Perang
adalah sesuatu hal yang sangat mengerikan, tetapi beberapa aspek dalam perang
lebih mengerikan daripada yang lain. Korban tewas dari perang sipil Suriah
misalnya telah memakan korban lebih dari 500.000 orang. Sebagian karena
senjata-senjata tertentu yang sebenarnya dilarang untuk digunakan.
Beberapa
senjata tersebut antara lain barrel bombs (bom barel), thermobaric bombs (bom
thermobaric), incendiary munitions (amunisi pembakar), cluster bombs (bom
cluster) dan bunker busters.”
Dari sekian
nama itu beberapa sudah sering kali terdengar, tetapi ada satu yang mungkin
masih cukup asing yakni bom thermobaric. Senjata apa ini sebenarnya?
Sebelum kita
akan membahas hal tersebut tidak ada salahnya kita secara cepat membahas bom
lain yang sering disebutkan oleh kalangan intelijen tersebut termasuk bagaimana
pengaturan penggunaannya.
Barrel Bomb
Barrel bomb
atau bom barel adalah IED minyak mentah yang dijatuhkan dari langit. Seperti
namanya, barel mereka diisi dengan pecahan peluru dan bahan peledak, terkadang berisi
bensin, dan bom ini sering dijatuhkan oleh helikopter.
Senjata ini
dimiliki pemerintah Assad yang digunakan berperang melawan kelompok
pemberontak. Bom barel termasuk senjata ngawur yang sembarangan membunuh orang
yang bukan menjadi target serangan.
Incendiary
Munitions
Lalu ada
amunisi pembakar atau incendiary munitions. Seperti namanya, senjata ini akan
menghacurkan termasuk membunuh orang dengan cara membakar.
Rusia sempat
kecolongan ketika televisi pemerintah menayangkan gambar Incendiary munitions
yang dibawa jet tempur di Suriah
Hukum perang
masih memungkinkan penggunaan senjata pembakar terhadap sasaran-sasaran
militer, tetapi Protokol III dari Convention on Certain Conventional Weapons
atau Konvensi pelarangan senjata tertentu melarang penggunaannya terhadap
sasaran sipil.
Suriah tidak
menandatangani konvensi itu, tapi Amerika Serikat dan Rusia termasuk yang
menandatangainya. Ada beberapa kasus terdokumentasi di mana senjata ini
digunakan bahkan oleh Rusia di Suriah yang mengakibatkan korban sipil.
Bom Cluster
Sedangkan
bom cluster sudah sering dibahas yakni secara gampang diartikan sebagai bom
yang melepaskan banyak bom kecil.
Cluster bomb
sedikit diatur oleh Protokol Bahan Peledak Sisa-Sisa Perang atau Protocol on
Explosive Remnants of War dan dilarang oleh Konvensi Amunisi Tandan atau
Convention on Cluster Munitions yang berlaku pada tahun 2010.
Bom Cluster
merupakan senjata yang dikutuk secara internasional karena berbagai alasan,
salah satunya karena banyak bom yang tidak meledak dan kemudian memunculkan
bahaya jauh setelah konflik selesai.
Rusia dan
Amerika Serikat keduanya penandatangan Protocol on Explosive Remnants of War,
sementara Suriah tidak. Sementara untuk Convention on Cluster Munitions, baik
Rusia, atau Suriah, maupun Amerika Serikat menandatanganinya.
Amerika
Serikat secara eksplisit mengatakan bahwa bom cluster memiliki utilitas
militer, dan Departemen Pertahanan mengadopsi kebijakan yang mengharuskan
penggunaan bomb cluster bisa digunakan setelah 2018 tetapi harus meninggalkan
kurang dari satu persen submunisi yang belum meledak di medan perang.
Bunker
Busters
Sedangkan
bunker busters adalah bom yang dirancang untuk menembus dan menghancurkan
target jauh di bawah tanah, seperti bunker militer. Sama seperti semua senjata
yang ada, bom ini dapat digunakan terhadap sasaran non-militer yang
menghasilkan efek yang mengerikan.
