle. Pesawat ini, bersama
Typhoon yang mereka miliki akan menjadi andalan bagi mereka untuk membidik
S-300.
Satu hal
lain yang bisa diandalkan Arab tentu saja Amerika Serikat yang selama ini
menjadi sekutu dekat mereka. Dalam kasus terjadi perang, Amerika hampir bisa
dipastikan akan berada di belakang Arab Saudi dan tentu saja akan menggunakan
kekuatan utamanya melawan S-300 Iran.
0 comments:
Post a Comment