Modernisasi
Alutsista TNI terus dilakukan untuk mencapai Minimum Esensial Force (MEF).
Salah satu sistem senjata (sista) yang handal dengan teknologi modern, MLRS
Astros II MK6 buatan Brasil turut memperkuat Satuan Kostrad yang diawaki oleh
Batalyon Artileri Medan 1 Kostrad. Kehadiran senjata hebat ini makin menambah
kekuatan TNI untuk menjaga dan melindungi wilayah kedaulatan NKRI.
Secara nyata
Alutsista MLRS memiliki keunggulan pada jarak capai roket, teknologi multi
kaliber, daya hancur (firepower), dan teknologi interchangeable antar platform
ranpurnya. Astros sudah teruji di
medan tempur sebenarnya dalam masa perang Iran-Irak tahun (1984-1987) digunakan oleh Angkatan Darat Irak dan Perang Teluk (1990-1991)
digunakan oleh Angkatan Darat Saudi Arabia.
Dengan
terujinya sistem senjata di medan pertempuran dapat menunjukkan bukti otentik
bahwa sistem senjata tersebut memiliki kapabilitas yang handal pada kondisi
perang sesungguhnya. Dalam dua perang ini, Astros dengan teknologi multi
launcher dan multi kaliber dalam
single platform merupakan salah satu faktor penentu kemenangan bagi negara yang menggunakannya.
Dihadapkan
dengan tipologi wilayah Indonesia, yang terdiri atas pulau-pulau dan medan yang
berupa pergunungunan maka diperlukan mobilitas dan adaptabilitas terhadap
kondisi medan dan cuaca, Astros II memungkinkan untuk dapat diangkut oleh
pesawat Hercules C-130 ke trouble spot di wilayah NKRI. Sedangkan kemampuan
daya tahan yang dimiliki oleh Astros II terdapat pada pressurized cabin mampu
untuk melindungi awaknya dari pengaruh senjata kimia dan biologi.
Melihat
sosok kendaraan Fire Control Unit (AV-UCF), sista Astros II telah dilengkapi dengan teknologi trajectography
radar pada kendaraan Fire Control Unit (AV-UCF) yang berfungsi sebagai sarana pengkoreksi jatuhnya munisi pada tembakan jarak jauh (fire adjustment over target). Teknologi tersebut hingga saat ini
hanya dimiliki oleh Astros II dengan
kemampuan radar menjejak lintasan munisi
roket hingga lebih dari 100 km. Peluncur roket Astros II dapat digunakan untuk melaksanakan
penembakan rudal taktis yang memiliki jarak capai 300 Km.
Pada tahun
2012, Astros sudah digunakan di lima
negara di dunia sejak generasi I. Secara kualitas perbandingan antara Alutsista
Astros II memiliki kelebihan daripada salah satu saingannya T-122/300 baik dari
Inovasi teknologi dan kehandalannya. Keunggulan kualitas juga meliputi
teknologi munisi container launcher yang memberikan fleksibilitas tinggi dalam
penggunaan munisi berbagai kaliber sesuai kebutuhan. Kemampuan daya hancur
terhadap personel dan materiil lapis baja munisi Astros II didukung oleh
penggunaan teknologi sub munisi sehingga mampu melipatgandakan efek kehancuran pada area sasaran.
Sista yang
dioperasionalkan oleh Batalyon Artileri Medan 1 terus mengalami peningkatan seiring dengan modernisasi
Alutsista TNI. Awalnya merupakan Batalyon Artileri Lapangan 1 dan berubah
menjadi Batalyon Artileri Medan 1/76 yang menggunakan alat utama sistem senjata
berupa Meriam 76 mm M 48-B1-A1-I buatan Yugoslavia. Ukuran M-48 ini relatif
dengan berat secara keseluruhan hanya 680 kg, kaliber 76 mm, atau persisnya
76,2 mm.
M-48 76mm
Meriam ini
termasuk kategori buyut, alias sudah memperkuat jajaran Kostrad cukup lama.
Ditinjau dari segi daya gempur, M-48 punya jarak jangkau proyektil antara 7.800-8.750 meter. Sudut elevasi laras bisa diset secara manual mulai -15/ +45 derajat. Kecepatan luncur proyektil
mencapai 387 meter/ detik, dan dalam tingkat kesiapan tinggi, awak M-48 dapat
menembakkan hingga 25 peluru per menit. Satu pucuk M-48 diawaki oleh 6 personel. Dengan menggunakan basis towed,
meriam ini dapat ditarik jip hingga kecepatan maksimum 30 km/ jam.
MM-101 105mm
Pada
perkembangannya yaitu pada tahun 1974 Yonarmed 1/76 menjadi Batalyon Artileri
Medan 1/Komposit dengan alat utama sistem senjata berupa Meriam 105 mm HOW MM
101 A1 buatan Amerika. Senjata ini dapat memberikan tembakan arah langsung,
baik untuk sasaran diam atau bergerak, seperti tank. Bobot amunisi terbilang
berat, untuk amunisi jenis HE (high explosive) misalnya, bisa mencapai 19 kg,
dan menjadi titik lemah meriam ini adalah pada kecepatan tembak per menitnya
yang terbilang rendah, dengan loading manual, rata-rata 1 menit hanya mampu
ditembakan 3. Tepatnya tahun 2014 Yonarmed 1/105 Tarik telah mengawaki Senjata
MLRS Astros II MK6 buatan Brasil hingga sekarang.
Dengan
Alutsista moderen yang dimiliki TNI dan didukung oleh profesionalisme prajurit
maka Indonesia tidak dapat dipandang sebelah mata oleh negara manapun juga.
Semangat juang dan jiwa pemenang yang dimiliki oleh setiap prajurit Kostrad
akan manjadi faktor penentu keberhasilan dalam melaksanakan tugas.
Oleh :
Kapten Inf Dony Rahmad Putra, S.Sos., M.A.P.
0 comments:
Post a Comment