Northrop
Grumman telah memenangkan kontrak Pentagon untuk membangun bomber siluman baru
yang akan disebut sebagai B-21 Raider. Gambar awal yang muncul menunjukkan
bomber akan meneruskan konsep sayap terbang yang digunakan B-2 Spirit.
Lebih jauh
lagi, konsep ini dikembangkan oleh Nazi Jerman ketika membangun pesawat tempur
pada era Perang Dunia II.
Tetapi
apakah tujuan Nazi kala itu adalah benar-benar untuk membangun pesawat siluman
dengan konsep sayap terbang ini?. Sebenarnya tidak, konsep ini dilahirkan untuk
memaksimalkan kecepatan dan daya jangkau pesawat. Belum menyentuh aspek
siluman.
Walter
Horten adalah seorang pilot tempur ace di Luftwaffe Jerman, setelah mencetak
tujuh kills sebagai wingman legendaris Adolf Galland selama Battle of Britain.
Saudaranya Reimar adalah seorang desainer pesawat yang kurang dalam pendidikan
aeronautika formal. Di masa muda mereka, pasangan itu telah merancang
serangkaian glider berawak inovatif dengan ekor yang kecil.
Pada tahun
1943, Komandan Luftwaffe Herman Goering
menginginkan pesawat dengan 3×1000 yakni
pesawat yang bisa terbang 1.000 km per jam, membawa 1.000 kg bom dan dengan
bahan bakar yang cukup untuk melakukan perjalanan seribu kilometer termasuk
kembali ke pangkalan dan masih menyisakan sepertiga pasokan di tangki bahan
bakar yang untuk digunakan dalam pertempuran. Pesawat seperti ini bisa terbang
menyerang target di Inggris dengan aman.
Jerman telah
mengembangkan mesin turbojet yang bisa mendorong pesawat mencapai kecepatan
tinggi. Tetapi mesin ini sangat boros bahan bakar sebagai kompensasi dari
kecepatan tinggi membuat syarat untuk melakukan serangan jarak jauh menjadi
tidak bisa dicapai.
Horten
bersaudara menggunakan ide desain sayap terbang untuk memecahkan masalah ini.
Dengan desain aerodinamis ini akan menjadikan pesawat tidak memiliki hambatan
di udara. Pesawat akan membutuhkan tenaga yang kurang untuk bisa terbang cepat
dan akhirnya akan menghemat bahan bakar.
Desain sayap
terbang sebenarnya bukan ide yang sama sekali dan telah digunakan sebelumnya
dalam glider dan pesawat. Selama Perang
Dunia II, Northrop mengembagnkan pembom sayap terbang kinerja tinggi XB-35 untuk Amerika Serikat tetapi gagal
masuk produksi massal. Meski memiliki keuntungan dalam desain aerodinamis, ekor
yang kecil akan cenderung menjadikan pesawat sulit dikendalikan dan rawan untuk
tidak terkendali.
Horten
bersaudara kemudian diberi lampu hijau untuk mengejar konsep pada bulan Agustus
1943. Mereka pertama kali membangun
sebuah glider unpowered yang dikenal sebagai H.IX V1.
V1 memiliki
sayap menyapu tipis yang terbuat dari kayu lapis untuk menghemat berat. Glider
ini memiliki sayap “berbentuk lonceng” untuk mengkompensasi masalah yaw.
Untuk
kemudi H.IX menggunakan “elevons” (kombinasi dari ailerons dan
elevators) dan dua set spoiler untuk kontrol.
Elevons
dapat dipindahkan berbeda-beda untuk mendorong roll, atau bersama-sama dalam
arah yang sama untuk mengubah pitch, sementara spoiler digunakan untuk
menginduksi yaw.
DIPAKSA
MASUK PRODUKSI
Setelah
tes glider V1 yang dilakukan di
Oranienberg Maret 1944 sukses, prototipe V2 berikutnya dipasang dengan dua
mesin turbojet Jumo 004B yang diletakkan
di kedua sisi dari pod kokpit dan terbuat dari pipa baja dilas.
Pesawat
ini juga menampilkan kursi ejeksi
primitif dan parasut pesawat yang dikembangkan
ketika mendarat, sementara didesain ulang tiga roda pendaratan dipasang
untuk memungkinkan pesawat bisa untuk membawa beban lebih berat.
Uji terbang
pertama terjadi pada 2 Februari 1945.
jet bisa dikendalikan dengan mudah dan tahan dari tekanan. Prototipe bahkan
dilaporkan mengalahkan pesawat tempur Me-262
yang dilengkapi dengan mesin Jumo 004 dalam simulasi pertempuran udara.
