Wednesday 15 February 2017

Tertunda 6 Tahun, India Akhirnya Miliki Pesawat Kontrol Udara Buatan Sendiri


Organisasi Penelitian dan Pengembangan Pertahanan India atau Defence Research and Development Organisation (DRDO) menyerahkan pesawat peringatan dini dan control udara atau airborne early warning and control  (AEW&C) pertama untuk Angkatan Udara India (IAF). Pesawat yang diserahkan  pada 14 Februari 2017 ini menjadi yang pertama dari tiga pesawat yang dibangun.

Terintegrasi ke platform Embraer ERJ-145 Brasil pesawat ini dibangun oleh DRDO Centre for Airborne Systems (CABS) di Bangalore, yang membangun Netra AEW&C sistem dengan menyediakan cakupan 240 derajat dan pengawasan berkisar antara 250 dan 375 km.

Pesawat AEW&C  diserahkan kepada IAF pada hari pertama dari Aero India 2017 di Bangalore dan  telah memperoleh izin operasional awal serta mampu secara simultan mendeteksi beberapa target seperti rudal, jet tempur, dan kendaraan udara tak berawak. Pesawat ini juga dapat berfungsi sebagai pusat komando dan kontrol dalam mendukung operasi pertahanan udara.

CABS mengembangkan sistem AEW&C yang terdiri dari radar active electronically scaned array (AESA), radar surveillance sekunder, penanggulangan elektronik dan komunikasi, beyond line of sight datalinks, satellite communication systems, dan  advanced identification friend-or-foe probes.

Dengan kemampuan pengisian bahan bakar di udara  pesawat ini akan mampu melakukan operasi di udara selama lima jam. Pesawat juga dilengkapi dengan  perlindungan diri suite ERJ-145 meliputi radar peringatan rudal dan RWR.

Para pejabat DRDO sebagaimana dilaporkan IHS Jane mengatakan platform ini mampu memberikan recognisable air surveillance picture dari ancaman udara, track while scan, dan priority-track modes memberikan aset udara dan darat dengan lokasi tepat mereka untuk kemungkinan eksploitasi.

Kepala DRDO, Dr. S Christopher kepada wartawan di Bangalore mengatakan bahwa AEW&C kedua  sedang menjalani uji dan sertifikasi dan akan diserahkan  ke IAF dalam beberapa bulan ke depan, dengan pesawat ketiga juga akan segera menyusul.


Program ini telah dikembangkan mulai  2004 dengan anggaran sekitar US$358 juta dan telah tertunda selama enam tahun karena terhambat masalah pengembangan radar AESA dan sistem terkait. Program juga telah mengalami pembengkakan biaya.

0 comments:

Post a Comment