Demi
memperkuat industri pertahanan dalam negeri, KKIP (Komite Kebijakan Industri
Pertahanan) meminta konsistensi dari pengguna industri pertahanan (end user),
dalam hal ini TNI dan Polri. Di samping itu, dituntut pula komitmen dari
pemerintah dalam pengelolaan anggaran terkait kebutuhan pengguna.
Demikian
disampaikan Wakil Ketua KKIP Marsdya TNI (Purn) Eris Heryanto usai Focus Group
Discussion “Penguatan Industri Pertahanan; Fakta dan Realita (Fokus Industri
Kedirgantaraan)” di Jakarta, Selasa (14/3).
“KKIP selalu
melihat bahwa end user itu sebagai pedoman. Oleh karena itu, pedoman yang
dibuat oleh end user sebaiknya di-remain jika ada perubahan-perubahan, yang
tadi saya sebutkan tentang konsistensi
Itu. Kenapa harus konsisten? Supaya ini jadi pedoman bagi pihak-pihak lain.
Apakah itu industri pertahanan ataukah pemerintah,” papar Eris.
Menurut
Eris, pemerintah tentunya seperti biasa dalam pengelolaan anggaran diharapkan
punya komitmen terhadap kebutuhan. Sementara itu, industri pertahanan akan melihat apakah kalau akan
mengembangkan kebutuhan TNI dan Polri seperti itu, bisa atau tidak.
“Ini
sebetulnya yang kita harapkan dengan kata-kata komitmen dan konsisten itu,”
ucap Eris.
Untuk
mengikat konsistensi dan komitmen itu, KKIP akan membukukan Rencana Induk
Kebutuhan Pemenuhan Alpalhankam (alat peralatan pertahanan dan keamanan).
“Belum diterbitkan. Kita minta masukan dari TNI dan Polri, kebutuhannya apa?
Tadi saya sampaikan, kebutuhannya ada 1.200 item. Itu dua tahun lalu kita
minta, tapi sekarang begitu kita komunikasikan, TNI ingin mengubah itu,” tutur
Eris.
KKIP
sebenarnya menghargai perubahan-perubahan itu. “Bukan tidak boleh ada
perubahan, tapi jangan banyak berubah karena ini akan diputuskan Presiden
sebagai patokan,” ungkap Eris, seraya menekankan bahwa KKIP tak akan mengurangi
kebutuhan pengguna. “Navigasi kita (KKIP) adalah kebutuhan pengguna,” jelasnya.
0 comments:
Post a Comment