Monday 13 February 2017

F-15, Elang Yang Belum Terkalahkan


Selama hampir tiga dekade, F-15 Eagle dianggap raja pesawat tempur dari langit. Sampai debut penggantinya, F-22 Raptor, F-15 adalah pesawat tempur superioritas garis depan udara Angkatan Amerika Serikat.

Bahkan saat ini, Eagle modern masih dianggap sebagai lawan yang tangguh, dan produsen Boeing telah mengusulkan versi update yang bisa menjaga badan pesawat terbang bisa terbang selama satu abad.

Jejak akar F-15 berasal dari perang udara di Vietnam yang menunjukkan keunggulan jet tempur Angkatan Udara dan Angkatan Laut Amerika melawan Korea Utara. Tetapi kemudian merosot di Perang Vietnam.

Pesawat tempur besar Amerika yang dirancang untuk mengatasi misi udara ke udara dan udara ke darat  ternyata berkinerja buruk melawan pesawat musuh yang lebih kecil.  Hal ini menjadikan keunggulan rasio kill 13: 1  yang dinikmati Amerika  di Perang Korea turun hanya menjadi  1,5: 1 di Perang Vietnam.

Jet tempur kontemporer, seperti F-4 Phantom, dirancang dengan asumsi bahwa rudal udara ke udara telah mengakhiri era dogfights hingga kebutuhan akan maneuver juga tidak menjadi begitu penting. Tetapi Perang Vietnam menunjukkan hal itu tidak terbukti.

Angkatan Udara Amerika Serikat akhirnya memutuskan mereka membutuhkan sebuah jet tempur yang berpredikat superioritas udara, yang menggabungkan dua mesin yang kuat, radar kuat, serta senjata dan rudal dalam jumlah besar. Di atas semua, pesawat harus memiliki kemampuan maneuver untuk memenangkan pertarungan udara jarak dekat.

Angkatan Udara mengeluarkan permintaan proposal untuk pesawat tempur FX baru pada tahun 1966. Tidak  kurang dari enam perusahaan bersaing dengan memberikan desain di atas kertas tanpa ada  prototipe dibangun.

Angkatan Udara kemudian memilih  McDonnell Douglas (sekarang menjadi bagian dari Boeing) pada tahun 1969, memesan 107 pesawat pengembangan skala penuh.

F-15 adalah pesawat yang tangguh. Versi awal yang didukung oleh dua mesin turbofan afterburning Pratt & Whitney F100-PW-100 yang memuntahkan kekuatan 14.500 pon  dan 23.500 dengan afterburner.

Kekuatan ini memberi pesawat rasio dorong  berat lebih besar dari satu, sehingga begitu kuatnya F-15 menjadi pesawat tempur pertama yang melebihi kecepatan suara dalam penerbangan vertikal.  F-15 memiliki begitu banyak tenaga dorong dan bisa naik ke ketinggian 65.000 kaki hanya dalam 122 detik. Dalam penerbangan horisontal, F-15 bisa mencapai kecepatan 2,5 Mach, dan cruise dengan kecepatan 0,9Mach.

Di hidung pesawat diinstal radar Eagle AN/APG-63 yang merupakan salah satu radar paling canggih. Sebuah radar solid state yang mampu “melihat ke bawah / menembak jatuh” dan jarak deteksi hingga 200 mil.

Hal ini memungkinkan F-15 untuk memilih musuh yang terbang rendah tanpa radar terganggu dengan banyaknya target di bawah yang bisa mengacaukan radar. Radar ini  juga yang pertama menggabungkan prosesor sistem pemrograman, yang memungkinkan upgrade moderat cukup dilakukan melalui software tanpa update hardware.

Eagle awalnya dipersenjatai dengan empat rudal dipandu radar AIM-7  untuk menyerang target jarak jauh dan empat rudal  dipandu inframerah AIM-9 Sidewinder untuk pertempuran jarak pendek. Dalam perang udara di atas Vietnam, F-4C Phantom Angkatan Udara Amerika tidak menggunakan canon yang menjadi salah satu titik lemah. Kelemahan ini ditutup di  F-15 dengan memasang canon gatling gun M61 Vulcan 20 mm.

F-15 juga dirancang untuk melakukan misi jarak jauh.  Membawa tiga tangki bahan bakar enam ratus pon, F-15 memiliki jangkauan 3.000 mil, sehingga memungkinkan untuk terbang dari benua Amerika Serikat ke Eropa tanpa berhenti atau pengisian bahan bakar di udara.

Hal ini akan memungkinkan untuk cepat memperkuat pertahanan udara NATO dalam kasus krisis di Eropa, dan kemudian  memungkinkan Angkatan Udara untuk segera mengirimkan F-15 ke Arab Saudi selama Operasi Badai Gurun.

