Kunjungan
Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al Saud, ke Indonesia, 1 Maret 2017,
memperlihatkan betapa eratnya hubungan bilateral kedua negara tersebut.
Kedekatan
Indonesia dan Arab Saudi dimulai sejak era Presiden Pertama RI Soekarno yang
memang dikenal bersahabat dengan Raja Arab Saudi saat itu, Saud bin Abdulaziz
al Saud.
Ada
peristiwa lucu saat Bung Karno bertemu Raja Arab Saudi, Saud bin Abdulaziz al
Saud. Saat itu,
Bung Karno menggagas Konferensi Islam Asia Afrika yang dilaksanakan di Bandung
tahun 1964.
Di sela-sela
lobi sidang, tiba-tiba Bung Karno memerintahkan Nyonya Supeni sebagai duta
besar keliling Indonesia untuk memanggil Raja Saud.
Tentu saja
duta besar keliling kesayangan Bung Karno ini bingung. Bagaimana caranya ia
bisa ‘menggeret ‘ Raja Saudi menuju kursi Bung Karno. Dia harus
berpikir keras mencari alasan agar sang raja mau menghampiri Bung Karno.
Nyonya
Supeni teringat bahwa Raja Saud sudah diundang oleh Bung Karno untuk berkunjung
ke Indonesia. Sehingga hal ini yang disampaikan Nyonya Supeni ke Raja Saudi.
"Apakah
Sri Baginda masih berminat memenuhi undangan Presiden Sukarno?" Raja Saud
terlihat berpikir keras dan seolah menimbang-nimbang.
Tanpa
memberikan kesempatan lagi, Nyonya Supeni langsung mengusulkan kepada Sang Raja
agar ia melanjutkan percakapan dengan Presiden Sukarno sendiri, mumpung selagi
ada kesempatan bertemu langsung.
“Apakah saya
boleh mendapat kehormatan untuk mengantar Sri Baginda ke tempat duduk Presiden
saya?"
Raja Saud
tidak menolaknya, sehingga Nyonya Supeni berhasil membawa Raja Saud duduk di
sebelah Bung Karno yang tetap percaya diri duduk menunggu.
Keduanya
sangat gembira dan bercakap-cakap sambil tertawa.
Waktu itu
Raja Saud sempat mengeluh mengenai fisiknya yang lemah dan kondisi kesehatan
yang sakit-sakitan. Dengan cepat
Bung Karno menjanjikan pengobatan tradisional ala Indonesia jika kelak dia
berkunjung.
Setelah
mereka bersenda gurau, lalu Raja Saudi kembali ke kursinya karena persidangan
akan dimulai.
Bung Karno
cepat cepat berbisik ke Nyonya Supeni. “Kau tahu?, Aku sudah meminta supaya uangnya yang banyak itu ditanam di Indonesia. Dia juga
berjanji akan datang sambil membawa investasi."
Namun sampai
Bung Karno turun dari kekuasan, Raja dari Saudi tidak pernah datang ke
Indonesia, dan juga tak pernah menanamkan uangnya di Indonesia.
Satu-satunya
yang tersisa hanya mobil Chrysler Crown Imperial pemberian Raja Saudi, itu pun
rusak dan hancur akibat terkena lemparan granat dalam peristiwa pengeboman
Cikini.
Justru Raja
Saudi berikutnya, Faisal bin Abdulaziz Al Saud yang berkunjung ke Indonesia
tahun 1970 pada masa-masa awal kekuasan Presiden Suharto.
Saat itu
Presiden Suharto memberi hadiah keris dan harimau yang diawetkan. Sebagai
balasan Raja Saudi memberi hadiah pedang bersepuh emas.
Bahkan Bu
Tien yang saat itu belum menjadi muslim, juga ikut menyambut di ruang
kepresidenan.
Raja Faisal
terkenal dengan ide-ide Pan Islamisme dan sangat anti komunis. Mungkin
dalam kunjungannya ia ingin menimba langsung pengalaman dari sosok yang sukses
menghancurkan partai komunis nomer tiga terbesar di dunia.
Secara resmi
dalam pembicaraan bilateral kedua kepala negara hanya membicarakan soal krisis
Timur Tengah dan kerja sama ekonomi. Namun kerja sama investasi dalam skala
besar tak pernah terwujud.
Kini sejarah
telah ditulis lagi. Raja Salman
datang berkunjung ke Indonesia dan menemui Presiden Joko Widodo.
Mungkinkah
kali ini Raja Saudi bisa mewujudkan mimpi-mimpi presiden sebelumnya agar Raja
Saudi menanamkan uangnya yang banyak di Indonesia?
0 comments:
Post a Comment