Presiden Pertama RI, Soekarno dikenal kerap membawa tongkat
komando saat menjalankan tugas kenegaraan. Banyak yang menyebut, rahasia
Soekarno dicintai rakyatnya dan disegani para pemimpin dunia adalah dari
tongkat komando tersebut.
Tongkat komando milik Soekarno ada tiga macam. Pertama,
tongkat komando yang selalu ia bawa ke luar negeri. Kedua, tongkat komando yang
selalu dia gunakan untuk berhadapan dengan para jenderal. Kemudian yang terakhir, tongkat komando yang selalu dia
gunakan untuk berpidato di depan rakyat
Kalangan spiritual dan orang percaya
dengan hal berbau klenik menyebut, tongkat komando Bung Karno adalah tongkat
sakti, yang berisi keris pusaka ampuh.
Bahkan, kayu yang dibuat sebagai tongkat pun bukan sembarang
kayu, melainkan kayu pucang kalak. Pucang adalah jenis kayu, sedangkan Kalak
adalah nama tempat di selatan Ponorogo, atau utara Pacitan.
Di pegunungan Kalak terdapat tempat persemayaman keramat. Di
atas persemayaman itulah tumbuh pohon pucang.
Ada begitu banyak jenis kayu pucang, namun dipercaya pucang
kalak memiliki ciri khas. Salah satu cara untuk mengetes keaslian kayu pucang
kalak, apabila dipegang di atas permukaan air yang terlihat adalah bayangan
seekor ular yang sedang berenang, itu asli.
Tetapi jika yang tampak dalam bayangan air adalah bentuk
kayu, itu artinya bukan pucang kalak, melainkan pucang biasa, yang banyak
tumbuh di mana saja.
Kayu Pemberian
Tongkat komando Bung Karno dipakai sejak 1952, tepatnya
setelah peristiwa 17 Oktober 1952. Peristiwa di mana Kepala Staf Angkatan Darat
(KSAD) dan tujuh panglima daerah meminta Dewan Perwakilan Rakyat Sementara
(DPRS) dibubarkan. Saat itu KSAD dijabat AH Nasution.
Setelah itu, Bung Karno didatangi orang yang membawa sebalok
kayu pohon pucang kalak. Balok itu diserahkan langsung kepada Bung Karno.
Tujuannya untuk menghadapi para jenderal.
Lalu Bung Karno menyuruh salah seorang seniman Yogyakarta
untuk membuat kayu itu menjadi tongkat komando.
Besarnya pengaruh Soekarno, tidak sedikit orang yang
menghubungkan dengan kemampuannya menyirap kawan maupun lawan. Tidak sedikit
pula yang menghubungkan dengan kesaktian Soekarno sehingga lolos dari beberapa
kali usaha pembunuhan.
Pada salah satu acara kenegaraan, Bung Karno bertemu dengan
mendiang Presiden Kuba Fidel Castro. Mereka bertemu dalam satu tempat, di mana
Fidel Castro memegang tongkat Bung Karno dan mengajaknya bercanda membahas
tongkat tersebut.
Berdasarkan beberapa literatur menyebut, Fidel Castro sempat
bertanya kepada Soekarno tentang keampuhan tongkat tersebut. Namun Soekarno
tidak menjawabnya.
Namun dalam buku biografi Soekarno yang ditulis oleh wanita
asal Amerika Serikat Cindy Adams, Bung Karno menyebut tongkat tersebut hanya
sebagai aksesori semata.
"Itu hanya kayu biasa yang kugunakan sebagai bagian dari
penampilanku sebagai pemimpin dari sebuah negara besar," kata Soekarno dalam
buku biografi itu.
0 comments:
Post a Comment