Dalam
rentang 67 tahun sejak terbentuk, TNI AU telah mengoperasikan tujuh generasi
pesawat jet latih. Generasi pertama jet latih TNI AU dimulai dengan hadirnya
pesawat de Havilland DH-115 Vampire buatan Inggris tahun 1955. Sebanyak empat
unit pesawat ini tiba di Pelabuhan Tanjung Priok pada 3 Desember 1955 dalam
keadaan terurai dan kemudian dirakit di Lanud Andir (Husein Sastranegara) yang
disiapkan menjadi home base-nya.
Sebelum
pesawat tiba, TNI AU (saat itu sebutannya AURI) telah mengirimkan dua penerbangnya
yakni Letnan Udara (LU) I Leo Watimena
dan Kapten Udara Roesmin Noerjadin ke Royal Air Force (AU Inggris) di Little
Risington dan South Corney. Keduanya menjalani pendidikan terbang dan
instruktur selama beberapa bulan di sana.
TNI AU juga
mengirimkan beberapa teknisi yang akan menangani pesawat ini. Mereka
adalah LU II Sarjono, LU II Kamarudin, dan Letnan Muda Udara (LMU) I Sutedjo.
Para teknisi ini pula yang kemudian setelah mengikuti pendidikan di Inggris
merakit Vampire di Lanud Husein Sastranegara dibantu oleh dua orang teknisi
dari Inggris.
Pada tanggal
10 Januari 1956, empat unit pesawat Vampire datang lagi sehingga jumlahnya
menjadi delapan unit.
Hadirnya
pesawat-pesawat pancar gas dalam kekuatan TNI AU sekaligus menandai peningkatan
alutsista udara AURI kala itu. Pesawat beregistrasi J-701 hingga J-708 ini
semula dimasukkan ke dalam Kesatuan Pancar Gas (KPG) yang diresmikan langsung
oleh KSAU Laksamana Muda Udara Suryadi Suryadarma tanggal 20 Februari 1956.
Selanjutnya,
berdasarkan Surat Keputusan KSAU: Skep/56/III/1957 pada tanggal 20 Maret 1957.
KPG selanjutnya diubah menjadi Skadron XI dengan sebutan Skadron Jet Pelatih
Tempur yang peresmiannya dilaksanakan tanggal 1 Juni 1957. LU I Leo Wattimena
ditunjuk sebagai komandan skadron pertamanya.
Vampire TNI
AU adalah versi T.55 atau varian ekspor dari T.11 yang digunakan AU Inggris
dengan tempat duduk side by side. Pesawat ini tak bersenjata dan murni
digunakan sebagai pesawat latih lanjut untuk mencetak calon penerbang tempur.
Vampire hanya
bertahan selama tujuh tahun saja. Namun kehadirannya merupakan suatu lompatan
hebat bagi TNI AU, karena di kala itu masih segelintir negara yang
mengoperasikan pesawat jet latih. Kedelapan pesawat DH-115 ini akhirnya dijual
ke India tahun 1963 akibat kekurangan suku cadang, dimana saat itu hubungan
Indonesia dan Inggris mulai renggang akibat konflik serumpun antara Indonesia
dan Malaysia.
Buku
“Sejarah Angkatan Udara Indonesia 1950-1959” yang dikeluarkan Dispenau tahun
2005 menyebut, jumlah pesawat Vampire yang dimiliki TNI AU adalah 16 unit.
Karena setelah pembelian delapan unit, AURI kemudian menambah lagi delapan unit
Vampire sehingga total menjadi 16.
0 comments:
Post a Comment