Tapi proses
pengujian dihentikan pada tanggal 18
Februari ketika salah satu mesin jet V2
terbakar dan mati di
tengah-penerbangan. Pilot uji coba Erwin Ziller melakukan sejumlah upaya untuk me-restart mesin tetapi gagal hingga
pesawat mengalami spiral dan jatuh ke tanah dan menewaskannya.
Meski
demikian , Goering menyetujui produksi 40 sayap terbang, yang akan dilakukan
oleh perusahaan Gotha, yang sebagian besar memproduksi glier untuk pelatihan dan militer selama Perang Dunia II.
Pesawat-pesawat produksi ditunjuk sebagai Ho 229 atau Go 229.
Ho 229 versi
produksi diyakini bisa mencapai kecepatan
975 kilometer per jam dan membawa persenjataan yang direncanakan dua
meriam Mark 103 30mm. Pembangunan empat prototipe baru V3 hingga V6 dimulai, dua di antaranya akan
menjadi pesawat tempur malam dua kursi.
Namun, Ho
229 akhirnya dihancurkan sendiri. Ketika pasukan Amerika dari Korps VIII
meluncur ke pabrik di Friedrichroda, Jerman pada bulan April 1945, mereka hanya menemukan bagian kokpit prototipe dalam berbagai tahap
pembangunan. Sepasang sayap sesuai
ditemukan 75 mil jauhnya.
Yang paling
lengkap dari empat, prototipe V3, itu dikirim kembali ke Amerika Serikat untuk
dipelajari dan hari ini dapat dilihat
restorasinya di Air and Space Museum di
Chantilly, Virginia, Amerika Serikat
Hortens
akhirnya juga diminta untuk menyusun
spesifikasi jet pembom sayap terbang dengan rentang cukup untuk memberikan
sebuah bom atom ke pantai timur Amerika Serikat. skema mereka menghasilkan Horten H.XVIII “Amerika Bomber” yang tidak pernah terbang.
APAKAH Ho-229
ADALAH PESAWAT SILUMAN
Satu kata
yang belum bisa dilihat dalam sejarah sejauh ini adalah apakah pesawat ini
memiliki kemampuan siluman atau tidak.
Tidak ada dokumentasi dari tahun
1940-an yang mendukung gagasan bahwa sayap terbang ini dimaksudkan untuk
menjadi sebuah pesawat siluman. Namun,
Hortens telah menemukan fakta bahwa desain sayap terbang cocok untuk pesawat dengan radar cross section yang ideal dan ideal
untuk sebuah pesawat siluman
Reimer
Horten pindah ke Argentina setelah perang, dan pada tahun 1950 menulis sebuah
artikel untuk Revista Nacional de Aeronautica yang mengatakan bahwa pesawat kayu akan menyerap gelombang
radar.
30 tahun kemudian, ketika teori di balik pesawat
siluman semakin dikenal luas, Reimer
menulis bahwa ia telah sengaja berusaha untuk membuat terbang sayap Horten
menjadi pesawat siluman, mengklaim bahwa ia bahkan telah membangun badan
pesawat menggunakan campuran penyerap radar khusus karbon, serbuk gergaji dan
lem kayu tanpa memberi tahu atasannya.
Dua tes yang
dilakukan untuk menentukan adanya debu karbon, salah satunya mendukung klaimnya
dan yang lain yang tidak. Secara umum, sejarawan skeptis bahwa siluman adalah tujuan awal dari desain ini.
Pada tahun
2008, Northrop Grumman bekerja sama dengan
National Geographic merekonstruksi mockup dari Ho 229, mereka diuji
untuk refleksi radar, dan kemudian diuji di jaringan radar British Chain Home. Temuan mereka tidak terlalu luar
biasa. Pesawat bisa terdeteksi pada jarak 80% dari pesawat tempur Bf-109
Jerman.
Penguji
Northrop menekankan bahwa dikombinasikan
dengan kecepatan Ho 229 ini jauh lebih besar, perbaikan sederhana ini akan
membuat pesawat memiliki sedikit waktu untuk bereaksi secara efektif.
Tapi tentu
saja, fitur utama sayap terbang ini telah menghasilkan kecepatan yang
lebih baik
Waktu
deteksi tidak sangat penting jika
pesawat bisa berlari lebih cepat dari
segalanya yang dikirim untuk mencegat.
Ho 229
mungkin musuh tangguh di langit Perang
Dunia II, tetapi sebenarnya pesawat itu masih jauh dari siap untuk produksi
massal pada akhir perang. Meskipun ada klaim
Ho 229 dimaksudkan untuk menjadi pesawat siluman, ada keraguan bahwa hal itu benar. Tetapi yang
jelas, desain pesawat memang akhirnya berguna untuk menemukan desain yang cocok
untuk membuat pesawat siluman saat ini.
Horten adalah teknologi pesawat siluman NAZI
ReplyDelete