Prototipe F-15 pertama terbang pada tahun 1972, dan seri produksi  dimulai pada tahun 1973. Pesawat dengan cepat mulai mengisi Angkatan Udara Amerika dan sekutu  termasuk Israel, Jepang dan Arab Saudi.


F-15 mencetak hit membunuh pertama  pada  27 Juni, ketika pilot ace Angkatan Udara Israel  Moshe Melnik menembak jatuh MiG-21 Angkatan Udara Suriah. Melnik akhirnya menembak jatuh empat pesawat dari F-15A dan F-15C milik AU AS.

Aksi Melnik ini menjadi adalah awal yang luar biasa dari F-15 dengan 104 kemenangan udara ke udara dengan tanpa satupun Eagle yang ditembak jatuh. F-15 Israel, Saudi dan Amerika  bertanggung jawab atas jatuhnya 104 pesawat lawan.

Isral  tercatat antara tahun 1979 dan 1982 nenembak jatuh MiG-25 Foxbat, MiG-21 dan MiG-23 Suriah. Selama Perang Teluk 1991, F-15 Amerika dan Arab menembak jatuh MiG-29 Fulcrum, Mirage F-1 dan bahkan pesawat transportasi Il-76 Irak.  Satu F-15E Strike Eagle bahkan mencetak "Kill" sebuah helicopter serang Mi-24 Irak  dengan bom yang dipandu laser.

F-15A akhirnya digantikan dalam produksi F-15C yang menggunakan radar aperture sintetis AN/APG-70 dan mesin baru F100-PW-220. Program terbaru, dijuluki Golden Eagle, menekankan tes kekuatan F-15C Angkatan Udara Amerika. Dari 178  pesawat dalam kondisi fisik terbaik dengan setidaknya menerima radar baru AESA APG-63V3 dan Joint Helmet Mounted Cuing System, yang memungkinkan akuisisi target dengan cepat dengan rudal inframerah.

Pada akhir 1980-an, F-15E dikembangkan untuk melengkapi dan akhirnya menggantikan bomber tempur F-111 sebagai pesawat penetrasi dan serang kecepatan tinggi pesawat  yang dirancang untuk menyerang jauh di belakang garis musuh dalam perang NATO melawan Pakta Warsawa di Eropa.

Model E menambahkan tangki bahan bakar konformal untuk meningkatkan jangkauan dengan payload bom berat, radar APG-63, dan pod penargetan LANTRIN. Dengan pensiunnya  F-111, F-15E “Strike Eagle” sekarang menjadi bomber tempur utama Angkatan Udara Amerika Serikat.

USAF membeli F-15  terakhir pada tahun 2001, namun penjualan asing terus menghidupkan lini produksi. Dalam beberapa tahun terakhir Boeing mencoba lagi menarik minat Angkatan Udara AS, pertama dengan pesawat semi siluman Silent Eagle pada 2010. Pada 2016, Boeing kembali memperkenalkan F-15 Eagle 2040C yang  dirancang untuk membawa sampai 16 rudal AIM-120D AMRAAM, lebih dari empat kali jumlah aslinya. Talon HATE datalink akan memungkinkan desain ditingkatkan untuk berjaringan dengan F-22 Raptor.

Hari ini, USAF masih mempekerjakan sekitar 177 upgrade F-15C dan varian dua kursi D, dan sekitar 224 F-15E Strike Eagle. F-15 dikerahkan di pangkalan di Eropa dan Asia, terutama di RAF Lakenheath di Inggris dan Pangkalan Kadena di pulau Okinawa  Jepang.

F-15J Jepang juga beroperasi dari Okinawa, dan diduga terlibat dalam sebuah pertemuan udara pada Juni 2016  yang melibatkan Su-30 Flanker China. F-15E saat ini juga ditempatkan di Incirlik Air Base, Turki untuk bergabung dalam serangan udara melawan ISIS di Irak dan Suriah.

Dalam dunia yang masih didominasi oleh pesawat tempur generasi keempat, F-15 memang sudah tua, tetapi masih sangat tangguh. Kurangnya jumlah yang cukup dari F-22 Raptor untuk menggantikan Eagle menjadikan F-15 tidak jadi dipensiun dan tetap menjadi andalan dan sekarang sedang dilatih untuk melengkapi F-22 di medan perang.

Pengganti yang layak untuk F-15 sepertinya belum akan ada sampai awal 2030 sebelum model C dan E yang tersisa pensiun. F-15  hampir pasti akan menghabiskan setengah abad mengesankan dalam layanan aktif di Angkatan Udara Amerika.


0 comments:

Post a Comment