Organisasi
Penelitian dan Pengembangan Pertahanan India atau Defence Research and
Development Organisation (DRDO) menyerahkan pesawat peringatan dini dan control
udara atau airborne early warning and control
(AEW&C) pertama untuk
Angkatan Udara India (IAF). Pesawat yang diserahkan pada 14 Februari 2017 ini menjadi yang
pertama dari tiga pesawat yang dibangun.
Terintegrasi
ke platform Embraer ERJ-145 Brasil pesawat ini dibangun oleh DRDO Centre for
Airborne Systems (CABS) di Bangalore, yang membangun Netra AEW&C sistem
dengan menyediakan cakupan 240 derajat dan pengawasan berkisar antara 250 dan
375 km.
Pesawat AEW&C diserahkan kepada IAF pada hari
pertama dari Aero India 2017 di Bangalore dan
telah memperoleh izin operasional awal serta mampu secara simultan
mendeteksi beberapa target seperti rudal, jet tempur, dan kendaraan udara tak
berawak. Pesawat ini juga dapat berfungsi sebagai pusat komando
dan kontrol dalam mendukung operasi pertahanan udara.
CABS mengembangkan sistem AEW&C yang terdiri
dari radar active electronically scaned array (AESA), radar surveillance sekunder, penanggulangan elektronik dan
komunikasi, beyond line of sight datalinks, satellite communication systems,
dan advanced identification
friend-or-foe probes.
Dengan
kemampuan pengisian bahan bakar di udara
pesawat ini akan mampu melakukan operasi di udara selama lima jam.
Pesawat juga dilengkapi dengan
perlindungan diri suite ERJ-145 meliputi radar peringatan rudal dan RWR.
Para pejabat
DRDO sebagaimana dilaporkan IHS Jane mengatakan platform ini mampu memberikan
recognisable air surveillance picture dari ancaman udara, track while scan, dan
priority-track modes memberikan aset udara dan darat dengan lokasi tepat mereka untuk kemungkinan
eksploitasi.
Kepala DRDO, Dr. S Christopher kepada wartawan di Bangalore mengatakan bahwa AEW&C kedua sedang menjalani uji dan sertifikasi dan akan
diserahkan ke IAF dalam beberapa bulan
ke depan, dengan pesawat ketiga juga akan segera menyusul.
Program ini
telah dikembangkan mulai 2004 dengan
anggaran sekitar US$358 juta dan telah
tertunda selama enam tahun karena terhambat masalah pengembangan radar AESA dan
sistem terkait. Program juga telah mengalami pembengkakan biaya.
0 comments:
Post a Comment