Sunday, 19 February 2017

Pembubaran Pakta Pertahanan Asia Tenggara


Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) jauh lebih dikenal publik daripada Pakta Pertahanan Asia Tenggara (SEATO). Tidak banyak yang mengetahui bahwa Asia Tenggara pernah memiliki aliansi militer tersendiri untuk menjamin keamanan kawasan.

SEATO dibentuk pada 1954 di Manila, Filipina, lewat pertemuan yang diinisiasi oleh Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) John Foster Dulles. Delapan negara yakni AS, Prancis, Inggris Raya, Australia, Selandia Baru, Filipina, Thailand, dan Pakistan tergabung dalam SEATO.

Organisasi pertahanan tersebut dibentuk untuk membendung arus komunisme di Asia. Saat itu, komunisme adalah hal paling mengancam di Asia Tenggara, terutama di bekas koloni Prancis yakni Vietnam. Revolusi yang dipimpin oleh Ho Chi Minh menghasilkan penarikan mundur pasukan Prancis pada 1954.

Revolusi tersebut juga membuat Vietnam terbelah menjadi dua, yakni Vietnam Utara yang dikuasai Ho Chi Minh dan Vietnam Selatan. Perpecahan tidak berlangsung lama setelah pemilihan umum (pemilu) diselenggarakan dua tahun kemudian untuk menyatukan kembali kedua Vietnam serta memilih presiden.

AS meyakini Ho Chi Minh hanya sebuah pion bagi penyebaran komunisme di dunia internasional. Atas keyakinan tersebut, Negeri Paman Sam mendirikan SEATO dan memasukkan Vietnam Selatan yang saat itu bukan negara merdeka. Ketika AS terlibat penuh dalam Perang Vietnam pada 1965, Washington meminta bantuan dari sekutu-sekutunya di SEATO.

Akan tetapi, hanya Australia, Selandia Baru, Filipina, dan Thailand yang menjawab permintaan tersebut dengan mengirimkan ribuan pasukan serta bantuan lainnya. Hal tersebut membuktikan bahwa SEATO hanya akal-akalan Amerika Serikat sekaligus kekuatan pendorong utama.

Meski menyatakan melawan komunisme, Inggris Raya dan Prancis tidak ingin ambil bagian dalam perang lainnya di Asia. Pakistan sendiri hanya ingin membantu jika keanggotaan di SEATO dijamin oleh AS. Di tengah konflik tersebut, ditambah dengan perang Vietnam semakin membuat AS frustrasi, SEATO mulai hancur perlahan-lahan.

Jatuhnya Vietnam Selatan ke tangan Vietnam Utara yang menganut komunisme pada 1975 yang sekaligus mengakhiri perang semakin menambah sulit keadaan SEATO. Hanya lima negara yang tersisa yang ambil bagian dalam latihan perang bersama anggota SEATO pada Februari 1976.

Hanya 188 orang tentara gabungan dari AS, Inggris Raya, Filipina, Thailand, dan Selandia Baru yang menampakkan batang hidung mereka di Filipina untuk melakukan latihan dasar operasi sipil. Jalanan, sekolah-sekolah, dan sebuah bendungan dibangun oleh 188 orang tentara tersebut di wilayah pedesaan Filipina. Lewat sebuah upacara pada 20 Februari 1976, eksistensi SEATO resmi diakhiri.


0 comments:

Post a Comment