Pakta
Pertahanan Atlantik Utara (NATO) jauh lebih dikenal publik daripada Pakta
Pertahanan Asia Tenggara (SEATO). Tidak banyak yang mengetahui bahwa Asia
Tenggara pernah memiliki aliansi militer tersendiri untuk menjamin keamanan
kawasan.
SEATO
dibentuk pada 1954 di Manila, Filipina, lewat pertemuan yang diinisiasi oleh
Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) John Foster Dulles. Delapan negara
yakni AS, Prancis, Inggris Raya, Australia, Selandia Baru, Filipina, Thailand,
dan Pakistan tergabung dalam SEATO.
Organisasi
pertahanan tersebut dibentuk untuk membendung arus komunisme di Asia. Saat itu,
komunisme adalah hal paling mengancam di Asia Tenggara, terutama di bekas
koloni Prancis yakni Vietnam. Revolusi yang dipimpin oleh Ho Chi Minh
menghasilkan penarikan mundur pasukan Prancis pada 1954.
Revolusi
tersebut juga membuat Vietnam terbelah menjadi dua, yakni Vietnam Utara yang
dikuasai Ho Chi Minh dan Vietnam Selatan. Perpecahan tidak berlangsung lama
setelah pemilihan umum (pemilu) diselenggarakan dua tahun kemudian untuk
menyatukan kembali kedua Vietnam serta memilih presiden.
AS meyakini
Ho Chi Minh hanya sebuah pion bagi penyebaran komunisme di dunia internasional.
Atas keyakinan tersebut, Negeri Paman Sam mendirikan SEATO dan memasukkan
Vietnam Selatan yang saat itu bukan negara merdeka. Ketika AS terlibat penuh
dalam Perang Vietnam pada 1965, Washington meminta bantuan dari
sekutu-sekutunya di SEATO.
Akan tetapi,
hanya Australia, Selandia Baru, Filipina, dan Thailand yang menjawab permintaan
tersebut dengan mengirimkan ribuan pasukan serta bantuan lainnya. Hal tersebut
membuktikan bahwa SEATO hanya akal-akalan Amerika Serikat sekaligus kekuatan
pendorong utama.
Meski
menyatakan melawan komunisme, Inggris Raya dan Prancis tidak ingin ambil bagian
dalam perang lainnya di Asia. Pakistan sendiri hanya ingin membantu jika
keanggotaan di SEATO dijamin oleh AS. Di tengah konflik tersebut, ditambah
dengan perang Vietnam semakin membuat AS frustrasi, SEATO mulai hancur
perlahan-lahan.
Jatuhnya
Vietnam Selatan ke tangan Vietnam Utara yang menganut komunisme pada 1975 yang
sekaligus mengakhiri perang semakin menambah sulit keadaan SEATO. Hanya lima
negara yang tersisa yang ambil bagian dalam latihan perang bersama anggota
SEATO pada Februari 1976.
Hanya 188
orang tentara gabungan dari AS, Inggris Raya, Filipina, Thailand, dan Selandia
Baru yang menampakkan batang hidung mereka di Filipina untuk melakukan latihan
dasar operasi sipil. Jalanan, sekolah-sekolah, dan sebuah bendungan dibangun
oleh 188 orang tentara tersebut di wilayah pedesaan Filipina. Lewat sebuah
upacara pada 20 Februari 1976, eksistensi SEATO resmi diakhiri.
0 comments:
Post a Comment