Thursday, 2 February 2017

Misteri Kematian Presiden Soekarno, Benar Ada Campur Tangan CIA?


Presiden Pertama RI, Soekarno memiliki istri berkebangsaan Jepang. Nama aslinya Naoko Nemoto. Tetapi setelah menikah dengan Soekarno, namanya diubah jadi Ratna Sari Dewi Soekarno.

Soekarno dan wanita Jepang tersebut bertemu di sebuah bar di negeri Sakura. Ratna Sari Dewi sempat disebut-sebut merupakan seorang geisha, wanita penghibur atau seniman tradisional Jepang yang memiliki keahlian main musik klasik, menari dan lainnya. Namun, Ratna Sari Dewi membantah.

Begitu cintanya kepada Soekarno, Ratna Sari Dewi  seakan-akan tidak rela pujaan hatinya itu meninggal. Wanita itu menyebut banyak kejanggalan tentang kematian Soekarno.

Dikutip dari laman merdeka.com, Ratna Sari Dewi dalam wawancara dengan Japan Times terbitan 2008, menyebut Amerika Serikat sangat membenci Bung Karno.

Menurut Ratna Sari Dewi, Soekarno disebut-sebut tidak mau dikendalikan oleh Amerika Serikat saat memimpin Indonesia.

"AS butuh Indonesia, yang merupakan negara ketiga terkaya sumber daya alam. Tapi Sukarno baru saja mencapai kemerdekaan dari Belanda dan tidak mau dikendalikan," katanya.

Saat itu, menurut Ratna Sari Dewi, Amerika Serikat meminta agar Seokarno memungkinkan mereka untuk memiliki pangkalan militer di Indonesia untuk mengontrol Pasifik. Tapi Soekarno menolak.

"Sementara Jepang, Korea, Taiwan, Hong Kong, Thailand, Filipina, Singapura, Australia dan Selandia Baru semua menerima pangkalan militer AS," ujarnya.

Ratna Sari Dewi menyebut, saking bencinya Amerika kepada Soekarno. CIA yang merupakan badan intelijen Amerika Serikat pernah mencoba membunuh Bung Karno sebanyak lima kali. "Oleh karena itu Pentagon membenci Soekarno, dan CIA mencoba membunuh dia lima kali," ucap dia.

Memang dalam buku-buku sejarah disebut bahwa beberapa kali ada percobaan pembunuhan terhadap Soekarno, termasuk di antaranya pelemparan granat di Cikini dan Makassar.

Tidak hanya itu, penyerangan terhadap Soekarno juga terjadi saat sang Proklamator itu salat Idul Adha, di Masjid Baiturahim, pada 14 Mei 1962.

Pelaku teroris menembak dari jarak sangat dekat, tepatnya empat saf di belakang Soekarno. Namun, tembakan itu tidak mengenai sang Presiden.

Kemudian yang paling menggemparkan adalah ketika seorang pilot tempur TNI Angkatan Udara, menyerang istana dari jarak sangat dekat. Akibat serangan itu, salah satu pilar istana runtuh dan jatuh di dekat meja kerja Soekarno.


Tetapi saat itu, Soekarno sedang memimpin rapat di gedung sebelah istana. Sang Presiden gagal dari upaya pembunuhan.

Setelah Perang Dunia II, tatanan politik internasional tertumpu pada dua blok, yakni Barat yang diwakili Amerika Serikat dan Blok Timur yang diwakili Uni Soviet.

Perbedaan paham yang dimiliki dua negara adi daya itu membuat keduanya berebut pengaruh terhadap negara-negara lain di dunia. Indonesia disebut-sebut salah satu negara yang menjadi incaran dua blok tesebut.

Dengan kekayaan alam yang banyak, Indonesia dipandang sangat strategis. Saat itu, Amerika Serikat sangat khawatir jika Indonesia menjadi negara komunis dan berkoloni dengan Uni Soviet. Jika hal itu terjadi, Amerika Serikat akan semakin sulit di kawasan Asia Tenggara.

Berbagai cara dilakukan AS untuk mempengaruhi, mengamankan dan mengendalikan Indonesia. "Amerika Serikat dan Uni Soviet mendominasi dunia sekitar tahun 1960-an melalui perang habis-habisan, embargo dagang atau operasi rahasia," tutur Ratna Sari Dewi.

Ratna Sari Dewi juga pernah mengungkapkan sejumlah dokumen yang mengindikasikan kejatuhan Bung Karno atas campur tangan badan intelijen Amerika serikat tersebut. Dokumen itu berupa folio 10 lembar.

Pemerintahan Soekarno mulai dirongrong pada 1965. Saat itu, diawali dengan adanya G30S PKI. Tujuh Jenderal TNI Angkatan Darat menjadi korban dalam peristiwa itu.

Setelah itu banyak sekali demo yang dilakukan di kawasan istana, terutama dari mahasiswa. Tidak hanya itu, Soekarno juga sempat diasingkan ke Wisma Yaso yang kini namanya berubah jadi Museum Satria Mandala, Jakarta.

Soekarno akhirnya meninggal di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta dengan status sebagai tahanan politik pada Minggu, 21 Juni 1970. Kala itu, Soekarno berusia 69 tahun.

0 comments:

Post a Comment