Pesawat
latih dasar pabrikan Jerman, Grob G 120TP dengan sertifikasi EASA CS 23
Amendment 1 merupakan pengembangan lebih lanjut seri Grob G 120 bermesin piston
dengan tiga bilah baling-baling. Mesin piston kemudian diganti mesin turboprop
Rolls Royce Tipe 250-B17F dengan lima bilah baling-baling buatan MT-Propeller,
Jerman, berbahan komposit, constant speed, variable pitch, dan baja tahan karat
pada sisi baling-balingnya.
Kode TP pada
G 120TP menandakan pesawat ini menggunakan mesin Turboprop. Mesin tersebut
dipilih mengingat keandalannya karena telah diproduksi sebanyak 1.200 unit,
digunakan oleh 63 tipe pesawat dengan akumulasi jutaan jam terbang hingga saat
ini. Pihak Grob memodifikasi bagian hidung pesawat sehingga mesin yang baru
dapat diaplikasikan.
Dengan model
pesawat sayap rendah (low wing), cantilever wing, dan winglet yang dapat
dipasang-lepas, G 120TP dibangun menggunakan badan dan sayap dengan konstruksi
semi monokok GFRP composite sandwich.
Tangki bahan
bakar ditempatkan di dalam kedua sayapnya sebanyak 360 liter cukup untuk
penerbangan selama lima jam dan cadangan untuk 45 menit. Bahan bakar yang
digunakan adalah Jet A1 atau Jet A dan B, JP-4, JP-5, atau JP-8 tergantung
mesin yang dipilih.
Sebagai
pesawat basic trainer G 120TP dilengkapi kanopi gelembung (bubble) model geser
memungkinkan mata dapat memandang hampir 360 derajat ke sekelilingnya termasuk
melihat penyetabil horizontal dan vertikal. Kanopi dapat dibuka-tutup dari
dalam maupun dari luar pada saat emerjensi.
Untuk
keperluan operasi di darat dalam suhu yang terik, kanopi dapat dikunci terbuka
sesuai kebutuhan. Pesawat ini dapat dioperasikan pada suhu -20 derajat Celcius
dan maksimal 72 derajat Celcius.
Ruang kokpit
sangat roomy, memberikan keleluasaan bagi instruktur dan siswa pilot untuk
melakukan aktivitas penerbangan di kursi dengan konfigurasi bersebelahan
(side-by-side seating). Penggunaan kursi bersebelahan bagi pesawat Latih
Mula/Dasar sangat membantu instruktur dalam melatih siswa pilot.
Di TNI AU,
konsep kursi dengan konfigurasi seperti ini digunakan pada pesawat Latih Mula
(LM) AS-202 Bravo yang telah sukses melahirkan lebih dari seribu penerbang
selama 30 tahun (1983-2013).
Kursi diberi
peredam kejut yang dapat meminimalisir tarikan gravitasi maupun dampak impak
pada saat crash bagi awak pesawat. Di belakang kursi masih terdapat ruang untuk
menyimpan barang atau kelengkapan yang dibutuhkan. Sementara kursi dapat diatur
maju-mundur melalui relnya, memungkinan pilot maupun siswa dapat menyesuaikan
diri dan nyaman dalam menerbangkan pesawat.
Kursi
dilengkapi dengan sabuk keselamatan lima titik. Sebagai opsional pihak Grob
saat ini tengah menyiapkan penggunaan kursi Martin Baker Mk 15B dan proses sertifikasinya
bagi pemesan yang membutuhkan pesawatnya dilengkapi kursi lontar.
Dua control
stick berada di depan masing-masing kursi pilot dan siswa, sementara tuas gas
berada di bagian tengah di antara dua kursinya. Pesawat dapat diterbangkan oleh
seorang pilot dengan instruktur mengawasi siswa.
Peralatan
avionika di dashboard pesawat terdiri dari dua versi, analog dan digital.
Intrumen dasar seperti Attitude Indicator, Airspeed Indicator, Vertical Speed
Indicator, Turn and Slip Indicator, dan Accelerometer terpampang di depan
kursi.
Untuk
navigasi terdapat kompas, Electronic HSI, Directional Gyro, Magnetic Azimuth
Transmitter, Garmin GNS 430W untuk Nav 1 dan Nav 2, Garmin GTRX330 Mode S
Transponder, serta DME Honeywell KN-63/KDI-572.
Untuk 18
pesawat tahap pertama, TNI AU memesan avionika analog dengan pertimbangan siswa
pilot pemula harus mengenal instrumen-instumen dasar penerbangan. Grob sendiri
menyediakan pesawat uji hibrid menggabungkan sebagian instrumen digital dan
analog dan opsi bagi full digital avionic.
Pada G 120TP
juga terdapat sistem untuk evaluasi penerbangan (debriefing) menggunakan
SD-Card recorder yang dapat diunduh ke komputer jinjing selepas penerbangan.
Menilik
tampilan luar dan interior kokpit serta avioniknya, sekilas pesawat Grob G
120TP dengan retractable tricyle landing gear ini sudah dapat mencerminkan
sebuah pesawat LD yang didesain dengan apik dan berteknologi maju.
Berdasarkan
spesifikasi dari pabriknya berikut hasil uji coba terbangnya, pesawat ini
memiliki performanya yang luar biasa sehingga Kementerian Pertahanan RI
kepincut pada pesawat yang juga mulai dilirik oleh beberapa Angkatan Udara ini.
G 120TP
menggunakan bahan carbonfibre composite pada badan, sayap, dan ekornya.
Penggunaan material antikorosi ini sekaligus menjadikan bobot pesawat menjadi
lebih ringan tanpa mengurangi tingkat kekuatan bahan terhadap tarikan gravitasi
Bumi.
Material
pada G 120TP memiliki tingkat crashworthiness (perlindungan material saat
impak) lebih dari 26G. Material carbonfibre juga membuat permukaan pesawat
lebih halus sehingga meningkatkan tingkat aerodinamika pesawat. Selain itu
bahan ini lebih mudah dalam hal perawatan dengan service life mencapai 15.000
jam terbang untuk penggunaan aerobatik.
Sementara
TBO (Time Between Overhaul) untuk mesin Rolls Royce 250-B17F adalah 3.500 jam.
Biaya operasionalnya pun diklaim sangat murah, menjadikan G 120TP yang juga
didesain untuk kalangan sipil ini tidak memberatkan penggunanya.
Bobot
maksimal G 120TP (MTOW) mencapai 1.590 kg untuk penggunaan normal dan 1.550 kg
untuk aerobatik. Bobot kosong 1.095 kg dan kapasitas bahan bakar 290 kg (360
liter). Bila bobot instruktur dan siswa diasumsikan 200 kg, maka bobot full
load pesawat mencapai 1.485 kg yang artinya masih aman di bawah MTOW untuk
limitasi aerobatik (maksimal 1.550 kg) sekalipun.
0 comments:
Post a Comment