Kh-29 atau
X-29 yang dalam inventori Departemen Pertahanan Rusia diberi kode 9M721 mulai
digunakan dalam jajaran dinas AU Rusia (Uni Soviet kala itu) sejak tahun 1980.
Hingga kini masih menjadi salah satu rudal udara ke permukaan (ASM - air to
surface missile) paling berbahaya.
Pembuatan
rudal ini dimulai tahun 1975 oleh biro desain Molniya di Moskwa yang sebelumnya
telah melahirkan rudal udara ke udara semacam R-8, R-4 (K-80) dan R-40.
Dibandingkan
dengan rudal AGM-65 buatan Hughes Missile Systems/Raytheon dari AS, kehadiran
Kh-29 memang delapan tahun lebih lambat. AU AS mulai menggunakan AGM-65
Maverick sejak 1972 dan kini telah memasuki masa operasional 42 tahun serta
digunakan oleh lebih 30 negara.
Kh-29
merupakan produk pertama rudal udara ke darat Molniya dengan kode awal “Izdelye
64” (Produk 64). Rudal ini pertama kali diuji coba tahun 1976 dan terus
disempurnakan hingga akhirnya masuk ke dalam jajaran arsenal AU Uni Soviet.
Setahun
berikutnya, pengembangan Kh-29 dilanjutkan oleh biro desain Vympel di Tushino
dekat Moskwa karena Molniya beralih ke proyek ruang angkasa.
Pada awal
masa operasional, rudal Kh-29 menjadi senjata ampuh bagi armada pesawat
penyerang darat Su-24M. Rudal ini tercatat banyak digunakan pada perang
Iran-Irak.
Rudal dengan
panjang 3,9 m dan diameter 38 cm (40 cm lebih panjang dan 8 cm lebih besar dari
Maverick). Dilengkapi hulu ledak seberat 320 kg, berarti lebih banyak dari hulu
ledak Maverick yang berkisar antara 37-136 kg.
Bobot
keseluruhan rudal Kh-29 adalah 660-690 kg, atau lebih dua kali bobot Maverick
yang 210-304 kg.
Dari sisi
kecepatan terbang, Kh-29 mampu meluncur 1.470 km/jam, atau lebih gesit
dibanding Maverick yang 1.150 km/jam. Dibandingkan dari berbagai sisi, rudal
Vympel Kh-29 dapat dikatakan memang lebih superior ketimbang AGM-65 Maverick.
Tidak salah
bila rudal Kh-29 didesain untuk menghancurkan sasaran yang lebih besar dari apa
yang dapat dihancurkan Maverick. Kh-29 dapat menghancurkan infrasturuktur
seperti gedung industri, depot senjata, jembatan, shelter pesawat, landasan
beton, hingga kapal berbobot 10.000 ton.
Dari sisi
kompatibilitas penggunaannya, Kh-29 dapat diluncurkan dari Su-22, Su-24, Su25,
MiG-27, MiG-29, Su-27/30, Su-33, Su-34, dan bahkan penempur terbaru Su-27SM
maupun Su-35. Sementara Maverick dapat diluncurkan dari pesawat F-16, F-15,
F/A-18, AV-8B, A-10, Hawk 100/200 dan beberapa pesawat baru seperti FA-50 dari
Korea Selatan.
Di medan
perang, Maverick tercatat lebih banyak digunakan di perang-perang besar.
Termasuk dalam Operasi Badai Gurun di Irak tahun 1991 dimana 5.000 rudal ini
diluncurkan untuk menghancurkan kendaraan-kendaraan lapis baja Irak. Kemudian
tahun 2003 sekitar 1.000 rudal ini kembali diluncurkan dalam Operasi Iraqi
Freedom.
TNI AU telah
melengkapi armada Flanker Skadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanuddin dengan rudal
Kh-29T dan Kh-29TE (extended range).
Tidak ada
perbedaan mencolok dari kedua varian ini kecuali jarak jangkau yang lebih jauh
untuk varain Kh-29TE serta bobot yang lebih berat dan dimensi panjang yang
lebih pendek sedikit. Kedua rudal ini berpemandu TV pasif (passive TV guided).
Kh-29T/TE
memiliki ciri khas berupa kepala bulat dengan kaca transparan serta sirip-sirip
lebar dan tipis di bagian depan dan belakang. Hal ini berbeda dengan varian
Kh-29L yang memiliki kepala mengecil dan meruncing berpemandu laser semi aktif.
Basis
rancangan Kh-29 secara umum diambil dari rudal udara ke udara R-60 (AA-8
Aphid), menunjukkan sisa-sisa peninggalan Molniya dalam merancang rudal udara
ke udara sebelumnya. Sementara pemandu TV-nya diambil dari Kh-59 (AS-13
Kingbolt), rudal jelajah buatan Raduga.
0 comments:
Post a Comment