Upaya
Angkatan Udara Amerika Serikat untuk mengupgrade pesawat peringatan dini dan
kontrol udara atau AWACS E-3 Sentry berakhir ironis. Komputer baru yang
diinstal justru mengakibatkan pesawat gampang untuk diretas.
E-3 Sentry
masih menjadi andalan utama armada AWACS Amerika dan NATO. Dengan sistem radar
dan komunikasi yang kuat, E-3 bisa berpatroli di wilayah udara yang luas untuk
memberikan data penting kepada pasukan kawan.
Tetapi
pesawat ini dibangun pada 1970 dengan sistem elektronik berasal dari era
1980an. Wajar jika kemudian Angkatan Udara Amerika ingin mengupgrade armada
AWACS menjadi varian E-3G Blok 40/45 yang menggunakan sistem komputer modern
dengan arsitektur terbuka hingga dapat diperbarui dengan cepat. Sebanyak
sembilan E-3 dengan standar baru telah dilahirkan.
Namun,
rencana untuk meng-upgrade 18 pesawat lain kemudian ditunda stelah Blok 40/45
secara dramatis mengalami kegagalan dalam serangkaian tes kinerja pada tahun
206 lalu. Ironisnya lagi, komputer modern yang dipasang rentan dengan ancaman
paling kontemporer yakni hacking atau peretasan oleh lawan.
E-3 Sentry
pertama kali digunakan pada tahun 1977, menggantikan EC-121 Warning Star yang
digunakan dalam Perang Vietnam. Pesawat didasarkan pada Boeing 707 dengan radar
berputar APY- 2 dengan diameter sembilan meter di punggung pesawat. Pesawat ini
membawa 13-19 awak dan dapat melacak pesawat atau kapal dari jarak 250 mil.
Sentry ini
sangat berguna untuk mendeteksi pesawat terbang di bawah ketinggian efektif
radar berbasis permukaan. Menggunakan frekuensi tinggi dan ultra-tinggi memungkinkn
kru E-3 berkomunikasi dengan pasukan kawan secara langsung.
Saat
ini Angkatan Udara AS mengoperasikan 32
E-3 di seluruh dunia, sementara negara-negara NATO memiiki 16 pesawat yang ditempatkan di Geilenkirchen, Jerman. Jumlah yang lebih
kecil juga melayani angkatan udara Perancis, Inggris, dan Arab Saudi.
Sebagaimana
dilaporkan War is Boring upgrade E-3G Blok 40/45 dilakukan dengan menggantikan
komputer kuno Sentry dengan sistem berbasis Linux Red Hat untuk komputer
penerbangan utama, dan workstation operator berbasis Windows, yang saling
terhubung satu sama lain melalui jaringan area lokal.
Blok 40/45
juga dilengkapi sistem komunikasi satelit dan upgrade digital yang meningkatkan
aliran data ke E-3G, yang memungkinkan beroperasi di wilayah udara lebih padat
dan menurunkan jumlah teknisi komunikasi yang diperlukan di pesawat.
E-3G juga menggunakan
data Link 16 dan 11 yang telah dioptimalkan untuk mengurangi latensi ketika
transmisi data untuk target prioritas. Akhirnya, ada modifikasi untuk meningkatkan
elektromagnetik sensor. Butuh biaya mahal untuk upaya ini dengan lebih dari $
2,6 miliar pada 2016.
Pada tahun
2012, sebuah laporan Pengujian & Evaluasi Pentagon menegaskan bahwa meski
E-3G menunjukkan beberapa “kekurangan,” tetapi tetap lebih unggul dibandinkan
yang tua yakni Blok 30/35. Pada bulan Juli 2014, Komando Tempur Udara menyatakan
kemampuan awal dari E-3G.
Pada tahun
2016, Boeing telah mengkonversi sembilan pesawat ke Block 40/45. Namun,
Angkatan Udara ingin melakukan pengujian tambahan sebelum mengkonversi pesawat
yang tersisa. Dan laporan menunjukkan pengujian tambahan tidak berjalan dengan
mulus.
Misi tes
cuaca dingin di Fairbanks, Alaska,
secara harfiah gagal karena masalah dengan radar dan badan pesawat tidak
berhubungan dengan sistem komputer baru.
Kemudian,
musim panas, sebuah pesawat Block 40/45 menjalani uji pengawasan maritim
kompetitif versus Blok 30/35 E-3 di atas Teluk Meksiko. Kedua pesawat
dilaporkan memiliki kekurangan dalam pelacakan target kapal, tetapi Blok 40/45 lebih tidak mampu.
Akhirnya,
dua pesawat Block 40/45 dikerahkan untuk latihan Red Flag 16-3 yang dikerahkan
dari Pangkalan Angkatan Udara Nellis di Nevada. Terbukti pesawat tidak akurat
dalam pengolahan data track dan tidak konsisten dalam identifikasi kawan dan lawan.
Sebelum Red
Flag, Blok 40/45 sudah gagal dalam tes tiga minggu untuk menguji kerentanan
sistem di mana sistem E-3G mudah dihack.
“E-3G versi
3.0 dan Block 40/45 sangat rentan
terhadap ancaman cyber dan tidak survivable,” demikian tulis laporan itu
dikutip War is Boring. Hal inilah yang menjadikan upaya upgrade 18 pesawat lain
akhirnya dihentikan.
0 comments:
Post a Comment