Pengembangan
X-2 Shinshin berawal dari kekecewaan Jepang yang tidak dapat membeli F-22
Raptor dari AS. Awalnya, pesawat tempur itu diberi kode nama ATD-X.
Secara
bisnis ia dikembangkan untuk bersaing dengan Raptor. Selain itu, kelak X-2 Shinshin
juga akan menjadi bintang utama untuk mengahadapi ancaman militer Tiongkok dan
Rusia.
Jet tempur
multi-canggih itu oleh Pasukan Bela Diri Udara Jepang (Japanese Air Self Defense
Force/JASDF) ditargetkan untuk menggantikan ratusan pesawat tempur Mitsubishi
F-2 dan F-15.
Pemerintah
Jepang sendiri menargetkan akan menyandingkan X-2 dengan F-35 Lightning II dari
AS.
Tidak sampai
10 tahun sejak peresmian program, tepatnya bulan April 2016, X-2 Shinshin
mengudara untuk pertama kalinya. Ini jauh lebih cepat dari rencana awal yang
menargetkan prototipe pertama terbang setelah 2020.
Tahun 2005,
Jepang sebenarnya sedang mengembangkan jet tempur TRDI/Mitubishi dan skala
modelnya ternyata sudah rampung dan diuji coba di Perancis. Uji coba itu untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan teknologi jet tempur TRDI yang dirancang
berteknologi stealth.
Belajar dari
pengembangan TRDI itulah Jepang kemudian makin percaya diri untuk mengembangkan
proyek X-2 Shinshin. Dari sisi penampilan dan teknologi, TRDI bahkan diklaim
mendekati Raptor.
Tahun 2007
program pengembangan TRDI makin pesat dan telah menjalani uji terbang di
terowongan angin menggunakan radio kontrol.
Berbekal
semangat dan sukses proyek TRDI, pada Agustus 2007, Menteri Pertahanan Jepang
mengizinkan penggarapan proyek pesawat siluman ATD-X dengan berbagai keunggulan
teknologi mutakhirnya. Teknologi itu antara lain, mesin yang sangat mendukung
kemampuan bermanuver, radar, dan lainnya.
Berkat
teknologi mutakhir yang dimiliki X-2 Shinshin, kemampuannya bisa dibilang
setara jet tempur generasi kelima. Ini dibuktikan dari penggunaan teknologi
terdepan fly by optics control system, 3-D thrust vectoring capability,
perangkat perang elektronik, dan persenjataan mutakhir yang dioperasikan
menggunakan gelombang microwave, serta perangkat untuk mengontrol pesawat drone
yang akan menjadi pendamping ATD-X di medan tempur.
Selain itu,
ketika mengalami kerusakan di medan tempur, ATD-X juga memiliki kemampuan
memperbaiki diri secara otomatis.
Dalam
situasi sedang operasional ketika kerusakan dini terdeteksi, efek kerusakan
tidak akan menimbulkan gangguan pada penerbangan. Bahkan sewaktu proses
memperbaiki sedang berlangsung, ATD-X juga masih mampu terbang stabil.
Dengan
berbagai kemampuan yang dimiliki khususnya teknologi silumannya, ATD-X juga
masih tidak bisa terdeteksi radar dalam kondisi terbang pada kecepatan rendah.
Saat ini
Mitsubishi menjadi kontraktor utama untuk produksi dan pengembangan X-2
Shinshin. Setelah penerbangan perdananya tahun lalu, Mitsubishi akan melakukan
rangkaian uji statis dalam beberapa tahun ke depan.
0 comments:
Post a Comment