Tuesday, 28 February 2017

T-34, Titik Kunci Kekalahan Jerman Melawan Soviet


Pada tanggal 22 Juni 1941, Nazi Jerman melancarkan Operasi Barbarossa, serangan besar-besaran Uni Soviet yang menjadi invasi terbesar dalam sejarah.

Lebih dari tiga juta tentara Jerman, 150 divisi dan 3.000 tank yang terdiri tiga kelompok tentara raksasa yang menciptakan garis depan sepanjang lebih dari 1.800 mil.

Jerman diperkirakan akan menghadapi musuh-inferior yang Hitler sebut sebagai untermenschen. Setelah mencapai kemenangan di Polandia dan Prancis petinggi militer Jerman percaya bahwa sudah takdir jerman harus menyerang Rusia. “Akhir dari dominasi Yahudi di Rusia juga akan menjadi akhir dari Rusia sebagai sebuah negara,” kata Hitler dalam manifesto Mein Kampf.

Selama berbulan-bulan Jerman meraih kemenangan demi kemenangan gemilang. Tapi kemudian serangan itu terhenti setelah muncul sebuah tank baru Soviet yang membuat Wehrmacht tertegun.

Tank itu adalah T-34. Kendaraan lapis baja baru dengan senapan 76 milimeter yang sangat baik dan baju besi miring tebal serta mampu melaju lebih dari 35 mil per jam. Tank ini memiliki banyak fitur desain canggih untuk ukuran wktu itu dan yang jelas bisa meledakkan tank Jerman.

Tetapi T-34 tetap memiliki masalah, yakni dalam hal visibilias yang buruk dan pengerjaan Soviet yang dikenal buruk.

“Mereka baik, tapi mereka bukan senjata mukjizat dan mereka memiliki sejumlah kesalahan,” tulis Philip Kaplan di Rolling Thunder: A Century of Tank Warfare.

“Tapi T-34, dengan segala kekurangannya, kini sering disebut oleh para ahli tank dan sejarawan sebagai salah satu tank terbaik.”

Asal-usul T-34 cukup sederhana. Tentara Merah mencari pengganti untuk tank kavaleri BT-7 yang mampu bergerak cepat dan lapis baja ringan untuk digunakan bermaneuver dalam perang. Tank ini juga memiliki suspensi Chrstie yang menjadi salah satu alasan meningkatkan kecepatan tank.

Tetapi selama perang perbatasan melawan Jepang tahun 1938-1939  BT-7 bernasib buruk. Bahkan dengan meriam bertenaga rendah, tank Jepang Type 95 dapat dengan mudah menghancurkan BT-7.

T-34 adalah solusinya. Tank ini meneruskan suspensi Christie, menggantikan mesin bensin dengan 2 mesin diesel pembangkit listrik V-34 V12  dan menawarkan kecepatan 10 mil per jam lebih cepat dari Panzer III atau Panzer IV Jerman. Selanjutnya, meriam kecepatan tinggi T-34  mampu membunuh tank manapun di dunia pada saat itu.

“Pada tahun 1941 ketika Hitler meluncurkan Barbarossa, tank tidak bisa disangkal menjadi yang terbaik di dunia,” kata Jason Belcourt, seorang veteran Angkatan Darat AS yang bertugas di cabang armor, sebagaimana ditulis War is Boring. “Kombinasi armor miring, meriam besar, kecepatan yang baik dan kemampuan manuver yang jauh lebih baik dari apa pun yang dimiliki Jerman.”

SENJATA JERMAN TAK BERKUTIK


Pada pertengahan tahun 1941, Uni Soviet memiliki lebih dari 22.000 tank. Jumlah ini bahkan lebih banyak dibandingkan semu tank yang dimiliki tentara di seluruh dunia. Kekuatan tank Soviet juga empat kali lebih banyak dibandingkan yang ada di gudang senjata Jerman.

Pada akhir perang, Uni Soviet telah menghasilkan hampir 60.000 T-34 tank yang membuktikan bahwa kuantitas adalah salah satu bentuk kualitas.

Pada awalnya, Jerman bingung ketika harus melawan ancaman T-34. Senjata antitank standar Jerman Kwk36 37 milimeter dan Kwk 38 50 milimeter, tidak bisa membuat  penyok tank Soviet dengan tembakan ke depan.

Jerman kemudian memiliki taktik terbatas dengan mencoba tembakan samping dan meletakkan ranjau. Tentara Jerman juga harus mempertaruhkan nyawa mereka dengan melalukan serangan darat dengan menggunakan bom tas atau Molotov. Dalam situasi putus asa, Jerman juga memodifikasi senjata antipesawat 80 milimeter untuk menyerang T-34.

Tetapi Rusia tidak pernah memiliki awak yang cukup terlatih. Hal ini yang menjadikan banyak T-34 akhirnya juga hancur. Ketika kemudian Soviet berhasil membangun kru yang lebih terlatih dan tangguh, Jerman sudah memiliki tank dengan senjata kecepatan tinggi dan senjata antitank lebih baik seperti Panzerfaust, sebuah recoilless senjata anti-tank dengan hulu ledak tinggi.

Tetapi Rusia tetap memiliki lebih banyak T-34 dibandingkan Panzer dan Tiger Jerman. “Kekutan tank ditentukan oleh pertempuran produksi,” kata Belcourt. “Dari Juni 1941 sampai akhir perang, Soviet selalu memproduksi tank dengan lebih baik.”

T-34 menurut Belcourt tidak bisa disangkal merupakan tank revolusioner. “Tetapi mereka bukan yang pertama dalam hal teknologi yang digunakan. armor miring tebal dengan mesin diesel, trek lebar dan besar, meriam yang relatif kuat sebelumnya sudah ada, tetapi memang tidak pernah digunakan bersama kecuali pada T-34,” kata Belcourt.


0 comments:

Post a Comment