Tiga tahun
lalu, Presiden Barack Obama memerintahkan para pejabat Pentagon untuk
meningkatkan serangan maya dan serangan elektronik terhadap program rudal Korea
Utara dengan harapan bisa menyabotase peluncuran rudal Korea Utara di
detik-detik awal.
Tetapi
faktanya rudal Pyongyang terus berhamburan tanpa bisa dicegah yang menjadikan
banyak pihak skeptis strategi yang digunakan Obama akan efektif.
Selama
delapan bulan terakhir saja Korea Utara berhasil berhasil meluncurkan tiga roket jarak menengah. Dan Kim
Jong-un, pemimpin Korea Utara, kini mengklaim negaranya dalam “tahap akhir
dalam persiapan” untuk tes perdana rudal antarbenua mereka.
Presiden
Donald Trump mencoba merespons lebih agresif dengan memposting di Twitter-nya
yang bernada ancaman dengan mengatakan “Ini tidak akan terjadi” yang mengacu
pada uji rudal. Namun seperti Obama, Trump segera sadar sekadar gertak tak akan
menyurutkan Korea Utara.
Dia bisa
saja meminta Pentagon untuk meningkatkakn perang cyber dan elektronik
melanjutkan strategi Obama tetapi itu juga tidak akan memberi jaminan. Dia bisa
membuka negosiasi dengan Korea Utara untuk membekukan program nuklir dan
rudalnya, tapi itu akan meninggalkan ancaman menjulang di banyak tempat.
Dia bisa
mempersiapkan serangan rudal langsung pada situs peluncuran, yang Obama juga
sempat berepikir tetapi kecil kemungkinan untuk menghancurkan semua sasaran.
Dia bisa saja menekan China untuk mengurangi dukungan kepada Korea Utara,
tetapi Beijing selalu tidak sepenuh hati untuk meruntuhkan Korea Utara.
Dalam dua
pertemuan deputi keamanan nasional Trump
di Situation Room semua pilihan itu telah dibahas. Termasuk salah satunya
adalah dengan membawa kembali senjata nuklir taktis ke Korea Selatan sebagai
sebuah peringatan keras. Para pejabat pemerintahan mengatakan masalah tersebut
akan segera dibawa Trump untuk dibahas dengan penasihat keamanannya.
Sebagaimana
dilaporkan New York Times Senin 6 Maret 2017, pejabat pemerintah mengatakan
semua pilihan sekarang ini ada di atas meja. Gedung Putih juga melihat pilihan
serangan pre-emptive, kata seorang pejabat senior pemerintah Trump, meskipun
tantangannya sangat besar mengingat Korea Utara memiliki banyak daerah
pegunungan dan terowongan.
“Penempatan
senjata nuklir Amerika di Korea Selatan seperti seperempat abad yang lalu juga
sedang dipertimbangkan meski langkah itu bisa memacu perlombaan nuklir dengan
Korea Utara,” tulis New York Times.
0 comments:
Post a Comment