Angkatan
Laut AS telah memberi nama pesawat tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) berbasis kapal induk mereka sebagai
MQ-25A Stingray.
Angkatan
Laut telah mengejar drone berbasis kapal induk sejak tahun 2006. Platform
awalnya dikembangkan sebagai bomber siluman jarak jauh, sebagai pesawat
pengawasan dan serangan, dan akhirnya sebagai tanker terbang.
Meskipun
tidak memiliki kemampuan tempur, UAV pengisian bahan bakar ini menjadi terobosan
tersendiri karena memiliki tanker berbasis kapal induk akan menyediakan
Angkatan Laut solusi untuk salah satu masalah yang paling mendesak yakni
melawan anti access dan area denial (A2/AD).
China dan
Rusia telah mengembangkan platform yang mampu mengunci pasukan AS jauh dari
lokasi-lokasi penting di daerah masing-masing, tapi Stingray dapat meningkatkan
kemampuan terbang pesawat berbasis kapal induk tanpa batas waktu, yang
memungkinkan mereka untuk menyerang gelembung A2/AD musuh.
Sebagai
misal China memiliki rudal balistik pembunuh kapal induk yang dikenal sebagai
DF-21D. Rudal ini memiliki jangkauan sekitar 810 mil yang memaksa kapal induk
AS tidak bisa berada dalam rentang di bawah itu.
Semenara
rentang terpanjang pesawat berbasis kapal induk AS hanya sekitar 550 mil. Jelas
ini menjadi masalah karena AS mengoperasikan pesawat berbasis kapal induk jauh
dari kemampuan terbangnya.
Stingray,
setelah diintegrasikan ke dalam armada operator, akan memperluas jangkauan
pesawat berbasis kapal induk AS seperti F/A-18 yang memungkinkan mereka untuk
secara efektif beroperasi dari jarak yang aman. Setelah
diterjunkan Angkatan Laut akan
meningkatkan peran Stingray.
MQ-25A
dikembangkan dari X-47B Unmanned Combat System Demonstrator (UCAS-D). Drone ini
pertama kali diluncurkan dari kapal induk USS Theodore Roosevelt pada tahun
2013.
“Kami
mungkin akan menjatuhkan beberapa spesifikasi high-end dan mencoba untuk
meningkatkan survivability (nanti),” kata Wakil Adm. Joseph Mulloy, wakil
kepala operasi angkatan laut untuk kemampuan integrasi dan sumber daya, kepada
US Naval Institute’s news service dan dikutip Business Insider.
“Itu
(Stingray) harus menjadi lebih dari sekadar pengisian bahan bakar, dia harus
bisa misi ISR (Intelligence, surveillance and reconnaissance) senjata dan
setelah ini kami fokus pada kemampuannya untuk menjadi truk bom terbang.”
Naval
Institute melaporkan bahwa permintaan untuk proposal untuk membangun Stingray
akan dikeluarkan tahun ini, dan layanan berharap membawa Stingray ke lapangan
pada tahun 2020.
0 comments:
Post a Comment