Thursday, 2 March 2017

Keunggulan Militer Amerika Mati Pelan-Pelan


Tidak bisa dipungkiri Amerika Serikat memiliki militer terbesar di dunia dengan dukungan arsenal yang canggih. Tetapi sebenarnya hal itu tidak akan cukup. Untuk mempertahankan keunggulan taktis, karena militer membutuhkan kemampuan untuk memindahkan kekuatan militer  ke setiap bagian di planet ini hingga mampu menyerang sebuah wilayah dengan kekuatan besar.

Dalam beberapa dekade, Amerika Serikat mampu melakukan hal ini. Negara ini seperti tanpa batasan untuk bisa memindahkan kekuatan mereka dengan cepat dan jarak ribuan mil untuk menyerang sebuah negara. Hal itu yang menjadi kunci keberhasilan mereka selama ini.

“Dari Perang Korea sampai ke kampanye terakhir melawan ISIS, inilah bagaimana Amerika membunuh musuh-musuhnya,” kata seorang pensiunan pejabat US Army kepada Popular Mechanic yang minta namanya tidak disebutkan. “Ambil kekuatan itu dan Amerika tidak akan adidaya lagi.”

Akhir-akhir ini, negara-negara seperti China, Rusia, dan Iran telah melihat kenyataan ini dan memilih fokus untuk membangun kekuatan defensive untuk membatasi kemampun Amerika Serikat datang lebih dekat ke mereka. Sebuah strategi yang dikenal sebaga Anti Access/Area Denial (A2/AD).

Menggunakan senjata seperti kapal selam ultra senyap, kapal penjelajah, rudal balistik pembunuh kapal induk, drone dan sistem lain, negara-negara ini membangun benteng untuk menahan gerak maju Amerika Serikat. Jika Amerika memaksa untuk maju maka risikonya mereka akan kehilangan kapal induk super mahal serta ribuan pelaut yang ada dalam kelompok tempur tersebut.

Militer Amerika Serikat tidak buta dengan ancaman ini. Terbukti pada 2009, Menteri Pertahanan Amerika Serikat mengembangkan apa yang dikenal sebagai konsep Air-Sea Battle. Rencana ini dibangun dengan fokus untuk melakukan pertempuran dengan China dengan memberi jaminan akses kepada Amerika Serikat untuk bisa terbang dan berlayar di seluruh wilayah udara dan laut.

Meski bisa diterapkan, konsep ini juga kontroversial dan membingungkan. Sebuah laporan yang diterbitkan oleh Pusat Penilaian Strategis dan Anggaran, menyimpulkan pertempuran dengan China akan menjadi hal yang mengerikan.

Disebutkan dalam konsep tersebut, untuk menjamin akses ke ruang, AS akan menyerang China dengan “Melakukan operasi serangan jarak jauh untuk menghancurkan sistem pengawasan maritim militer China berbasis darat dan peluncur rudal balistik baik antikapal maupun serangan arat untuk memberikan ruang bagi Angkatan Laut Amerika melakukan maneuver dan mengurangi risiko serangan terhadap pangkalan dan fasilitas Amerika serta sekutu.”

Skenario ini dinilai para ahli sangat berisiko, mengingat China telah mengembangkan berbagai rudal dengan kemampuan serang jarak jauh dan presisi tinggi. Pangkalan militer mereka di Jepang dan Korea hingga Guam akan menjadi sasaran serang China. Demikian juga kapal induk akan sangat berisiko untuk maju, sementara jika beroperasi dari jarak jauh maka jangkauan sayap tempur mereka tidak akan mampu mencapai target. China akan mengembangkan strategi untuk menjadikan pesawat Amerika tidak bisa terbang untuk melakukan serangan.

KONSEP BARU JUGA PENUH MASALAH


Sekarang, Pentagon mengembangkan konsep kedua yang dikenal sebagai Joint Concept for Access and Maneuver in the Global Commons (JAM-GC). Konsep ini tidak hanya dikembangkan dalam hipotesis perang denga China tetapi juga dengan Rusia dan negara lain.

Tugas untuk melakukan serangan awal tidak hanya ditugaskan pada angkatan Laut dan Angkatan Udara. Marinir, Komando Cyber, asset ruang angkasa juga akan memainkan peran besar. Militer Amerika Serikat akan bergantung pada pasukan yang sekarang dan bukan pada sistem baru dan mahal  yang mungkin belum pernah terlibat dalam pertempuran.

 Sayangnya, konsep ini membuat sejumlah orang di Pentagon ragu dan khawatir. Hal ini karena militer Amerika saat ini mengalami krisis kesiapan. Pemotongan anggaran militer dalam beberapa tahun terakhir telah merusak kesiapan militer mereka untuk melakukan perang besar berikutnya, terutama melawan China dan Rusia.

“Bagaimana kita bisa melakukan sesuatu seperti JAM-GC ketika sebagian F/A-18 kami harus menunggu perbaikan?. Bagaimana kita mempersiapkan diri untuk melawan China, ketika sebagian besar Tentara kami bahkan tidak benar-benar siap untuk perang?, “kata pejabat pentagon senior lainnya kepada Popular Mechanics.

Pejabat itu melanjutkan: “Menggabungkan semua senjata Amerika untuk digunakan dalam pertarungan seperti tank M1 Abrams, F-16, F/A-18, B-1 Bomber dan senjata penting lainnya, Anda memiliki serangkaian masalah yang tidak mudah dipecahkan. Dapatkah Anda benar-benar berperang dengan China dengan senjata yang sebenarnya akan digunakan melawan Uni Soviet pada tahun 1980-an? ”

Bahkan rencana terbaik akan selalu gagal jika Anda tidak memiliki sarana untuk mewujudkan rencana itu. Amerika kini harus benar-benar berhitung untuk menghadapi perang besar melawan China dan Rusia.


0 comments:

Post a Comment