USS Carl Vinson
Apa yang
terjadi jika tiba-tiba kapal induk Angkatan Laut Amerika Serikat USS Carl
Vinson yang sedang melakukan operasi di Laut China Selatan bertemu dan bentrok
dengan kapal induk China Liaoning. Apa yang kira-kira akan terjadi?
Vinson
menuju ke Laut Cina Selatan biasanya bersama dengan dua kapal perusak, USS
Wayne E. Meyer dan USS Michael Murphy, dan penjelajah USS Lake Champlain selain
juga kapal selam.
Sementara
itu, kapal induk China Liaoning yang dikerahkan ke Laut Cina Selatan pada akhir
2016 dan awal 2017 didampingi tiga kapal
perusak rudal dipandu, dua frigat rudal dipandu, sebuah korvet anti-kapal
selam, dan kapal tangker.
Jika dua
kekuatan ini kemudian bentrok, sepertinya harus diakui kekuatan AS akan lebih diuntungkan. Itu
karena sayap pesawat kapal induk Amerika Serikat jauh di atas Liaoning.
Liaoning
Liaoning
terakhir terlihat terbang dengan sayap udara 13 jet tempur J-15. Meski J-15
mampu lepas landas dengan sistem catapult (setidaknya dalam teori), Liaoning tidak memiliki fasiltias ini. Kapal
induk menggunakan sistem ski jump. Hal ini akan menjadikan 13 pesawat tempur
ini tidak bisa lepas landas dengan membawa senjata lengkap dan bahan bakar penuh.
Mereka akan
menghadapi lawan yang sulit dari Carrier Air Wing 2, sayap pesawat yang saat
ini ditugaskan di Vinson. Air Wing 2 memiliki tiga skuadron strike fighter yakni Skuadron 2, 34, dan 137 yang
masing-masing menerbangkan 10-12 F/A-18 Hornet.
Artinya
Vinson memiliki sekitar 34 Hornet yang akan didukung oleh empat pesawat
peringatan dini E-2C Hawkeye dari Carrier Airborne Early Warning Squadron 113.
Seluruh kekuatan ini juga akan didukung oleh pesawat serangan elektronik EA-18G
Growlers dari Skuadron 136.
Jadi 13
pesawat tempur China yang terbang dengan senjata terbatas dan sebagian buta melawan sekitar 34 fighter AS didukung oleh radar pesawat peringatan dini dan pesawat serangan elektronik,
secara hitung-hitungan AS pasti akan memusnahkan kekuatan China.
Growlers
akan menjadi penting untuk membatasi kemampuan sistem rudal anti udara dari
lima kapal rudal dipandu yang semuanya
membawa rudal anti-udara dan Liaoning
yang membawa sistem senjata jarak dekat
Type 1130 yang berpotensi mampu menembakkan 10.000 putaran per menit pada rudal
dan pesawat.
Hornets bisa
bergabung dengan helicopter MH-60R dari Helicopter Maritime Strike Squadron 78
dan MH-60S dari Helicopter Sea Squadron 4, tetapi Angkatan Laut dapat memilih
untuk menjaga helikopter sebagai cadangan.
Kemungkinan
besar, Hornet yang dilengkapi untuk perang anti-pesawat akan turun kembali dan
mendapatkan beban penuh rudal anti-kapal Harpoon. Rudal Harpoon akan menjadi hal yang penting bagi pilot.
Dalam waktu
yang tidak terlalu lama, pilot kemungkinan akan menerima Harpoon Block II
dengan kisaran 134 mil nautical yang berarti pesawat bisa menembak dari
jarak di luar jangkauan rudal permukaan ke udara China, HQ-9 dengan kisaran 108
mil nautical.
Tetapi jika
Vinson hanya dengan rudal Harpoon yang sekarang, mereka hanya memiliki rentang
67 mil laut yang menjadikan Hornet harus berjuang melawan HQ-9.
Namun secara
umum Vinson akan bisa menghancurkan
armada Liaoning meski mungkin akan kehilangan beberapa Hornet.
Namun armada
Amerika akan perlu untuk menjaga jarak karena pesawat dan rudal China dari
pulau-pulau Spratly dan Paracel bisa menyerang mereka.
0 comments:
Post a Comment