Jika
mengikuti, perang melawan ISIS di Irak dan Suriah sebenarnya semakin aneh. Perang
dimulai pada 2014 yang artinya sudah berlangsung lebih dari tiga tahun. Puluhan
negara mengeroyok kelompok ini dengan senjata paling canggih. Tetapi kenapa
ISIS seperti tidak pernah berkurang kekuatannya?
Kekuatan
yang mengeroyok ISIS bisa dibagi menjadi dua kelompok besar yakni koalisi lebih
dari 60 negara yang dipimpin Amerika dan kelompok lain adalah Rusia yang
bersekutu dengan pemerintah Suriah dan Iran.
Mari kita
lihat koalisi Amerika terlebih dahulu. Laporan yang dikeluarkan Pentagon pada
Januari 2017 menyebutkan biaya untuk menghancurkan ISIS yang harus dikeluarkan
Amerika Serikat meningkat dua kali lipat pada
2016. Operasi Inherent Resolve telah menyedot anggaran US$ 12,5 juta
atau sekitar Rp166,3 miliar per hari.
Mengingat
Amerika Serikat mulai menggelar operasi ini
sejak Juni 2014, maka diperkirakan sampai saat ini dana yang dihabiskan
telah mencapai lebih dari US$10, 7 miliar atau sekitar Rp142,3 triliun. Sebagai
perbandingan anggaran pertahanan Indonesia selama satu tahun pada 2017 ini
hanya sekitar Rp108 triliun.
Amerika juga
tidak henti-hentinya membuat klaim telah menghancurkan ribuan target. Pada
Februari 2017 lalu Jenderal Raymond Thomas, kepala komando Operasi Khusus
Amerika Serikat mengatakan Amerika dan sekutunya telah menewaskan lebih dari 60.000 anggota
ISIS di Irak dan Suriah.
Belum lagi puluhan
ribu target yang sudah dihancurkan. Sebagai gambaran sebanyak enam pembom B-52
Stratofortress yang dikerahkan ke Pangkalan Al Udeid, Qatar untuk mendukung Operasi Resolve Inherent sejak
April 2016 hingga 20 Februari 2017
tercatat telah dilakukan 729 sortie dan menjatuhkan 3.419 senjata ke target
ISIS. Masih banyak klaim sukses lainnya. Amerika juga menurunkan jet-jet tempur
paling canggih dan paling mahal mereka, termasuk secara tetap menggunakan kapal
induk.
Prancis yang
secara konstan ikut melakukan serangan dengan pesawat-pesawat tempur mereka
telah menjatuhkan sekitar 2.300 bom untuk menggempur ISIS di Irak dan Suriah.
Jumlah ini dua kali lipat dibandingkan senjata yang digunakan untuk menggulingkan
diktator Libya Moamar Kadhafi pada 2011.
Inggris,
juga menggunakan rudal terkenal mereka yang disebut Brimstone yang dilesatkan
dari jet tempur Tornado mereka untuk menghajar truk-truk dan kendaraan ISIS.
Brimstone adalah rudal udara ke darat terbaik di dunia dalam membidik target
bergerak. Belum lagi kekuatan negara-negara lain.
Di sisi lain,
Rusia juga tak mau kalah. Mereka mengaku sukses menghancurkan ribuan target.
Pada 2 Maret 2016 Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan selama Februari saja
pesawat mereka telah menghancurkan 2.300 target di Suriah dengan melakukan 991
sortie.
Seperti
halnya koalisi Amerika, Rusia juga mengerahkan senjata terbaiknya termasuk
rudal yang diluncurkan dari kapal dan kapal selam. Bomber mereka juga tak
henti-hentinya melakukan serangan jarak jauh dengan terbang dari Rusia, menebar
bom di Suriah dan kembali ke pangkalan nonstop.
Rusia juga
menggunakan rudal Raduga Kh-101, salah
satu rudal jelajah paling canggih di
arsenal Rusia. Ini adalah rudal siluman atau sulit dideteksi radar. Padahal
menggunakan rudal yang biasa juga tidak masalah karena ISIS tak punya radar.
Rudal yang
memiliki panjang 7,45 meter dengan berat peluncuran maksimal 2.400 kilogram
serta membawa hulu ledak 400 kilogram. Varian yang dikenal sebagai Kh-102 bisa membawa
hulu ledak nuklir 450 kiloton.
Rudal
jelajah ini diyakini memiliki jangkauan hingga 5.500 kilometer dan mampu
berjalan pada kecepatan maksimum 270 meter per detik. Rudal ini memiliki profil
penerbangan ketinggian rendah, pada 30-70 meter di atas permukaan tanah. Kh-101
menggunakan sistem navigasi satelit GLONASS Rusia, untuk mengkoreksi lintasan
dan dilaporkan memiliki akurasi 5-6 meter.
Rusia juga
baru saja menarik pulang kapal induk mereka. Meski tua, dan diwarnai dengan dua
kecelakaan pesawat, pengiriman kapal induk ini jelas menunjukkan Rusia ingin
menggunakan kekuatan maksimalnya.
Pertanyaanya,
sudah begitu besar dan canggih kekuatan yang digunakan dan sudah begitu banyak
target yang dihancurkan, kenapa ISIS tak juga bisa dikalahkan?, Bahkan untuk
merebut Mosul pun masih belum bisa. Atau perang ini memang sengaja dibuat lama?
0 comments:
Post a Comment