“Anak-anak
yang dibunuh dan cacat. Serangan udara memukul beberapa rumah sakit. Penggunaan
bom bunker berarti anak tidak bisa aman bahkan bersekolah di bawah tanah,” kata
Benyam Dawit Mezmur, Ketua Komite PBB tentang Hak Anak, kepada Berita PBB pekan
ini. Baik AS dan Rusia memiliki senjata ini.
Rusia
membangun bom bunker buster KAB-500L yang dirancang untuk menghancurkan
landasan pacu dan bangunan beton di atas tanah, dapat digunakan untuk mencapai
target bawah tanah juga. Sedangkan Amerika memiliki sejumlah bom penghancur
bunker yang salah satunya adalah GBU-39/B SDB.
LALU APA ITU
BOM THERMOBARIC?
Apa yang
membuat Bom Thermobaric ini menonjol sebagai senjata sangat mengerikan?
“Fuel Air
Explosives,” W.S. Wong mendifinisikan pada buku Emerging Military Technologies:
A Guide to the Issues yang terbit tahun 2013.
“Bahan
peledak yang mengeksploitasi oksigen atmosfer untuk bagian dari pengoksidasi,
dan itu tergantung pada penyebaran komponen bahan bakar untuk mencapai rasio
bahan bakar/udara yang benar sebelum peledakan. Ini disebut juga senjata
thermobaric, senjata ini dicatat untuk menghasilkan gelombang tekanan besar
dalam durasi lama.”
Defenisi
yang cukup baik, tapi masih membingungkan. Dalam sebuah makalah yang baru-baru
ini diterbitkan dalam Jurnal Defense Technology, ahli kimia Lemi Türker dari
Middle East Technical University di Ankara, Turki menulis:
“Senjata
thermobaric diklasifikasikan sebagai subkomponen dari keluarga yang lebih besar
dari sistem senjata yang dikenal sebagai senjata volumetrik. Senjata-senjata
volumetrik termasuk thermobaric dan fuel air explosives (FAE atau aerosol bom dalam
bahasa Jerman).
Sangat penting untuk membedakan bagaimana bom thermobaric bekerja dibandingkan dengan bom lain. Kebanyakan bom konvensional masuk ke dalam dua kategori. Pertama mengirim fragmen dan pecahan peluru ke target (orang, kendaraan, atau bangunan).
Satu
lagi menghancurkan dengan menggunakan
peledak kecil yang diarahkan untuk membuat jet plasma panas, yang menembus baju besi dan apa pun di sisi baju
besi itu.
Sementara
bagaimana senjata volumetrik, termasuk thermobaric dan fuel air explosives bekerja dijelaskan oleh Türker:
Ketika shell
atau proyektil yang mengandung bahan bakar dalam bentuk gas, cair (aerosol)
atau daya ledak mirip debu, bahan bakar atau bahan seperti debu itu tersebar ke
udara yang membentuk awan. Kejadiannya tidak tergantung pada oksidator yang
hadir dalam molekul. Kemudian, awan ini diledakkan untuk menimbulkan gelombang
kejut, ditandai dengan durasi diperpanjang yang menghasilkan overpressure ke
segala arah. Dalam senjata thermobaric, bahan bakar terdiri dari monopropellant
dan partikel energik. Dalam operasi, aerosol yang diledakkan dalam mikro/milidetik
dalam cara yang mirip dengan sebuah ledakan konvensional seperti TNT atau RDX.
Sementara
itu partikel cepat terbakar di udara sekitar, sehingga mengakibatkan bola api
besar dan ledakan tinggi.
Mudahnya,
seluruh daerah dengan bahan bakar bom tersebar akan terbakar secara tiba-tiba
dan sekaligus mengirimkan gelombang kejut yang kuat. Ledakan itu membutuhkan
waktu lebih lama daripada bom daya ledak
tinggi normal, dan gelombang kejut dapat berkumandang, memukul sasaran pada
kekuatan tinggi secara berulang-ulang.
Apa
keuntungan militer menggunakan senjata seperti ini?. Türker menulis lagi:
Meskipun
gelombang tekanan karena deflagration peledak, jauh lebih lemah dibandingkan
dengan ledakan konvensional seperti RDX, bahan bakar dengan cepat dapat
berdifusi ke dalam terowongan, gua atau bunker, menghasilkan efek panas yang
cukup tinggi untuk habitants atau amunisi.
