Perang
identik dengan angkat senjata dan gugurnya banyak nyawa. Bukan cuma itu, kadang
pertempuran zaman dahulu tidak mengenal ampun. Lazimnya konflik ini disebabkan
adanya perebutan wilayah, perebutan kekuasaan, konspirasi politik dan lain
sebagainya.
Faktanya di
dunia ini ternyata juga ada perang yang tidak biasa. Disebabkan oleh hal yang
sangat remeh, konyol, bahkan tidak masuk akal. Tapi ya begitulah manusia, hal
kecil saja bisa menyulut perpecahan dan pertikaian. Seperti beberapa kejadian
nyata berikut ini.
Pig War:
Perang timbul akibat tewasnya seekor Babi
Perang ini
mirip dengan kejadian “Aroostok War (Perang Babi dan Kacang)” yang dilakukan
antara Tentara Amerika dan Pasukan Inggris. Kedua belah negara ini terlibat
konfik perang babi pada tahun 1859. Inti permasalahan dari perselisihan kedua
pasukan ini adalah memperebutkan Pulau San Juan yang ada di wilayah daratan
Amerika Utara dan Pulau Vancouver.
Perang ini
disebut dengan julukan Perang Babi karena dipicu oleh tertembaknya seekor Babi.
Sebutan lain dalam kejadian ini adalah Episode Babi, Perang Babi dan Kentang.
Perselisihan batas barat laut atau batas San Juan menimbulkan konflik.
Dalam
konflik ini sendiri tidak ada pertumpahan darah dan korban jiwa manusia. Hal
ini dikarenakan pihak pasukan Inggris meminta maaf terlebih dahulu. Namun,
tetap korban jiwanya hanya seekor babi. Sedikit terdengar sia-sia ya?
Perang
tanpa korban walaupun berlangsung selama 355 tahun
Belanda dan
Kepulauan Scilly (southwest coast of United Kingdom) terlibat perang selama 335
tahun. Pada tahun 1948, Belanda mengalami kerugian besar sejak armada milik
Royalis yang berbasis di Scilly menggempur pasukan Belanda. Kemudian pada
tanggal 30 Maret 1651, Marteen Hapertszoon Tromp sang Laksamana pasukan Belanda
tiba di Scilly dengan tujuan menuntut ganti rugi atas kapal dan barang-barang
Belanda yang diambil. Akibat tidak ada kata sepakat, akhirnya Belanda
menyatakan perang.
Pada tahun
itu juga akhirnya pasukan Royalis menyerah yang dipimpin oleh Admiral Robert
Blake pada masa itu.
Lucunya,
konflik ini tidak ada kejelasan dalam kurun waktu yang lama. Belanda sudah
tidak khawatir akan ancaman, tetapi tak ada kejelasan tentang telah tercapainya
perdamaian atau tidak. Pada tahun 1985, sang sejarahwan Roy Duncan menulis
surat kepada Kedutaan Besar Belanda yang ada di London agar membuang persepsi
tentang mitos bahwa pulau-pulau tersebut dalam keadaan konflik. Akhirnya, duta
besar Jonkheer rein Huydecoper menandatangani kesepakatan perdamaian yang telah
diumumkan tanggal 17 April 1986.
Great Emu
War: Perang Bersama Kawanan Unggas
Perang ini
terbilang konyol karena musuh Tentara Australia ini adalah kawanan unggas. Pada
tahun 1932, Mayor Meredith memimpin pasukan militer Australia yang terjadi di
wilayah Australia Barat. Saat berperang, tentara menghabiskan selongsongan
peluru sebanyak 10.000 buah dengan menggunakan senapan mesin lewis. Kawanan
burung itu berhasil melarikan diri sehingga perang ini sia-sia saja. Kawanan
unggas itu berhasil menghalau serangan peluru dengan kecepatan 50km/jam (30
mph). Mayor Meredith tercengang karena perkiraan unggas yang tewas sebanyak
20.000 ekor itu tidak sesuai kenyataan. Menteri Pertahanan Australia
menyarankan untuk mundur dari Emu War dan menyatakan bahwa Australia menerima
kekalahan. Benar-benar perang gak jelas..
Moldovan-Transdniestran
War: Perang Mabuk
Kedua
tentara dari Moldovan dan Transdniestran ini berselisih sejak Uni Soviet
Runtuh. Pasukan Moldovan ingin memasuki wilayah Rumania, wilayah sebelah barat.
Dan di wilayah timur sungai Dniestr agar dekat wilayah Rusia dan Ukraina.
Akibatnya, Moldova dan Transdniestran terlibat konflik perang. Perang yang
melibatkan dua pasukan tentara lokal yang saling mengenal ini dijuluki perang
mabuk. Pasalnya, mereka berperang hingga mati-matian. Namun, setiap malam kedua
tentara yang berselisih ini minum-minum bersama layaknya seorang sahabat.
Walaupun bermusuhan tetapi persahabatan minum tetap berjalan di malam hari.
Perang
Roti
Kejadian ini
berawal dari keluhan seseorang warga Perancis bernama Remontel karena toko
rotinya hancur saat kerusuhan kudeta militer terjadi di Mexico City. Insiden
yang terjadi pada tahun 1828 ini sempat diabaikan oleh pihak Mexico dan
dilmparkan kepada pihak Pemerintahan Perancis. Sepuluh tahun kemudian petisinya
dikabulkan, namun pihak Mexico tidak mau mengganti kerugian toko itu. Inilah
yang menyebabkan peperangan antara Perancis dan Mexico. Pertikaian itu akhirnya
dapat diselesaikan pada tahun 1838. Akhirnya pemerintah Mexico mengganti
kerugian toko roti sebanyak 600.000 pesos. Karena itu, persistiwa ini disebut
perang roti.
Mungkin saja
zaman dahulu hukum politik pemerintahan belum stabil sehingga semua
permasalahan baik yang kecil sampai yang besar harus diselesaikan dengan cara
berperang. Dari kejadian di atas, sebetulnya semua pemasalahan dapat
diselesaikan dengan kepala dingin bukan dengan adu jotos atau tawuran yang
justru dapat merugikan pihak-pihak yang berselisih.
0 comments:
Post a Comment