Wednesday, 8 March 2017

Jika Leopard Berarung Lawan T-14 Armata, Apa Yang akan Terjadi?


Dikembangkan dan dibangun oleh Krauss-Maffei Wegmann GmbH, Jerman, Leopard 2A7 ini bisa dibilang sebagai salah satu tank terbaik yang beroperasi di dunia. Seperti semua tank buatan jerman. Leopard menggabungkan desain yang seimbang, rekayasa yang baik dan harga yang murah.

Tank Rusia di sisi lain secara tradisional menekankan kuantitas dibandingkan kualitas. Tetapi tradisi ini dilabrak oleh T-14 Armata. Dalam banyak hal T-14 justru mirip dengan mesin barat dan tidak akan dibangun dalam jumlah besar seperti T-72.

Armata bisa menjadi ancaman tangguh karena Moskow tidak terlalu jauh dari Jerman. Dan jika kedua tank ini bertemu sepertinya Leopard akan sangat kerepotan untuk menghadapi Armata. Leopard tidak memiliki amunisi yang tepat untuk mengalahkan T-14.

Leopard 2A7 merupakan varian terbaru dalam garis keturunan panjang tank desain Jerman yang dimulai dari Panzerkampfwagen I, yang dikembangkan secara rahasia karena pembatasan Perjanjian Versailles. Panzer I tidak mengesankan, tapi ini menjadi yang pertama dari serangkaian kendaraan tempur lapis baja yang kemudian melahirkan termasuk Panther dan King Tiger yang menakutkan ketika Perang Dunia II.

Dalam banyak hal, Panther disebut-sebut sebagai cikal bakal dari tank tempur utama modern yang mempengaruhi desain tank barat pasca perang.

Desain Jerman pasca perang pertama adalah Leopard 1, yang menetapkan standar untuk desain tank Barat ketika pertama kali diperkenalkan pada tahun 1965. Awalnya, Jerman bermaksud untuk menggantikan Leopard I dengan MBT-70, tank yang dikembangkan bersama Amerika. Namun karena sejumlah masalah Berlin akhirnya memilih untuk mengembangkan sendiri Leopard 2.

Sementara Angkatan Darat AS mengembangkan M1 Abrams. Perbedaan utama adalah bahwa Leopard 2 menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel yang lebih efisien dan dapat diandalkan.

Selain itu juga memasang meriam yang jauh lebih kuat L44 120mm yang kemudian dipasang ke tank Amerika. Jerman meyakini meriam yang besar sangat diperlukan untuk melawan tank Soviet.

SAAT BERTEMU T-14 ARMATA


Beberapa tahun kemudian Leopard 2 telah ditingkatkan dengan memasang meriam L55 yang menawarkan kinerja yang jauh lebih baik terhadap tank musuh yang lebih kuat. Salah satu keterbatasan dari Leopard 2 adalah kenyataan bahwa Jerman menolak menggunakan amunisi uranium untuk tank, yang berarti bahwa Bundeswehr harus menemukan bahan alternatif. Dengan demikian, putaran tank Jerman yang terbuat dari tungsten yang tidak menawarkan kinerja baik dibandingkan depleted uranium sabot round yang digunakan di M829A3 Angkatan Darat AS.

Karena keterbatasan tungsten amunisi, Bundeswehr memiliki beberapa keraguan mengenai kemampuan putaran penetrator untuk mampu menembus baju besi tank terbaru Rusia. Secara khusus, mungkin ada kasus di mana amunisi Jerman mungkin tidak memiliki energi kinetik yang cukup untuk bisa membunuh T-80, T-90 apalagi Armata.

Salah satu pilihan bagi Jerman adalah untuk menguji dan menggunakan amunisi Amerika seperti seri M829 atau mengembangkan proyektil depleted uranium sabot round sendiri. Namun, ada tantangan politik dan teknis yang harus diatasi.

Pertama, ada resistensi politik yang kuat untuk mengembangkan amunisi uranium di Jerman. Kedua, menggunakan amunisi Amerika mungkin sulit karena M829 belum tentu akan kompatibel dengan barel L55 yang ada di varian terbaru Leopard 2.

Sementara Leopard 3 yang akan menjaidi generasi berikutnya belum jelas apakah Jerman akan melakukan perubahan siginfikan. Tetapi jika Bundeswehr tidak menggunakan amunisi uranium maka harus menggunakan meriam 140mm untuk bisa melawan Armata.


0 comments:

Post a Comment