Laksamana
Leonardi, kepala Departemen Pertahanan dari pusat pengadaan, menekan tombol,
menyalakan mesin laser cutting yang segera memulai memotong lembaran baja yang
diproduksi Krakatau Steel dengan presisi sempurna.
Tindakan
yang berlangsung di aula pertemuan PT PAL di Surabaya, menandai dimulainya
pembangunan Fast Missile Boat (FMB) 60 meter, yang juga dikenal sebagai KCR60M,
yang dipesan oleh Angkatan Laut Indonesia.
“PT PAL
telah membangun tiga unit FMB, kami berharap bahwa kelemahan yang ditemukan di
kapal sebelumnya akan diperbaiki dan ditingkatkan di kapal keempat sehingga
akan menjadi versi perbaikan,” kata Leonardi.
Dia
mengatakan bahwa Angkatan Laut percaya diri mengoperasikan kapal perang buatan
dalam negeri. Hal ini tercermin dengan meningkatnya jumlah order yang dilakukan
oleh Angkatan Laut pada galangan kapal domestik.
Pada
pertengahan 2017, Angkatan Laut berencana untuk memesan Batch Tiga dari FMB 60
meter.
Angkatan
Laut diharapkan memiliki tujuh FMB yang beroperasi pada 2017.
Saat ini,
Angkatan Laut memiliki tiga FMB dalam dalam layanan yang mulai beroperasi pada
tahun 2014, satu lagi baru saja dimulai tahap konstruksi dan pesanan untuk
pembangunan tiga yang lain akan dilakukan pada pertengahan 2017.
Biaya
konstruksi untuk FMB terakhir diperkirakan mencapai Rp2,2 triliun (US$165
juta).
Secara
terpisah, Asisten Logistik Kepala Angkatan Laut Laksamana Mulyadi menjelaskan
bahwa keempat FMB, yang dipesan oleh Departemen Pertahanan, dan tambahan tiga
FMB, yang dipesan langsung oleh Angkatan Laut, akan memiliki karakteristik yang
berbeda.
PT PAL akan
membangun FMB keempat tanpa persenjataan. Sebuah sistem kontrol senjata,
senjata dan peluncur rudal akan ditambahkan pada saat selesainya FMB tersebut.
Di sisi
lain, tiga FMB tambahan akan sepenuhnya diinstal dengan persenjataan selama
proses konstruksi.
“Kami
mencoba untuk membangunnya dengan persenjataan lengkap, namun karena
keterbatasan anggaran, kami akan membangun kapal sebagai platform pertama dan
kemudian melengkapinya dengan senjata yang diperlukan nanti,” katanya, mengacu
pada FMB keempat.
Biaya untuk
membangun FMB keempat adalah sekitar Rp210 miliar, sedangkan biaya untuk
membangun tiga FMB tambahan dengan persenjataan lengkap masing-masing akan
mencapai Rp665 miliar.
“FMB 60
meter akan menggunakan sistem manajemen tempur buatan (CMS) Eropa yang memiliki
keandalan yang sangat baik, sedangkan FMB 40 meter akan menggunakan CMS buatan
Cina,” tambahnya.
CEO PT PAL
M. Firmansyah Arifin mengungkapkan bahwa selain tambahan tiga unit kapal, FMB
dengan persenjataan lengkap, Angkatan Laut berencana untuk memesan platform LPD
kelas Banjarmasin, kapal perang amfibi yang difungsikan sebagai kapal angkut.
“Kami masih
dalam diskusi dengan rekan-rekan Angkatan Laut terkait spesifikasi rinci,” kata
Firmansyah.
0 comments:
Post a Comment