Tidak bisa
dipungkiri Amerika Serikat memiliki militer terbesar di dunia dengan dukungan
arsenal yang canggih. Tetapi sebenarnya hal itu tidak akan cukup. Untuk
mempertahankan keunggulan taktis, karena militer membutuhkan kemampuan untuk
memindahkan kekuatan militer ke setiap
bagian di planet ini hingga mampu menyerang sebuah wilayah dengan kekuatan
besar.
Dalam
beberapa dekade, Amerika Serikat mampu melakukan hal ini. Negara ini seperti
tanpa batasan untuk bisa memindahkan kekuatan mereka dengan cepat dan jarak
ribuan mil untuk menyerang sebuah negara. Hal itu yang menjadi kunci
keberhasilan mereka selama ini.
“Dari Perang
Korea sampai ke kampanye terakhir melawan ISIS, inilah bagaimana Amerika
membunuh musuh-musuhnya,” kata seorang pensiunan pejabat US Army kepada Popular
Mechanic yang minta namanya tidak disebutkan. “Ambil kekuatan itu dan Amerika tidak
akan adidaya lagi.”
Akhir-akhir
ini, negara-negara seperti China, Rusia, dan Iran telah melihat kenyataan ini
dan memilih fokus untuk membangun kekuatan defensive untuk membatasi kemampun
Amerika Serikat datang lebih dekat ke mereka. Sebuah strategi yang dikenal
sebaga Anti Access/Area Denial (A2/AD).
Menggunakan
senjata seperti kapal selam ultra senyap, kapal penjelajah, rudal balistik
pembunuh kapal induk, drone dan sistem lain, negara-negara ini membangun
benteng untuk menahan gerak maju Amerika Serikat. Jika Amerika memaksa untuk
maju maka risikonya mereka akan kehilangan kapal induk super mahal serta ribuan
pelaut yang ada dalam kelompok tempur tersebut.
Militer
Amerika Serikat tidak buta dengan ancaman ini. Terbukti pada 2009, Menteri
Pertahanan Amerika Serikat mengembangkan apa yang dikenal sebagai konsep
Air-Sea Battle. Rencana ini dibangun dengan fokus untuk melakukan pertempuran
dengan China dengan memberi jaminan akses kepada Amerika Serikat untuk bisa
terbang dan berlayar di seluruh wilayah udara dan laut.
Meski bisa
diterapkan, konsep ini juga kontroversial dan membingungkan. Sebuah laporan
yang diterbitkan oleh Pusat Penilaian Strategis dan Anggaran, menyimpulkan
pertempuran dengan China akan menjadi hal yang mengerikan.
Disebutkan
dalam konsep tersebut, untuk menjamin akses ke ruang, AS akan menyerang China
dengan “Melakukan operasi serangan jarak jauh untuk menghancurkan sistem
pengawasan maritim militer China berbasis darat dan peluncur rudal balistik
baik antikapal maupun serangan arat untuk memberikan ruang bagi Angkatan Laut
Amerika melakukan maneuver dan mengurangi risiko serangan terhadap pangkalan
dan fasilitas Amerika serta sekutu.”
Skenario ini
dinilai para ahli sangat berisiko, mengingat China telah mengembangkan berbagai
rudal dengan kemampuan serang jarak jauh dan presisi tinggi. Pangkalan militer
mereka di Jepang dan Korea hingga Guam akan menjadi sasaran serang China.
Demikian juga kapal induk akan sangat berisiko untuk maju, sementara jika
beroperasi dari jarak jauh maka jangkauan sayap tempur mereka tidak akan mampu
mencapai target. China akan mengembangkan strategi untuk menjadikan pesawat
Amerika tidak bisa terbang untuk melakukan serangan.
KONSEP BARU
JUGA PENUH MASALAH
Sekarang,
Pentagon mengembangkan konsep kedua yang dikenal sebagai Joint Concept for
Access and Maneuver in the Global Commons (JAM-GC). Konsep ini tidak hanya
dikembangkan dalam hipotesis perang denga China tetapi juga dengan Rusia dan
negara lain.
Tugas untuk
melakukan serangan awal tidak hanya ditugaskan pada angkatan Laut dan Angkatan
Udara. Marinir, Komando Cyber, asset ruang angkasa juga akan memainkan peran
besar. Militer Amerika Serikat akan bergantung pada pasukan yang sekarang dan
bukan pada sistem baru dan mahal yang
mungkin belum pernah terlibat dalam pertempuran.
Sayangnya, konsep ini membuat sejumlah orang
di Pentagon ragu dan khawatir. Hal ini karena militer Amerika saat ini
mengalami krisis kesiapan. Pemotongan anggaran militer dalam beberapa tahun
terakhir telah merusak kesiapan militer mereka untuk melakukan perang besar
berikutnya, terutama melawan China dan Rusia.
“Bagaimana
kita bisa melakukan sesuatu seperti JAM-GC ketika sebagian F/A-18 kami harus
menunggu perbaikan?. Bagaimana kita mempersiapkan diri untuk melawan China,
ketika sebagian besar Tentara kami bahkan tidak benar-benar siap untuk perang?,
“kata pejabat pentagon senior lainnya kepada Popular Mechanics.
Pejabat itu
melanjutkan: “Menggabungkan semua senjata Amerika untuk digunakan dalam
pertarungan seperti tank M1 Abrams, F-16, F/A-18, B-1 Bomber dan senjata
penting lainnya, Anda memiliki serangkaian masalah yang tidak mudah dipecahkan.
Dapatkah Anda benar-benar berperang dengan China dengan senjata yang sebenarnya
akan digunakan melawan Uni Soviet pada tahun 1980-an? ”
Bahkan
rencana terbaik akan selalu gagal jika Anda tidak memiliki sarana untuk
mewujudkan rencana itu. Amerika kini harus benar-benar berhitung untuk
menghadapi perang besar melawan China dan Rusia.
0 comments:
Post a Comment