Sebagai
tindak lanjut atas kemenangannya dalam fase pertama program ACV (Amphibious
Combat Vehicle) 1.1, SAIC-ST Kinetics dari Singapura menyerahkan produksi
pertama ranpur amfibi Terrex 2 kepada Korp Marinir AS (USMC) selaku pemesan.
Penyerahan dilakukan dalam upacara roll out resmi di pabrik SAIC di South
Carolina.
SAIC-ST
Kinetics memperoleh kontrak fase pertama sejumlah 16 unit ranpur amfibi, yang
kemudian akan ditandingkan dengan produk SuperAV dari British Aerospace-Iveco.
Pertarungan dan evaluasi kedua produk akan berlangsung sampai Korp Marinir AS
dapat menentukan produk yang lebih unggul, lalu menjatuhkan keputusan ke salah
satu pabrikan paling lambat 2018.
Terrex 2
mengalami peningkatan drastis dalam hal proteksi, mobilitas, daya gebuk, dan
daya angkut. Jika Terrex memiliki bobot 24 ton, maka Terrex 2 mengalami
peningkatan bobot 40% menjadi 30 ton. ST Kinetics mendesain ulang hullnya
menjadi lebih besar dan lebih lega.
Terrex 2
dapat mengangkut 12 prajurit infantri bersenjata lengkap dalam kursi individual
khusus yang didesain untuk menyerap impak akibat hantaman ranjau atau impak
ledakan lainnya, sehingga mengurangi potensi cedera anggota tubuh.
Sementara untuk
awaknya, Terrex 2 masih menggunakan konfigurasi yang sama yaitu dua orang,
pengemudi dan komandan kendaraan. Hanya saja, kompartemen pengemudi yang sudah
canggih ternyata dirombak lagi pada Terrex 2.
Jika pada
Terrex hanya ada tiga panel LCD kamera di depan pengemudi dan satu layar untuk
BMS di kirinya, maka pada Terrex 2 pengemudi benar-benar dimanjakan. Tidak
hanya layar LCD diperbesar, sekarang pengemudi punya lima layar LCD. Dua layar
LCD tambahan masing-masing ditempatkan di kiri-kanan lingkar kemudi.
Satu fitur
canggih yang disematkan pada Terrex 2 adalah TI (Thermal Imager) Fusion Camera.
Jika kamera TI normal menampilkan imaji yang kontras dan menyakitkan mata bila
dipergunakan terlalu lama, maka TI Fusion menampilkan tangkapan termal yang
tersaji dalam tampilan kamera biasa.
Ini adalah
inovasi yang sangat luar biasa, dan jarang ditemukan pada produk ranpur
lainnya. Dengan TI Fusion Camera, pengoperasian kamera termal dapat dilakukan
layaknya pada kamera biasa, sehingga kewaspadaan situasional dapat terjaga
dengan baik.
Kembali lagi
ke soal dimensi, Terrex 2 memiliki panjang 8,5 meter dan lebar 3-4 meter dengan
ketinggian mencapai nyaris 3 meter. Memang nyata lebih besar dibandingkan
Terrex orisinal. Sekujur tubuhnya dilapisi oleh panel komposit AMAP (Advanced
Modular Armour Protection) buatan Rheinmetall Chempro - IBD Deisenroth.
Jika pada
Terrex kita melihat panel-panel ini diracik dua dimensi dengan ketebalan
8-12mm, maka pada Terrex 2 panel-panel ini tampil 3 dimensi berbentuk boks.
Bisa dipastikan sebagian dalamnya dibiarkan hampa untuk menambah daya apung,
plus memberikan ruang kosong antara panel AMAP dan kulit kendaraan sehingga
hantaman hululedak shaped charge dapat dijinakkan sebelum dapat menembus kulit
kendaraan.
Selain
perlindungan pada kulit kendaraan, lambung Terrex 2 dibenamkan teknologi V over
V (VoV) alias racikan lambung V ganda. Lambung V pertama melindungi sumbu roda,
suspensi, dan sistem transmisi, sementara di atasnya lambung V kedua melindungi
kompartemen penumpang.
Konfigurasi
lambung V ganda ini diharapkan juga mampu melindungi sistem penggerak Terrex 2,
sehingga saat terjadi detonasi tidak melumpuhkan kendaraan (mobility kill).
Untuk
mengantisipasi penambahan bobot kendaraan tersebut, maka ST Kinetics melakukan
peningkatan pada sistem turbocharger untuk mesin Caterpillar C9 sehingga mampu
menyemburkan daya sampai 600hp, naik 150hp dari versi standar pada Terrex.
Mesin yang
dibenahi ini dikawinkan dengan sistem transmisi otomatis Allison 4500SP dengan
enam percepatan maju dan satu gigi mundur. Akselerasi dari 0-50km/ jam dapat
dicapai dalam waktu kurang dari 15 detik dan kecepatan maksimalnya 90km/ jam.
Sedikit
menurun dibandingkan Terrex memang, tapi layak ditebus dengan proteksi yang
jauh lebih meningkat. Untuk olah gerak di permukaan air, ST Kinetics memasang
sistem propulsi baru untuk mendorong Terrex 2 sampai kecepatan 6 knot/ atau
11,1 km/jam di permukaan air, meningkat 10% dari Terrex. Terrex 2 juga
dilengkapi dengan snorkel untuk mengamankan pasokan udara ke arah mesin. Selain
itu, bagian hidungnya dipermak menjadi semakin mancung, sehingga volume hampa
internal juga semakin besar untuk meningkatkan daya apung.
Terakhir,
untuk urusan persenjataan, Terrex 2 yang diserahkan sudah menggunakan
konfigurasi sistem senjata berbasis RCWS Adder yang menggabungkan antara
senapan mesin 12,7mm dengan pelontar granat 40mm. ST Kinetics juga sudah
menyiapkan sistem kubah baru dengan kanon ATK Mk44 Bushmaster II kaliber
30x137mm.
Kanon baru
ini menawarkan daya hantam yang meningkat, dengan kekuatan penetrasi sampai 25%
di atas M242 Bushmaster yang di Korp Marinir digunakan pada LAV-25.
Penggunaan
kanon ini menawarkan jarak jangkau efektif sampai 3km, memberikan jarak aman
untuk menghantam ranpur lawan dari jarak yang lebih aman. Seluruh sistem
kelistrikan dan komponen catu daya digabungkan ke kubah di atas, sehingga tidak
ada komponen yang makan tempat di dalam kabin kendaraan.
Di luar
kanon, kubah ini juga dapat mengintegrasikan sistem rudal antitank, yang
defaultnya adalah ATGM Spike-LR. ATGM lain dapat diintegrasikan, tinggal
dipilih saja apa yang diinginkan.
0 comments:
Post a Comment