Dikembangkan
dan dibangun oleh Krauss-Maffei Wegmann GmbH, Jerman, Leopard 2A7 ini bisa
dibilang sebagai salah satu tank terbaik yang beroperasi di dunia. Seperti
semua tank buatan jerman. Leopard menggabungkan desain yang seimbang, rekayasa
yang baik dan harga yang murah.
Tank Rusia
di sisi lain secara tradisional menekankan kuantitas dibandingkan kualitas.
Tetapi tradisi ini dilabrak oleh T-14 Armata. Dalam banyak hal T-14 justru
mirip dengan mesin barat dan tidak akan dibangun dalam jumlah besar seperti
T-72.
Armata bisa
menjadi ancaman tangguh karena Moskow tidak terlalu jauh dari Jerman. Dan jika
kedua tank ini bertemu sepertinya Leopard akan sangat kerepotan untuk
menghadapi Armata. Leopard tidak memiliki amunisi yang tepat untuk mengalahkan
T-14.
Leopard 2A7
merupakan varian terbaru dalam garis keturunan panjang tank desain Jerman yang
dimulai dari Panzerkampfwagen I, yang dikembangkan secara rahasia karena
pembatasan Perjanjian Versailles. Panzer I tidak mengesankan, tapi ini menjadi
yang pertama dari serangkaian kendaraan tempur lapis baja yang kemudian
melahirkan termasuk Panther dan King Tiger yang menakutkan ketika Perang Dunia
II.
Dalam banyak
hal, Panther disebut-sebut sebagai cikal bakal dari tank tempur utama modern
yang mempengaruhi desain tank barat pasca perang.
Desain
Jerman pasca perang pertama adalah Leopard 1, yang menetapkan standar untuk
desain tank Barat ketika pertama kali diperkenalkan pada tahun 1965. Awalnya,
Jerman bermaksud untuk menggantikan Leopard I dengan MBT-70, tank yang
dikembangkan bersama Amerika. Namun karena sejumlah masalah Berlin akhirnya
memilih untuk mengembangkan sendiri Leopard 2.
Sementara
Angkatan Darat AS mengembangkan M1 Abrams. Perbedaan utama adalah bahwa Leopard
2 menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel yang lebih efisien dan dapat
diandalkan.
Selain itu
juga memasang meriam yang jauh lebih kuat L44 120mm yang kemudian dipasang ke
tank Amerika. Jerman meyakini meriam yang besar sangat diperlukan untuk melawan
tank Soviet.
SAAT BERTEMU
T-14 ARMATA
Beberapa
tahun kemudian Leopard 2 telah ditingkatkan dengan memasang meriam L55 yang
menawarkan kinerja yang jauh lebih baik terhadap tank musuh yang lebih kuat.
Salah satu keterbatasan dari Leopard 2 adalah kenyataan bahwa Jerman menolak
menggunakan amunisi uranium untuk tank, yang berarti bahwa Bundeswehr harus
menemukan bahan alternatif. Dengan demikian, putaran tank Jerman yang terbuat
dari tungsten yang tidak menawarkan kinerja baik dibandingkan depleted uranium
sabot round yang digunakan di M829A3 Angkatan Darat AS.
Karena
keterbatasan tungsten amunisi, Bundeswehr memiliki beberapa keraguan mengenai
kemampuan putaran penetrator untuk mampu menembus baju besi tank terbaru Rusia.
Secara khusus, mungkin ada kasus di mana amunisi Jerman mungkin tidak memiliki
energi kinetik yang cukup untuk bisa membunuh T-80, T-90 apalagi Armata.
Salah satu
pilihan bagi Jerman adalah untuk menguji dan menggunakan amunisi Amerika
seperti seri M829 atau mengembangkan proyektil depleted uranium sabot round
sendiri. Namun, ada tantangan politik dan teknis yang harus diatasi.
Pertama, ada
resistensi politik yang kuat untuk mengembangkan amunisi uranium di Jerman.
Kedua, menggunakan amunisi Amerika mungkin sulit karena M829 belum tentu akan
kompatibel dengan barel L55 yang ada di varian terbaru Leopard 2.
Sementara
Leopard 3 yang akan menjaidi generasi berikutnya belum jelas apakah Jerman akan
melakukan perubahan siginfikan. Tetapi jika Bundeswehr tidak menggunakan
amunisi uranium maka harus menggunakan meriam 140mm untuk bisa melawan Armata.
0 comments:
Post a Comment