Friday, 24 February 2017

Apakah Nazi Benar-Benar Mencoba Membangun Pesawat Siluman?


Northrop Grumman telah memenangkan kontrak Pentagon untuk membangun bomber siluman baru yang akan disebut sebagai B-21 Raider. Gambar awal yang muncul menunjukkan bomber akan meneruskan konsep sayap terbang yang digunakan B-2 Spirit.

Lebih jauh lagi, konsep ini dikembangkan oleh Nazi Jerman ketika membangun pesawat tempur pada era Perang Dunia II.

Tetapi apakah tujuan Nazi kala itu adalah benar-benar untuk membangun pesawat siluman dengan konsep sayap terbang ini?. Sebenarnya tidak, konsep ini dilahirkan untuk memaksimalkan kecepatan dan daya jangkau pesawat. Belum menyentuh aspek siluman.

Walter Horten adalah seorang pilot tempur ace di Luftwaffe Jerman, setelah mencetak tujuh kills sebagai wingman legendaris Adolf Galland selama Battle of Britain. Saudaranya Reimar adalah seorang desainer pesawat yang kurang dalam pendidikan aeronautika formal. Di masa muda mereka, pasangan itu telah merancang serangkaian glider berawak inovatif dengan ekor yang kecil.

Pada tahun 1943, Komandan  Luftwaffe Herman Goering menginginkan pesawat dengan  3×1000 yakni pesawat yang bisa terbang 1.000 km per jam, membawa 1.000 kg bom dan dengan bahan bakar yang cukup untuk melakukan perjalanan seribu kilometer termasuk kembali ke pangkalan dan masih menyisakan sepertiga pasokan di tangki bahan bakar yang untuk digunakan dalam pertempuran. Pesawat seperti ini bisa terbang menyerang target di Inggris dengan aman.

Jerman telah mengembangkan mesin turbojet yang bisa mendorong pesawat mencapai kecepatan tinggi. Tetapi mesin ini sangat boros bahan bakar sebagai kompensasi dari kecepatan tinggi membuat syarat untuk melakukan serangan jarak jauh menjadi tidak bisa dicapai.

Horten bersaudara menggunakan ide desain sayap terbang untuk memecahkan masalah ini. Dengan desain aerodinamis ini akan menjadikan pesawat tidak memiliki hambatan di udara. Pesawat akan membutuhkan tenaga yang kurang untuk bisa terbang cepat dan akhirnya akan menghemat bahan bakar.

Desain sayap terbang sebenarnya bukan ide yang sama sekali dan telah digunakan sebelumnya dalam glider dan pesawat. Selama Perang Dunia II, Northrop mengembagnkan pembom sayap terbang kinerja tinggi  XB-35 untuk Amerika Serikat tetapi gagal masuk produksi massal. Meski memiliki keuntungan dalam desain aerodinamis, ekor yang kecil akan cenderung menjadikan pesawat sulit dikendalikan dan rawan untuk tidak terkendali.

Horten bersaudara kemudian diberi lampu hijau untuk mengejar konsep pada bulan Agustus 1943. Mereka pertama kali membangun  sebuah glider unpowered yang dikenal sebagai H.IX V1.

V1 memiliki sayap menyapu tipis yang terbuat dari kayu lapis untuk menghemat berat. Glider ini memiliki sayap “berbentuk lonceng” untuk mengkompensasi masalah yaw.

Untuk kemudi  H.IX menggunakan  “elevons” (kombinasi dari ailerons dan elevators) dan dua set spoiler untuk kontrol.

Elevons dapat dipindahkan berbeda-beda untuk mendorong roll, atau bersama-sama dalam arah yang sama untuk mengubah pitch, sementara spoiler digunakan untuk menginduksi yaw.

DIPAKSA MASUK PRODUKSI




Setelah tes  glider V1 yang dilakukan di Oranienberg Maret 1944 sukses, prototipe V2 berikutnya dipasang dengan dua mesin turbojet Jumo 004B yang diletakkan  di kedua sisi dari pod kokpit dan terbuat dari pipa baja dilas.

Pesawat ini  juga menampilkan kursi ejeksi primitif dan parasut pesawat yang dikembangkan  ketika mendarat, sementara didesain ulang tiga roda pendaratan dipasang untuk memungkinkan pesawat bisa untuk membawa beban lebih berat.

Uji terbang pertama terjadi pada  2 Februari 1945. jet bisa dikendalikan dengan mudah dan tahan dari tekanan. Prototipe bahkan dilaporkan mengalahkan pesawat tempur Me-262  yang dilengkapi dengan mesin Jumo 004 dalam simulasi pertempuran udara.

