U-2 Dragon
Lady dikembangkan oleh Lockheed atas permintaan CIA (Central Intelligence
Agency) untuk melakukan pengintaian dan pemotretan di atas wilayah Uni Soviet.
Desain
fuselage ramping, namun bentang sayapnya sangat panjang agar mampu melayang
pada ketinggian ekstrim nyaris 20 km di atas permukaan bumi. Pada saat
didesain, pencegat terbaik Uni Soviet seperti MiG-17 hanya bisa terbang
setinggi 14 km.
Divisi
khusus Lockheed yang bernama Skunk Works di bawah pimpinan Clarence “Kelly”
Johnson mengerjakan proyek ini dengan membuat purwarupa CL-282. Desain tubuhnya
diambil dari F-104 Starfighter yang dimodifikasi.
U-2
ditenagai dengan mesin GE J73. Bentang sayap yang mencapai 31m membuatnya mampu
melayang seperti glider dengan efisiensi tinggi pada ketinggian optimal. Desain
ini memampukannya terbang jauh hingga 10.000 km tanpa mengisi bahan bakar.
U-2 harus
diterbangkan dengan hati-hati dengan terus mengamati indikator karena rentang
kecepatan optimal dan stall speed U-2 hanya 10 knot. Akibatnya, pilot harus
konstan menjaga batas atas kecepatannya.
U-2 juga
sangat sukar dikendalikan pada saat mendarat. Bentang sayapnya yang lebar
memberikan gaya angkat yang membuatnya susah menyentuh bumi.
Kamera pada
U-2 disediakan oleh James Baker yang membuat Oblique camera. Kamera itu
didesain khusus sehingga U-2 dapat menangkap imaji dari arah samping, tanpa
perlu melintas langsung di atas objek yang hendak diintai.
Kamera ini
bisa menangkap objek sepanjang 1 meter dari jarak 18 km. Jadi terbayang
seberapa hebatnya sistem yang terpasang pada U-2.
Sempat ada pemberitaan tentang U-2 yang sempat mengintai di atas Indonesia sebagai
bahan analisa data untuk menekan Belanda dalam perundingan New York saat
memperebutkan Irian.
Pada
kenyataannya, berdasarkan dokumen-dokumen CIA yang dirilis ke publik lewat
Freedom of Information Act (FOIA), sang naga hitam itu rupanya sangat sering
terbang di atas Indonesia!
Tidak
percaya? Dalam laporannya kepada Direktur CIA tertanggal 25 Juli 1962, Deputi
Direktur Riset CIA melaporkan bahwa U-2 dalam proyek khusus berkode IDEALIST
sudah menjalankan 29 sorti (beberapa laporan lain menyebutkan 30, dan ada yang
31 sorti) di atas Indonesia.
Operasi ini
digelar antara 29 Maret sampai 7 Juni 1958, atau hanya tiga tahun sesudah
penerbangan perdana dan satu tahun setelah U-2 dinyatakan masuk ke dalam
jajaran aktif AU AS dan CIA.
U-2 terbang
di atas wilayah Indonesia, mulai dari Sumatra, Jawa, Sulawesi, dan Papua. Objek
yang difoto meliputi instalasi militer, pelabuhan, rel kereta api, depot
logistik, jalan raya, dan pangkalan udara.
Para pilot
U-2 yang menjalankan misi di atas Indonesia melaporkan bahwa tantangan operasi
di wilayah Indonesia sangat besar. Tantangan datang bukan dari sistem
pertahanan AURI saat itu, tetapi justru dari cuaca.
Kondisi
kelembaban tinggi menyebabkan penerbangan U-2 menimbulkan jejak uap air atau
contrail. Pada ketinggian di bawah 60.000 kaki, contrail sudah pasti akan
terbentuk, meninggalkan jejak seperti asap yang bisa terlihat dengan mudah dari
bawah.
Hal ini
menyebabkan pilot harus membawa U-2 lebih tinggi untuk mencegah jangan sampai
kepergok dari bawah.
Selain itu,
kondisi cuaca Indonesia yang seringkali berawan menyebabkan hasil foto tidak
optimal. Hingga 50% foto yang berhasil dikembangkan terhalang oleh awan.
Berdasarkan
pengalaman, bulan Agustus dan September dianggap sebagai bulan yang terbaik
untuk menjalankan sorti penerbangan karena kumpulan awan relatif rendah
sehingga sasaran mudah sekali terlihat dari atas.
Aktivitas
U-2 meningkat pada 1963 ketika Indonesia mulai mengoperasikan pesawat-pesawat
dan sistem senjata lain hasil pembelian dari Uni Soviet.
Amerika
Serikat memandang bahwa pembangunan militer dan kedatangan penasihat militer
Soviet dianggap mengancam keberadaan Australia dan pangkalan AS di Filipina.
Oleh karena itu, CIA diminta menerbangkan kembali U-2 di atas Indonesia karena
hasil pengintaian satelit mata-mata KH-11 Keyhole dianggap kurang memadai.
Pengintaian
atas Indonesia dilakukan U-2 yang diterbangkan secara feri dari Edwards Air
Force Base di AS, beserta dukungan dari pesawat tanker KC-135. Perlengkapan dan
awaknya diterbangkan langsung ke pangkalan aju yang dirahasiakan untuk
mempersiapkan kedatangan U-2.
CIA tidak
pernah membuka lokasi pangkalan aju ini, tetapi diduga ada di Filipina karena
memudahkan CIA untuk melakukan penerbangan di Indonesia dan Vietnam sekaligus,
yang saat itu juga tengah menghangat.
Hasil
pemotretan U-2 dan satelit KH-11 Keyhole atas seluruh instalasi militer
Indonesia boleh dikatakan lengkap. Pangkalan Udara Polonia di Medan yang
digunakan sebagai staging base untuk operasi konfrontasi Dwikora, Kalijati di
Subang, Bogor, Halim, dan Kemayoran di Jakarta yang diisi MiG-17 dan 21
diabadikan dengan jelas oleh kamera yang dibawa U-2.
Iswahyudi
Madiun yang merupakan sarang Tu-16 Badger dan pangkalan udara Juanda serta Waru
di Jawa Timur yang digunakan sebagai pangkalan pesawat pembom Il-28 Beagle juga
tak luput dari pengintaian U-2.
Tidak hanya
itu, U-2 juga berhasil memotret seluruh situs rudal S-75/SA-2 Guideline yang
mempertahankan Jakarta. Foto tempat pelatihan awak SA-2 AURI di Bandung pun
juga dikoleksi lengkap.
Hasil
pemotretannya sangat detil. Boleh dikatakan bahwa Indonesia seperti
ditelanjangi walau sudah dilengkapi dan dipersenjatai dengan alutsista Blok
Timur terbaik saat itu.
Tidak hanya
mengidentifikasi jumlah peluncur, bahkan titik penempatan radar dan kendaraan
pendukungnya pun bisa diidentifikasikan. AS memang sangat menaruh perhatian
pada SA-2 yang saat itu hanya digunakan oleh Mesir dan Indonesia di luar Uni
Soviet.
0 comments:
Post a Comment