Sunday, 12 March 2017

Saat Jepang Mencoba Mandiri Lewat X-2 Shinshin


Pengembangan X-2 Shinshin berawal dari kekecewaan Jepang yang tidak dapat membeli F-22 Raptor dari AS. Awalnya, pesawat tempur itu diberi kode nama ATD-X.

Secara bisnis ia dikembangkan untuk bersaing dengan Raptor. Selain itu, kelak X-2 Shinshin juga akan menjadi bintang utama untuk mengahadapi ancaman militer Tiongkok dan Rusia.

Jet tempur multi-canggih itu oleh Pasukan Bela Diri Udara Jepang (Japanese Air Self Defense Force/JASDF) ditargetkan untuk menggantikan ratusan pesawat tempur Mitsubishi F-2 dan F-15.

Pemerintah Jepang sendiri menargetkan akan menyandingkan X-2 dengan F-35 Lightning II dari AS.

Tidak sampai 10 tahun sejak peresmian program, tepatnya bulan April 2016, X-2 Shinshin mengudara untuk pertama kalinya. Ini jauh lebih cepat dari rencana awal yang menargetkan prototipe pertama terbang setelah 2020.

Tahun 2005, Jepang sebenarnya sedang mengembangkan jet tempur TRDI/Mitubishi dan skala modelnya ternyata sudah rampung dan diuji coba di Perancis. Uji coba itu untuk mengetahui sejauh mana kemampuan teknologi jet tempur TRDI yang dirancang berteknologi stealth.

Belajar dari pengembangan TRDI itulah Jepang kemudian makin percaya diri untuk mengembangkan proyek X-2 Shinshin. Dari sisi penampilan dan teknologi, TRDI bahkan diklaim mendekati Raptor.

Tahun 2007 program pengembangan TRDI makin pesat dan telah menjalani uji terbang di terowongan angin menggunakan radio kontrol.

Berbekal semangat dan sukses proyek TRDI, pada Agustus 2007, Menteri Pertahanan Jepang mengizinkan penggarapan proyek pesawat siluman ATD-X dengan berbagai keunggulan teknologi mutakhirnya. Teknologi itu antara lain, mesin yang sangat mendukung kemampuan bermanuver, radar, dan lainnya.

Berkat teknologi mutakhir yang dimiliki X-2 Shinshin, kemampuannya bisa dibilang setara jet tempur generasi kelima. Ini dibuktikan dari penggunaan teknologi terdepan fly by optics control system, 3-D thrust vectoring capability, perangkat perang elektronik, dan persenjataan mutakhir yang dioperasikan menggunakan gelombang microwave, serta perangkat untuk mengontrol pesawat drone yang akan menjadi pendamping ATD-X di medan tempur.

Selain itu, ketika mengalami kerusakan di medan tempur, ATD-X juga memiliki kemampuan memperbaiki diri secara otomatis.

Dalam situasi sedang operasional ketika kerusakan dini terdeteksi, efek kerusakan tidak akan menimbulkan gangguan pada penerbangan. Bahkan sewaktu proses memperbaiki sedang berlangsung, ATD-X juga masih mampu terbang stabil.

Dengan berbagai kemampuan yang dimiliki khususnya teknologi silumannya, ATD-X juga masih tidak bisa terdeteksi radar dalam kondisi terbang pada kecepatan rendah.

Saat ini Mitsubishi menjadi kontraktor utama untuk produksi dan pengembangan X-2 Shinshin. Setelah penerbangan perdananya tahun lalu, Mitsubishi akan melakukan rangkaian uji statis dalam beberapa tahun ke depan.


0 comments:

Post a Comment