Ledakan bom
aerosol mengkonsumsi oksigen dari udara sekitarnya (komposisi peledak biasanya
tidak memiliki oksidator sendiri). Berbeda dengan keyakinan umum orang awam,
efek mematikan bukan hanya disebabkan karena kurangnya oksigen tetapi karena
barotrauma paru-paru yang timbul dari gelombang tekanan negatif setelah fase
tekanan positif dari ledakan.
PENGGUNAAN
BOM THERMOBARIC DALAM PERANG
Senjata
volumetrik, termasuk bahan peledak bahan bakar udara dan senjata thermobaric,
tidak asing digunakan dalam perang.
Amerika
Serikat mengembangkan bahan peledak bahan bakar udara pada tahun 1960, dan
menggunakan BLU-73/B fuel-air bombs di perang Vietnam, baik sebagai alat untuk
meledakkan ladang ranjau atau untuk membunuh orang.
Rusia
menggunakan bahan peledak bahan bakar udara yang dijatuhkan dari pesawat saat
melawan separatis Chechnya di pertengahan 1990-an. Pada tahun 1999, Rusia
menggunakan TOS-1 Buratino yang menembakkan roket bermuatan thermobaric untuk
menyerang ibukota Chechnya, Grozny.
Amerika
Serikat juga menggunakan bom thermobaric di awal perang Afghanistan dengan
tujuan membunuh pasukan Al-Qaeda dan
Taliban yang bersembunyi di gua-gua.
Gambar
berikut diambil dari paten Amerika yang mengambarkan perangkat umum
senjata ini.
thermobaric paten
Dari paten
terlihat bahan peledak thermobaric dirancang untuk menghasilkan panas dan efek
tekanan bukannya armor piercing atau kerusakan fragmentasi. efek bahan peledak
thermobaric adalah komposisi yang umumnya
bahan bakar yang kaya mengandung nitramine, ditandai dengan pelepasan energi
yang terjadi selama periode waktu yang lebih lama dari standar bahan peledak,
sehingga menciptakan tekanan lama. ”
Amerika
Serikat dan Rusia keduanya menguji bom thermobaric lebih besar. Amerika menguji
GBU-43 / B Massive Ordnance Air Blast pada 2003 yang segera dijuluki “Mother of
All Bombs,”
Pada tahun
2007, Rusia menguji senjata thermobaric raksasa mereka sendiri, dan menyebutnya
sebagai “Father of All Bombs.” Untungnya kedua senjata ini tidak pernah
digunakan dalam perang.
Russian Father of All Bombs
Selain
Amerika Serikat dan Rusia, setidaknya China dan India juga memiliki senjata
thermobaric.
Peledak
bahan bakar udara, yang agak kurang rumit dalam pembuatannya, telah digunakan
oleh pemerintah Suriah, menurut Human Rights Watch. Pengamat lainnya telah
menemukan bukti Suriah menggunakan bahan peledak bahan bakar udara setidaknya
pada awal tahun 2012.
Apakah
nantinya juga akan ada aturan pelarangan senjata yang mengerikan ini?, belum
tentu. Dalam analisis standar hukum untuk melindungi warga sipil dalam perang
oleh United Nations Institute for Disarmament Research, penulis Maya Brehm
mencatat bahwa senjata thermobaric sebenarnya ada di bawah lingkup Konvensi Senjata Konvensional
Tertentu mengenai senjata pembakar, yang menyatakan “senjata thermobaric
menghasilkan suhu tinggi yang dapat mengakibatkan kebakaran, dan dapat
menyebabkan luka sangat kejam kepada orang-orang di dalam wilayah yang luas. ”
Brehm juga
mencatat bahwa senjata thermobaric mungkin sudah masuk di bawah aturan yang
mengatur bahan peledak-ditingkatkan sebagai gantinya.
Namun ketika
Amerika Serikat dan Rusia mempertahankan beberapa senjata thermobaric dalam
persediaan militer, keberhasilan perjanjian yang melarang thermobarics
tampaknya tidak mungkin terjadi.
0 comments:
Post a Comment