Seperti
membangunkan singa besar yang tertidur, lebih tepatnya untuk ke yang kedua
kalinya. Hitler sepertinya tak belajar dari kesalahan Napoleon Bonaparte ketika
hendak menguasai Rusia pada 1812, musim dingin yang kejam, kekurangan pasokan
makanan, dan penyakit menular, kemudian menjadi akhir dari ambisi Napoleon untuk
menguasa Rusia dan sekaligus mengakhiri kejayaan Napoleon sebagai pempimpin
Perancis.
Pada
1941, Jerman melancarkan operasi militer yang diberi sandi “Barbossa”. Operasi
ini bertujuan untuk melancarkan serangan terhadap Uni Soviet yang menurut
Hitler merupakan negara yang lemah dan ringkih sehingga dengan mudah dapat
mereka taklukan. Harapan yang Hitler inginkan dari operasi ini adalah Jerman
kemudian dapat menguasai sumber daya alam seperti minyak yang Soviet miliki
serta menciptakan ruang hidup atau lebensraum di tanah Soviet yang begitu luas.
Padahal
sebelumnya, pada tahun 1939, Hitler telah menyetujui sebuah pakta dengan Soviet
dimana kedua negara tersebut tidak akan saling berperang. Namun hal ini sifatnya
hanyalah sementara sebab pakta itu disetujui Hitler agar ia dapat menyerang
Polandia tanpa gangguan dari Soviet.
Pada awalnya
serangan dilaksanakan dengan baik oleh Jerman, menggunakan taktik
blitzkrieg, tentara Jerman dengan bantuan sekutunya berhasil menyapu bersih
tentara Soviet yang tidak siap dan kalah persenjataan. Dalam hitungan bulan
ratusan ribu pasukan Soviet terbunuh, puluhan ribu kendaraan perang hancur, dan
kerusakan begitu banyak bagi berbagai kota di daerah milik Soviet.
Operasi yang
sudah direncakan setahun sebelumnya termasuk oleh Hitler sendiri, pada awalnya
seperti memberi titik terang bagi harapan Hitler untuk menciptakan lebensraum
di tanah timur Eropa. Namun sejatinya salah satu operasi paling ambisius dalam
sejarah ini kelak menjadi kesalahan terbesar Hitler dalam Perang Dunia II.
Melibatkan
sekitar 3 juta tentara dan 3500 tank dari pihak Jerman dan sekutunya, operasi
ini kemudian berubah menjadi mimpi buruk. Musim dingin di Soviet yang begitu
menyiksa dan jumlah tentara Soviet yang seakan tak pernah habis, tak peduli
berapapun kehilangan yang dialami, tentara Soviet seakan terus
berdatangan. Jutaan rakyat dikobarkan semangatnya oleh pidato yang
dikumandangkan Stalin melalui radio kepada rakyatnya. Hasilnya rakyat dari
berbagai kalangan bergabung dengan “Tentara Merah” untuk mempertahankan Soviet.
Pada bulan Agustus 1942, pergerakan tentara Jerman terhenti di kota Stalingrad (sekarang Volgograd). Di kota
inilah tentara Soviet mati-matian mempertahankanya, karena apabila Stalingrad
berhasil jatuh ke tangan Jerman, jalan mereka untuk menguasai ladang minyak di
kota Baku semakin terbuka dan pergerakan tentara Jerman yang merangsek ke timur akan semakin mudah.
Perang
terjadi selama berbulan-bulan, darah dimana-mana, jumlah mayat membludak, reruntuhan akibat perang yang tak terhitung menjadi gambaran bagi
kota Stalingrad pada saat itu. Logistik yang semakin hari menipis ditambah
dengan penyakit menular kemudian membuat
tentara Jerman semakin menderita. Ditambah pada November 1942 ketika musim
dingin tiba di Stalingrad, cuaca ekstrem Soviet
semakin membuat pihak Jerman semakin sengsara. Jendral von Paulus yang
memimpin tentara Jerman di Stalingrad kemudian meminta kepada Hitler untuk
mundur dari peperangan, namun Hitler bersikeras bahwa pertempuran harus tetap
dilanjukan, hasilnya Hitler mengirim bala bantuan berupa tentara tambahan dari
sekutunya untuk ikut andil dalam peperangan ini.
Namun
pasukan tambahan yang Hitler kirimkan, seakan tak berguna menghadapi jumlah
pasukan Soviet yang kian hari semakin banyak, seakan tak pernah habis. Hasilnya
pada Januari 1943 Soviet dipimpin Georgy Zhukov berhasil melancarkan serangan umum dan menghabisi
tentara Jerman yang sudah kelelahan akibat perang ditambah dengan kelaparan dan
penyakit yang menambah derita mereka.
Kemenangan
Soviet di Stalingrad kemudian menjadi salah satu titik balik yang mengubah
jalanya Perang Dunia II. Sebab setelah kemenangan ini, tentara Soviet bermodalkan
jumlah pasukan yang begitu banyak dan semangat membalas perbuatan Jerman di
tanah mereka, kemudian melancarkan penyerangan terus menerus dari Soviet hingga
akhirnya mereka berhasil mencapai Berlin pada 1945 dan kemudian mengakhiri
perang dunia II di Eropa.
0 comments:
Post a Comment