Tuesday, 28 February 2017

Mengenal Alutsista Andalan Yon Armed 1 Kostrad


Modernisasi Alutsista TNI terus dilakukan untuk mencapai Minimum Esensial Force (MEF). Salah satu sistem senjata (sista) yang handal dengan teknologi modern, MLRS Astros II MK6 buatan Brasil turut memperkuat Satuan Kostrad yang diawaki oleh Batalyon Artileri Medan 1 Kostrad. Kehadiran senjata hebat ini makin menambah kekuatan TNI untuk menjaga dan melindungi wilayah kedaulatan NKRI.

Secara nyata Alutsista MLRS memiliki keunggulan pada jarak capai roket, teknologi multi kaliber, daya hancur (firepower), dan teknologi interchangeable antar platform ranpurnya. Astros sudah  teruji  di  medan  tempur  sebenarnya dalam masa perang  Iran-Irak tahun  (1984-1987) digunakan oleh  Angkatan Darat Irak dan Perang Teluk  (1990-1991)  digunakan  oleh  Angkatan Darat Saudi  Arabia.

Dengan terujinya sistem senjata di medan pertempuran dapat menunjukkan bukti otentik bahwa sistem senjata tersebut memiliki kapabilitas yang handal pada kondisi perang sesungguhnya.  Dalam  dua perang ini, Astros dengan teknologi multi launcher dan  multi kaliber dalam single  platform    merupakan salah  satu faktor penentu  kemenangan bagi negara yang menggunakannya.

Dihadapkan dengan tipologi wilayah Indonesia, yang terdiri atas pulau-pulau dan medan yang berupa pergunungunan maka diperlukan mobilitas dan adaptabilitas terhadap kondisi medan dan cuaca, Astros II memungkinkan untuk dapat diangkut oleh pesawat Hercules C-130 ke trouble spot di wilayah NKRI. Sedangkan kemampuan daya tahan yang dimiliki oleh Astros II terdapat pada pressurized cabin mampu untuk melindungi awaknya dari pengaruh senjata kimia dan biologi.


Melihat sosok kendaraan Fire Control Unit (AV-UCF), sista Astros II telah  dilengkapi dengan teknologi trajectography radar pada kendaraan Fire Control Unit (AV-UCF) yang  berfungsi sebagai sarana pengkoreksi  jatuhnya munisi pada tembakan jarak jauh  (fire adjustment over target). Teknologi tersebut hingga saat ini hanya dimiliki oleh Astros II dengan kemampuan radar  menjejak lintasan munisi roket hingga lebih dari 100 km. Peluncur roket Astros II dapat digunakan untuk melaksanakan penembakan rudal taktis yang memiliki jarak capai 300 Km.

Pada tahun 2012, Astros sudah digunakan di lima negara di dunia sejak generasi I. Secara kualitas perbandingan antara Alutsista Astros II memiliki kelebihan daripada salah satu saingannya T-122/300 baik dari Inovasi teknologi dan kehandalannya. Keunggulan kualitas juga meliputi teknologi munisi container launcher yang memberikan fleksibilitas tinggi dalam penggunaan munisi berbagai kaliber sesuai kebutuhan. Kemampuan daya hancur terhadap personel dan materiil lapis baja munisi Astros II didukung oleh penggunaan teknologi sub munisi sehingga mampu melipatgandakan efek kehancuran pada area sasaran.

Sista yang dioperasionalkan oleh Batalyon Artileri Medan 1 terus mengalami  peningkatan seiring dengan modernisasi Alutsista TNI. Awalnya merupakan Batalyon Artileri Lapangan 1 dan berubah menjadi Batalyon Artileri Medan 1/76 yang menggunakan alat utama sistem senjata berupa Meriam 76 mm M 48-B1-A1-I buatan Yugoslavia. Ukuran M-48 ini relatif dengan berat secara keseluruhan hanya 680 kg, kaliber 76 mm, atau persisnya 76,2 mm.

M-48 76mm

Meriam ini termasuk kategori buyut, alias sudah memperkuat jajaran Kostrad cukup lama. Ditinjau dari segi daya gempur, M-48 punya jarak jangkau proyektil antara 7.800-8.750 meter. Sudut elevasi laras bisa diset secara manual mulai  -15/ +45 derajat. Kecepatan luncur proyektil mencapai 387 meter/ detik, dan dalam tingkat kesiapan tinggi, awak M-48 dapat menembakkan hingga 25 peluru per menit. Satu pucuk M-48 diawaki oleh 6 personel. Dengan menggunakan basis towed, meriam ini dapat ditarik jip hingga kecepatan maksimum 30 km/ jam.

MM-101 105mm

Pada perkembangannya yaitu pada tahun 1974 Yonarmed 1/76 menjadi Batalyon Artileri Medan 1/Komposit dengan alat utama sistem senjata berupa Meriam 105 mm HOW MM 101 A1 buatan Amerika. Senjata ini dapat memberikan tembakan arah langsung, baik untuk sasaran diam atau bergerak, seperti tank. Bobot amunisi terbilang berat, untuk amunisi jenis HE (high explosive) misalnya, bisa mencapai 19 kg, dan menjadi titik lemah meriam ini adalah pada kecepatan tembak per menitnya yang terbilang rendah, dengan loading manual, rata-rata 1 menit hanya mampu ditembakan 3. Tepatnya tahun 2014 Yonarmed 1/105 Tarik telah mengawaki Senjata MLRS Astros II MK6 buatan Brasil hingga sekarang.

Dengan Alutsista moderen yang dimiliki TNI dan didukung oleh profesionalisme prajurit maka Indonesia tidak dapat dipandang sebelah mata oleh negara manapun juga. Semangat juang dan jiwa pemenang yang dimiliki oleh setiap prajurit Kostrad akan manjadi faktor penentu keberhasilan dalam melaksanakan tugas.


Oleh : Kapten Inf Dony Rahmad Putra, S.Sos., M.A.P.

0 comments:

Post a Comment