Tapi proses pengujian dihentikan  pada tanggal 18 Februari ketika salah satu mesin jet V2  terbakar dan mati  di tengah-penerbangan. Pilot uji coba Erwin Ziller melakukan sejumlah upaya  untuk me-restart mesin tetapi gagal hingga pesawat mengalami spiral dan jatuh ke tanah dan menewaskannya.

Meski demikian , Goering menyetujui produksi 40 sayap terbang, yang akan dilakukan oleh perusahaan Gotha, yang sebagian besar memproduksi glier untuk pelatihan dan  militer selama Perang Dunia II. Pesawat-pesawat produksi ditunjuk sebagai Ho 229 atau Go 229.

Ho 229 versi produksi diyakini bisa mencapai kecepatan  975 kilometer per jam dan membawa persenjataan yang direncanakan dua meriam Mark 103 30mm. Pembangunan empat prototipe baru V3  hingga V6 dimulai, dua di antaranya akan menjadi pesawat tempur malam dua kursi.

Namun, Ho 229 akhirnya dihancurkan sendiri. Ketika pasukan Amerika dari Korps VIII meluncur ke pabrik di Friedrichroda, Jerman pada bulan April 1945,  mereka hanya menemukan bagian kokpit prototipe dalam berbagai tahap pembangunan. Sepasang sayap sesuai ditemukan 75 mil jauhnya.

Yang paling lengkap dari empat, prototipe V3, itu dikirim kembali ke Amerika Serikat untuk dipelajari  dan hari ini dapat dilihat restorasinya  di Air and Space Museum di Chantilly, Virginia, Amerika Serikat

Hortens akhirnya juga diminta untuk menyusun spesifikasi jet pembom sayap terbang dengan rentang cukup untuk memberikan sebuah bom atom ke pantai timur Amerika Serikat. skema mereka menghasilkan  Horten H.XVIII “Amerika Bomber”  yang tidak pernah terbang.

APAKAH Ho-229 ADALAH PESAWAT SILUMAN


Satu kata yang belum bisa dilihat dalam sejarah sejauh ini adalah apakah pesawat ini memiliki kemampuan siluman  atau tidak. Tidak ada dokumentasi dari tahun 1940-an yang mendukung gagasan bahwa sayap terbang ini dimaksudkan untuk menjadi sebuah pesawat siluman. Namun,  Hortens telah menemukan fakta bahwa desain  sayap terbang cocok untuk pesawat dengan  radar cross section yang ideal dan ideal untuk sebuah pesawat siluman

Reimer Horten pindah ke Argentina setelah perang, dan pada tahun 1950 menulis sebuah artikel untuk Revista Nacional de Aeronautica yang mengatakan bahwa pesawat kayu akan menyerap gelombang radar.

30 tahun kemudian, ketika teori di balik pesawat siluman semakin  dikenal luas, Reimer menulis bahwa ia telah sengaja berusaha untuk membuat terbang sayap Horten menjadi pesawat siluman, mengklaim bahwa ia bahkan telah membangun badan pesawat menggunakan campuran penyerap radar khusus karbon, serbuk gergaji dan lem kayu tanpa memberi tahu atasannya.

Dua tes yang dilakukan untuk menentukan adanya debu karbon, salah satunya mendukung klaimnya dan yang lain yang tidak. Secara umum, sejarawan  skeptis bahwa siluman adalah tujuan awal dari desain ini.

Pada tahun 2008, Northrop Grumman bekerja sama dengan  National Geographic merekonstruksi mockup dari Ho 229, mereka diuji untuk refleksi radar, dan kemudian diuji di jaringan radar British Chain Home. Temuan mereka tidak terlalu luar biasa. Pesawat bisa terdeteksi pada jarak 80% dari pesawat tempur Bf-109 Jerman.

Penguji Northrop  menekankan bahwa dikombinasikan dengan kecepatan Ho 229 ini jauh lebih besar, perbaikan sederhana ini akan membuat pesawat memiliki sedikit waktu untuk bereaksi secara efektif.

Tapi tentu saja, fitur utama sayap terbang ini telah menghasilkan kecepatan yang lebih baik

Waktu deteksi  tidak sangat penting jika pesawat  bisa berlari lebih cepat dari segalanya yang dikirim untuk mencegat.

Ho 229 mungkin musuh tangguh di  langit Perang Dunia II, tetapi sebenarnya pesawat itu masih jauh dari siap untuk produksi massal pada akhir perang. Meskipun ada klaim  Ho 229 dimaksudkan untuk menjadi pesawat siluman, ada  keraguan bahwa hal itu benar. Tetapi yang jelas, desain pesawat memang akhirnya berguna untuk menemukan desain yang cocok untuk membuat pesawat siluman saat ini.


1 comment: