Untuk
mendukung teknologi penerbangan dan antariksa yang maju dan mandiri, Indonesia
tidak bisa terus menerus mengandalkan pembelian satelit asing. Untuk semakin
meningkatkan kemampuan Iptek penerbangan dan antariksa, LAPAN selalu terbuka
dengan alih teknologi agar kemandirian di bidang penerbangan dan antariksa
dapat terwujud.
LAPAN
sebelumnya telah meluncurkan satelit mikro karya anak bangsa yaitu
LAPAN-A2/LAPAN-Orari dan LAPAN-A3/LAPAN-IPB. Keunggulan satelit tersebut adalah
sebagai wahana pemantauan bumi, deteksi kapal dengan sensor AIS, radio amatir
(LAPAN-A2/LAPAN-Orari), dan pemantauan lahan pertanian (LAPAN-A3/LAPAN-IPB).
Implementasinya,
Senin (20/02), bertempat di Ruang Antariksa Kantor LAPAN Pusat, Jakarta, Kepala
LAPAN, Prof. Dr. Thomas Djamaluddin menerima kunjungan Airbus Defence dalam
upaya mengembangkan Satelit SAR. Pada kesempatan ini, Kepala LAPAN didampingi
Sekretaris Utama, I.L. Arisdiyo dan Deputi Bidang Teknologi Penerbangan dan
Antariksa, Dr. Rika Andiarti.
Sedangkan
Pihak Airbus Defence and Space, Prof. Steffen Kuntz didampingi perwakilan
Airbus Indonesia, Eka Meiryawan. Steffen mengutarakan maksudnya terkait
teknologi Future Low-cost Platform, yang bersinergi dalam pengembangan mikro
satelit.
Dalam
kesempatan ini, hadir juga para peneliti dari Pusat Teknologi Satelit LAPAN dan
perwakilan dari BBSDLP Kementerian Pertanian (Kementan). Kementan sebagai
stakeholder teknologi penginderaan jauh LAPAN mengharapkan pengembangan
teknologi satelit dapat menggantikan teknologi radar untuk memantau lahan
pertanian, bila memang hasilnya lebih akurat dan terjangkau. LAPAN terus
berusaha teknologi SAR dapat ditanamkan dalam satelit mikro eksperimen LAPAN.
Sekretaris
Utama LAPAN menyampaikan keinginan alih teknologi tersebut dapat ditempuh para
peneliti LAPAN dengan pendidikan non-gelar. Sehingga proses belajar cepat dan
kemandirian bangsa Indonesia dalam menguasai teknologi penerbangan dan
antariksa dapat segera terwujud.
0 comments:
Post a Comment